Politikus senior PDIP Panda Nababan menanggapi mimpi Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersua dengan Presiden ke-5 RI Megawati dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Panda menilai mimpi SBY itu merupakan bentuk keinginan SBY juga di dunia nyata.
"Kalau kamu mengungkapkan mimpi berarti sudah masuk ke dalam di isi hatimu dan berarti sudah masuk ke mimpi. Itu berarti sudah masukan ke pikiran, ini sudah masuk dalam pikiran," kata Panda ditemui di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (22/6/2023).
Panda mengartikan SBY memang ada keinginan soal pertemuan itu lantaran sampai terbawa ke mimpi. "Kalau ada kesimpulan dan diungkapkan mimpinya, berarti ada willing. Kalau seseorang bilang ada mimpi terus dituliskan sudah ada dalam pikiran," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal wacana rekonsiliasi yang muncul seiring mimpi SBY itu, Panda mengungkit soal lima pertanyaan 'syarat damai' oleh Megawati kepada SBY. Dia menekankan Megawati akan mau bertemu dengan SBY apabila menjawab lima pertanyaan itu yang pernah disodorkan pihak Megawati ke SBY pada 18 tahun lalu.
"Ya mau lah dan hanya itu yang perlu dijawab. Selama 18 tahun hanya itu yang ditunggu untuk dijawab. Apasih sulitnya," kata Panda.
5 Pertanyaan 'Syarat Damai' dari Megawati
Panda menanggapi soal wacana rekonsiliasi antara Megawati dan SBY. Saat itulah Panda mengungkit lagi soal lima pertanyaan 'syarat damai' Megawati itu.
"Saya nggak berteori-teori ya, 18 belas tahun yang lalu saya diminta Ibu Mega menghubungi SBY, iya kan, supaya ada rekonsiliasi supaya mereka itu berbaikan. Nah waktu itu Ibu Mega mengatakan kepada saya, 'Panda kau catat dulu lima pertanyaanku, kalau dia jawab itu dengan jujur dan terbuka, saya akan ketemu'. Gitu lho," kata Panda.
detikcom merangkum cerita Panda soal lima pertanyaan Megawati kepada SBY. Momen Panda menjadi utusan Megawati untuk menyampaikan pertanyaan kepada SBY pada beberapa tahun lalu itu diceritakan ulang melalui bukunya berjudul 'Panda Nababan Lahir Sebagai Petarung: Sebuah Otobiografi, Buku Dua: Dalam Pusaran Kekuasaan'.
"Belum genap setahun berkuasa, SBY berkeinginan bertemu dengan Megawati untuk memperbaiki hubungan yang merenggang. SBY mengirim utusan untuk menyampaikan pesan bahwa dirinya menunggu kedatangan Megawati di Istana Merdeka," demikian Panda mengawali ceritanya dalam bukunya, seperti dilihat detikcom pada Jumat (24/6/2022).
Panda menuturkan, setelah menerima undangan dari SBY, Megawati lantas memanggilnya, yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Fraksi PDIP DPR RI. Tjahjo Kumolo, yang kala itu menjabat ketua fraksi, dan Pramono Anung yang saat itu menjabat Sekjen PDIP juga ikut dipanggil. Panda, Tjahjo, dan Pramono diminta hadir di Teuku Umar, kediaman Megawati.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri almarhum Taufiq Kiemas, suami Megawati, Panda mengatakan sang ketua umum menyampaikan enggan bertemu sebelum SBY mengklarifikasi sikapnya terhadap Megawati. Taufiq Kiemas kala itu lantas menawarkan diri untuk mewakili Megawati bertemu SBY di Istana Merdeka. Namun, Megawati menolak ide itu.
"Nggak, kamu kan sama saja dengan diriku. Kalau kamu yang ke sana, ya, sama saja dengan aku yang ke sana," kata Megawati yang dikutip Panda.
Megawati kemudian memutuskan agar Panda, Tjahjo, dan Pramono yang pergi menemui SBY di Istana. Sebelum ketiganya berangkat, Megawati pun menitipkan 5 pertanyaan untuk dimintakan klarifikasinya kepada SBY. Panda melanjutkan, jawaban atas 5 pertanyaan itu menjadi penentu apakah Megawati bersedia bertemu SBY atau tidak.
Namun, saat mobil hendak bergerak pergi ke Istana, Panda mengatakan Megawati tiba-tiba meminta mobil berhenti. Megawati, kata dia, meminta Tjahjo dan Pramono untuk turun dari mobil. Megawati meminta Panda untuk bertemu SBY sendirian, tanpa Tjahjo dan Pramono. Alasannya, Tjahjo dan Pramono yang merupakan orang Jawa dinilai tidak akan berani berbicara, beda dengan Panda yang berasal dari Batak dan mantan wartawan.
Dalam perjalanannya dari Teuku Umar ke Istana Merdeka kala itu, Panda mengaku merenung. Dia bertanya-tanya apakah dia mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan titipan itu ke Presiden RI. Serta apakah dia bisa membedakan bahwa SBY berbohong atau tidak. Bagi Panda, momen kala itu sangatlah fantastis. Sebab, momen tersebut menurutnya berbeda dari saat Megawati memintanya menemui Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Setibanya di Istana, Panda mengatakan kala itu SBY sudah menunggu. SBY, lanjutnya, saat itu didampingi Bachtiar Chamsyah, yang kala itu menjabat Menteri Sosial. Panda pun kemudian meminta untuk berbicara empat mata saja dengan SBY
"Ibu Megawati di mana? Ibu nggak bisa datang?" tanya SBY kepada Panda, seperti dituliskan kembali dalam buku.
"Ibu ada di rumah, nggak bisa datang. Saya yang diutus," jawab Panda kepada SBY.
Pada momen inilah Panda kemudian menjelaskan bahwa Megawati hanya bersedia bertemu jika SBY sudah mengklarifikasi lima pertanyaan yang diajukannya.
SBY kemudian disebutnya bertanya 'apa pertanyaan itu?'. Panda pun mengaku menyampaikan satu per satu pertanyaan titipanMegawati kepadaSBY.