Strategi Warga Cawang Biar Harta Benda Tak Habis Tak Terendam Banjir

Strategi Warga Cawang Biar Harta Benda Tak Habis Tak Terendam Banjir

Devi Puspitasari - detikNews
Minggu, 26 Feb 2023 15:12 WIB
Warga korban banjir di wilayah Cawang, Jakarta Timur, mau tak mau mengosongkan barang di lantai dasar rumahnya karena diterjang banjir berulang, Minggu (26/2/2023). (Devi Puspitasari/detikcom)
Foto: Warga korban banjir di wilayah Cawang, Jakarta Timur, mau tak mau mengosongkan barang di lantai dasar rumahnya karena diterjang banjir berulang, Minggu (26/2/2023). (Devi Puspitasari/detikcom)
Jakarta -

Warga yang bertempat tinggal di Jalan Taman Harapan RT 15/RW 03, Cawang, Jakarta Timur, harus putar otak agar benda-benda tak ludes diterjang banjir terus-terusan. Salah satunya dengan mengamankan barang ke lantai 2 rumahnya, terlebih saat curah hujan sedang tinggi.

"Rata-rata di sini mah barang-barangnya udah di lantai 2 semua, lantai 1 udah pada kosong. Emang udah rata-rata formalitas begitu di sini mah," kata warga korban banjir bernama Dedi (36) kepada detikcom saat ditemui di kediamannya, Minggu (26/2/2023).

Menurut Dedi, warga setempat sudah mengantisipasi banjir saat hujan tak kunjung henti dalam jangka waktu tiga sampai empat hari. Dia berharap agar program pemerintah dalam pembebasan lahan untuk menormalisasi Sungai Ciliwung dipercepat supaya dapat lekas pindah rumah dari lokasi kebanjiran itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"3 sampai 4 hari udah pasti banjir kalau hujannya rutin begini, nah setiap malam ujan. Mau cepat-cepat digusur biar pindah dari sini, udah gitu doang. Tinggal di sini mah banjir-banjir doang isinya, kenyang air kali," tutur Dedi.

Di sisi lain, Wanti (37) menyebut warga sudah mengantisipasi kebanjiran dengan berpatokan pada tingginya volume air pada pintu air Katulampa dan Depok dari grup informasi WhatsApp RT setempat. Jika ketinggian air di pintu tersebut mencapai lebih dari 180 meter, Dirinya langsung bergegas memindahkan harta benda miliknya.

ADVERTISEMENT

"Biasanya diinfokan di grup RT, ketinggian di pintu air Katulampa. Kita tuh warga udah tahu, udah paham, kalau Katulampa 100 cm atau Depok 150-lah, kita patokannya pintu air Depok. 150 ke atas, 'oh ini udah pasti naik', gitu loh. Jadi kalau makin naik lagi, misal 180, kita buru-buru deh angkat-angkat," kata Wanti kepada detikcom, Minggu (26/2/2023).

Wanti mengaku dirinya bergegas mengungsi ke rumah orang tuanya atau ke posko pengungsian di lapangan RT setempat apabila tinggi volume di pintu air Depok sudah mencapai 200 meter. Meski demikian, Wanti mengatakan sebagian warga ada yang tetap bertahan di lantai 2 rumahnya.

"Kalau saya pribadi, sudah 200 meter berarti kan sudah se-pintu, saya lebih baik ngungsi ke rumah orang tua saya di atas atau nggak kita ke lapangan gitu. Ada juga yang masih bertahan di atas rumahnya mungkin mereka udah stok makanannya atau apa gitu," jelas Wanti.

Warga Sampai Hafal Beda Asal Airnya

Sekretaris RT 15/RW 03, Imron, mengatakan warga setempat selalu mengecek situs pantauan banjir online milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta. Dia mengatakan warga juga bisa membedakan mana banjir akibat hujan di Jakarta atau banjir yang dipicu air dari Bogor atau Depok.

"Kalau di sini tuh yang dikhawatirkan banjir kiriman. Kalau banjir hujan itukan biasanya tidak terlalu tinggi," jelasnya.

"Kalau airnya bening, Jakarta doang ini hujan. Kalau banyak sampah terus kadar lumpurnya tinggi itu kiriman, jadi kita bersihinnya juga ekstra," sambung Imron.

Baca selengkapnya di halaman berikut.

Simak juga 'Banjir di Cawang Belum Surut, Ketinggian Air 30 Cm':

[Gambas:Video 20detik]



Di sisi lain, Eva (32) menyebut ada perbedaan antara banjir akibat hujan di Jakarta dengan banjir akibat air dari Bogor. Dia menyebut banjir yang dipicu air dari wilayah Bogor bisa membuat rumahnya terendam berhari-hari.

"Lebih mending hujan di sini, dari pada hujan di Bogor, itu mah langsung dikirim. Kalau di sini hujan naik, terus surut lagi. Kalau misalnya kiriman dari Bogor atau Depok, udahlah itu berhari-hari, saya harus keluar dari rumah," ucap Eva.

Warga lainnya, Mutira (65), juga mengatakan rumahnya di RT 02/RW 03 masih tergenang banjir. Dia memilih mengungsi di rumah saudaranya.

"Air mulai naik habis salat subuh, lama-lama naik-naik tinggi terus. Saya nggak bisa jalan kalau udah banjir, jadi air masih belum tinggi saya sudah ngungsi aja. Saya tidur di situ, rumah saudara nih, habisnya takut airnya naik lagi makin gede," ujarnya.

Mutira mengatakan dirinya sudah bersiap jika banjir terjadi. Berbagai perabot di rumahnya juga dibungkus plastik agar tak rusak terendam air.

"Kalau hujan terus-terus udah pasti, soalnya rumah saya di pinggir situ, jadi sudah siap-siap aja. Meja-meja udah saya plastikin, barang-barang dinaikin," ujarnya.

(fca/fca)



Hide Ads