Bos PPI Tangkap Perpecahan soal Sanksi PDIP ke Ganjar dan 'Dewan Kolonel'

Bos PPI Tangkap Perpecahan soal Sanksi PDIP ke Ganjar dan 'Dewan Kolonel'

Matius Alfons Hutajulu - detikNews
Selasa, 25 Okt 2022 14:54 WIB
Momen Klarifikasi Ganjar soal Siap Nyapres
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

DPP PDIP memberikan sanksi teguran ringan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terkait urusan Pilpres 2024, berbeda dengan yang diterima 'Dewan Kolonel', loyalis Puan Maharani, yang mendapat peringatan keras dan terakhir. Ada apa di balik beda sanksi PDIP ke Ganjar dan 'Dewan Kolonel'?

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mengulas beda sanksi PDIP ke Ganjar dan 'Dewan Kolonel'. Menurut Adi, friksi mulai tampak di internal PDIP.

"Ini menunjukkan friksi di internal PDIP mulai mencuat ke permukaan. Tak bisa dibantah. Karena ada elite PDIP yang mulai berani membandingkan teguran ke 'Dewan Kolonel' yang notabene loyalis Puan dan 'siap nyapres' Ganjar dinilai berbeda," kata Adi Prayitno saat dihubungi, Selasa (25/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, dia menduga mulai ada pengkubuan di internal PDIP. Dia menyinggung sikap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menurutnya kerap menjadi 'dewa penyelamat' bagi Ganjar.

"Itu artinya, di internal partai banteng pengkubuannya muali menyeruak. Publik tak pernah tahu bagaimana mekanisme sanksi itu diberikan, yang jelas apa yang tampak di permukaan jadi ukuran. Sejak awal sudah terlihat Sekjen PDIP kerap jadi 'dewa penyelamat' Ganjar melalui statementnya yang menetralisir serangan keras sejumlah elite PDIP ke Ganjar," kata Adi.

ADVERTISEMENT

Adi memberi contoh aksi Hasto yang menurutnya menetralisir serangan elite PDIP ke Ganjar.

"Misalnya saat Ganjar dilarang bicara capres, Hasto tampil ke publik bahwa ada 4 kader PDIP potensial layak dikaitkan dengan 2024. Ada Puan, Ganjar, Risma, dan Azwar Anas. Ini menegaskan bahwa PDIP surplus kader layak maju bukan hanya mbak Puan. Misalnya juga ketika Ganjar menyatakan 'siap nyapres', Hasto kembali tampil ke publik minta jangan dijadikan gimmick. Publik menilainya itu sebagai bentuk pasang badan Hasto ke Ganjar," ujar Adi.

Simak beda tegurannya di halaman berikutnya.

Saksikan Video 'Ganjar soal Ucapan 'Siap Nyapres': Semua Kader Mesti Siap!':

[Gambas:Video 20detik]




Lebih lanjut, Adi Prayitno menilai pengakuan Ketua Bidang Kehormatan Partai PDIP Komarudin Watubun juga mempertegas adanya faksi di interal PDIP. Dia melihat pendukung Ganjar mulai bermunculan di dalam PDIP.

"Pengakuan Watubun menjadi penegas di internal PDIP faksionalisasi mulai terlihat nyata. Mesti tak keras tapi dinamika sangat terasa. Itu artinya, pendukung Ganjar di PDIP mulai terlihat meski samar-samar," ujar dia.

"Selama ini Ganjar terlihat sendirian tanpa ada yang bela karena mayoritas elite PDIP kolektif solid dukung Puan. Tentu ada alasan masing-masing dari friksi itu. Bisa yang bersifat subjektif atau kalkulatif bahkan politis," lanjut dia.

Teguran ke Dewan Kolonel Lebih Keras

Sebelumnya, Komarudin Watubun menjelaskan lebih lanjut soal teguran kepada Ganjar Pranowo dan Dewan Kolonel. Komarudin menyatakan teguran terhadap Ganjar Pranowo merupakan hal yang biasa.

"Jadi soal teguran lisan ini hal hal biasa saja, tidak ada hal yang luar biasa. Bukan menurut Ibu Mega, ini keputusan kita, keputusan partai ini, keputusan kongres bahwa ini diberikan kepada Ibu Mega untuk menentukan siapa calon kemudian," kata Komarudin Watubun dalam wawancara dengan CNN TV, Selasa (25/10).

Komarudin mengatakan teguran lisan kepada Ganjar berbeda dengan yang dijatuhkan kepada Dewan Kolonel. Dia memastikan teguran lebih keras diberikan PDIP kepada Dewan Kolonel.

"Ini kan soal kedisiplinan dalam berkomunikasi, oleh karena itu kan Ganjar menyampaikan, 'Memang saya harus memperbaiki dalam berkomunikasi', sebetulnya tidak ada hal yang luar biasa, kelompok yang menamakan diri sebagai Dewan Kolonel itu saya berikan teguran lebih keras lagi, teguran keras dan terakhir karena sudah pernah ditegur sebelumnya, jadi tidak ada hal luar biasa," katanya.

(maa/gbr)



Hide Ads