"Beliau pakai baju putih, di atas kursi goyang mengatakan kepada saya, 'Mas Hasto, Pak SBY ini utang budi ke banyak pihak, khususnya AS, nanti kita lihat pemerintahan ini ke depan, pasti akan menghadapi banyak tekanan internasional'. Saat itu kalau tidak salah ada sekretaris beliau, Mas Edo," ujarnya.
Hasto menyebutkan ada sejumlah hal yang membuat AS dianggap menjadi tak 'welcome' dengan Mega. Salah satunya tak terlepas dengan urusan penyerahan Blok Cepu ke ExxonMobil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam Pertemuan Bali Concorde di Bali tahun 2003, saat George Bush minta agar Blok Cepu diberikan ke ExxonMobil, tetapi Ibu Mega mengatakan bahwa blok minyak tersebut milik Pertamina," kata Anggota DPR periode 2004-2009 ini.
"Ketika SBY jadi Presiden, dirut Pertamina yang ditunjuk zaman Bu Mega menolak, lalu diganti sama SBY dan akhirnya Blok Cepu diberikan ke AS sebagai 'upah politik' sebagaimana disampaikan saat itu oleh almarhum KH Hasyim Muzadi," sambungnya.
Hasto mengatakan alasan hubungan Bush dan Mega memburuk juga karena sikap Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina.
"Belakangan saya tahu, mengapa AS tidak begitu welcome dengan Ibu Mega. Satu, paska 9/11 dalam Pidato di PBB. Ibu Mega mengatakan bahwa akar persoalan terorisme akibat ketidakadilan masalah Palestina. Indonesia mendukung kemerdekaan penuh Palestina," katanya.
Demikian pula keputusan Mega menolak rencana ekstradisi Abu Bakar Ba'asyir ke AS menjadi alasannya. Perlu diketahui, Ba'asyir merupakan tokoh Islam di Indonesia keturunan Arab yang dianggap punya keterkaitan dengan sejumlah peristiwa dan aksi terorisme di Indonesia. Ba'asyir sendiri saat ini telah selesai menjalani pidana terkait kasus terorisme.
"Rencana ekstradisi Ustaz Abu Bakar Ba'asyir ke USA ditolak oleh Ibu Mega, karena selain tidak ada perjanjian ekstradisi juga sebagai presiden harus melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia," kata Hasto.
Selain itu, Hasto menceritakan Mega tak hanya sekali ditelepon Bush agar menyatakan dukungan serangan AS ke Irak. Namun, sebutnya, Mega menolak.
"Beberapa kali Bu Mega ditelepon George Bush agar mendukung serangan AS terhadap Irak. Namun Bu Mega selalu menolak, sebab kemerdekaan ialah hak segala bangsa. RI bahkan mengutuk serangan USA terhadap Irak. Sikap keras Bu Mega melebihi OKI dan PM Malaysia, Mahathir Mohamad," katanya.
Hasto melanjutkan, hubungan Mega dan Bush yang memanas lantas menggagalkannya bisa membeli alat utama sistem senjata (alutsista) dari Barat. Bush pun disebut kian berang saat Mega pindah pasar ke Rusia dan membeli Sukhoi.
"Demi membela TNI di dalam membangun alutsistanya, maka Ibu Mega melobi USA dan Inggris agar Indonesia bisa beli alutsista termasuk pesawat tempur dari Barat, tetapi permintaan ditolak. Maka sebagai negara berdaulat, Bu Mega ke Rusia dan kemudian beli Sukhoi. Ini yang juga bikin marah Bush," ujar Hasto.
Simak respons Demokrat di halaman berikutnya,