Atas hal tersebut, Adi menilai PPP tengah melakukan eksperimen politik. Sebab, kata dia, elektabilitas PPP di tangan Suharso tidak sesuai ekspektasi para kader partai.
"Tentu ada eksperimen politik yang ingin dicoba oleh PPP, karena Suharso sudah under perform, kinerjanya nggak maksimal, PPP terancam nggak lolos ke Senayan. Maka nggak ada bedanya kalau kemudian Ketum PPP itu ganti selera, digantilah dengan Mardiono sebagai Plt, ini kan sebagai eksperimen politik," katanya.
"Tentu harapan PPP itu di tangan Mardiono bisa eksis, bisa kembali menemukan momentumnya dan tentu ingin mengembalikan PPP sebagai partai yang dekat dengan ulama-kiyai, bukan justru sebaliknya ingin dijauhkan dengan statemen-statemen yang Suharso lakukan yang blunder itu," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan bergantinya Ketum PPP, Adi menilai tidak akan berdampak pada soliditas Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang sudah dibangun PPP bersama Partai Golkar dan PAN. Justru, kata dia, KIB akan semakin bersemangat menyambut konsolidasi internal KIB bersama Mardiono.
"Bagi KIB nggak terlampau peduli siapa Ketum PPP, yang penting PPP secara institusional tetap solid bagian dari mereka, mau Suharso mau Mardiono ya KIB nggak ada persoalan. Karena yang dilihat itu institusi, kolektif kolegial keputusan politiknya PPP, bukan dilihat person to person. Artinya apa? kalau Suharso sudah diganti sama Mardiono, bagi KIB nggak ada soal, justru ini akan semakin membuat mereka semangat menyambut bagaimana konsolidasi internal KIB," pungkasnya.
(fas/dnu)