Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyinggung kesejahteraan Indonesia yang masih belum merata. Ridwan Kamil mengungkit demokrasi coblosan yang menurutnya mahal sembari mengajak refleksi.
Hal ini disampaikan Ridwan Kamil dalam acara 10 Tahun Forum Pemred di Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (5/8/2022). Ridwan Kamil mulanya mengungkit krisis Sri Lanka.
"Allah SWT sudah memberi contoh ada negara bangkrut namanya Sri Lanka. Kebanyakan utang, pertumbuhannya sedikit, populisme terhadap pemilunya dengan berkampanye nurunin pajak yang akhrinya blunder, impor terlalu besar," kata Ridwan Kamil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ridwan Kamil menyebut Allah SWT juga menunjukkan negara yang dicabut nikmatnya. Dia juga menyinggung negara yang pecah.
"Allah juga sudah menunjukkan ada negara yang hari ini dicabut nikmat berbangsa dan bernegaranya. Ada Ukraina yang terus perang, ada Palestina yang tidak selesai-selesai, Afghanistan yang bikin rawan dan seterusnya," kata dia.
"Dan Allah juga sudah menunjukkan bahwa, hei orang Indonesia, ada negara yang bubar yang dulu ada namanya Yugoslavia. Karena tidak bisa menjaga sila ketiganya bubar menjadi negara Kosovo, Serbia, Bosnia dan sebagainya. Sehingga pertanyaannya apa yang kita lakukan sampai hari ini betul atau tidak," kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil menyebut Indonesia harus bercermin dari kegagalan negara-negara tersebut. Dia mengungkit negara yang belakangan merdeka ketimbang Indonesia tetapi pendapatan per kapita lebih besar.
"Contoh buruk sudah disampaikan. Tapi kita harus refleksi. Kenapa China berhasil menjadi independen 1949 GDP-nya 10 ribu. Indonesia yang lebih dulu merdeka per kapita GDP-nya hanya 4.200 atau (Empat ribu) 300. Singapura yang merdekanya '65 sudah hampir 60 ribu USD per kapita. Korea Selatan '48 merdekanya GDP-nya sudah di 30 ribu. Jepang 40 ribu," kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil kemudian mengungkit pertanyaan tentang kesejahteraan Indonesia. Pertanyaan itu meliputi soal demokrasi.
"Jadi ada pertanyaan, kita merdeka lebih dulu kenapa kesejahteraan tidak setara seperti negara-negara yang disebut. Jangan-jangan demokrasi yang kita pilih ini banyak masalah. Nah refleksinya ada di situ," kata dia.
Mantan wali kota Bandung itu menyebut dirinya merupakan pemimpin produk demokrasi coblosan. Namun, dia menyinggung modal coblosan itu tidak sedikit.
"Saya adalah produk demokrasi. Tanpa pemilihan langsung seorang Ridwan Kamil tidak bisa menjadi wali kota Bandung, jadi gubernur Jawa Barat. Tapi demokrasi kita itu mahal sekali. Ratusan triliun modal kepala desa untuk kampanye, untuk bupati, wali kota, gubernur sampai presiden. Ini negara yang paling banyak demokrasi coblosannya," kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil kemudian mengajak forum untuk refleksi demokrasi. "Oleh karena itu kita harus ada refleksi, jangan-jangan demokrasi yang kita putuskan oleh KPU dan undang-undang itu perlu dikunjungi lagi," katanya.
Simak video 'Ridwan Kamil Pamer Situ Rawa Kalong, Siap untuk Diresmikan':