Ilustrasi: Edi Wahyono
Rabu, 22 Maret 2023Tepat pukul 00.00 WIB, pada Kamis, 2 Maret 2023, Ana—bukan nama sebenarnya—telah siap di depan gawainya untuk berburu tiket mudik Lebaran secara daring. Sebelumnya, PT KAI mengumumkan bahwa tiket H-7 Lebaran atau untuk keberangkatan 16 April 2023 dapat dibeli mulai 2 Maret.
Sayangnya, karcis mudik dari daerah Jabodetabek ke Jawa Tengah itu gagal ia dapatkan walaupun sudah merelakan waktu untuk begadang. Kata perempuan berusia 29 tahun itu, aplikasi KAI Access sempat bermasalah. Layanan reservasi tiket kereta api tersebut eror dan justru tidak dapat diakses setidaknya selama 15 menit. Setelah layanan dapat diakses, menurut Ana, tiket telah habis terjual.
"Mau milih kereta saja sudah nggak bisa. Malah teman saya ada yang sudah masuk pembayaran, tahu-tahu tiket sudah habis. Sudah tinggal bayar, mau bayar nggak bisa," ucap pegawai perusahaan swasta itu kepada reporter detikX.
Setelah itu, Ana terus mencoba berbagai cara untuk memperoleh tiket mudik. Termasuk dengan mengakses sejumlah aplikasi daring penyedia tiket. Namun tiket tak kunjung ia dapatkan.
Bukan hanya Ana, adik kandungnya juga kesulitan memperoleh tiket untuk mudik. Adiknya berencana mudik menggunakan kereta api dari Jakarta pada 20 atau 21 April 2023. Tiket untuk keberangkatan untuk tanggal itu sudah dapat dibeli pada 6 Maret 2023. Sama seperti Ana, adiknya juga rela begadang agar dapat membeli tiket sejak pertama kali tersedia di aplikasi.
Sekitar satu jam sejak tiket tersedia, aplikasi justru tidak bisa dibuka. Ia sempat curiga ada masalah di jaringan internet. Tetapi aplikasi daring lain, seperti Instagram dan YouTube, dapat ia akses secara normal. Setelah lebih dari satu jam, tepatnya pukul 01.30 WIB, aplikasi baru dapat diakses. Sayangnya, saat itu karcis incarannya sudah habis terjual.
Foto ilustrasi padatnya penumpang kereta api di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, pada masa mudik Lebaran 2022
Foto: Ana/detikcom
Pada 7 Maret, Ana mengunggah keluhannya tentang sulitnya membeli tiket mudik Lebaran ke media sosial. Beberapa waktu kemudian, postingan-nya mendapat banyak balasan dari sejumlah akun yang mengaku mampu menyediakan tiket, bahkan yang sudah habis di berbagai aplikasi penjualan tiket. Akun-akun tersebut memiliki nama pengguna yang beragam, tapi dengan foto profil logo KAI. Mereka membalas dengan mencantumkan tautan yang langsung tersambung ke aplikasi WhatsApp.
Sejumlah orang yang akhirnya menghubungi Ana secara terang-terangan mengaku sebagai calo yang dapat menyediakan tiket karena dibantu oleh ‘orang dalam’ KAI. Ia sempat melacak nomor-nomor tersebut di GetContact. Sayangnya, nomor tersebut sengaja disembunyikan dan pengguna tidak mengizinkan nomornya ditelusuri melalui aplikasi itu. Merasa curiga, Ana kemudian menolak semua tawaran tersebut.
Aman. Mau berapa orang, ramai-ramai juga bisa, itu gampang. Pulang pergi juga bisa, dari sana ke sini bisa."
Tawaran lain datang dari rekan kantor Ana. Temannya itu memberikan nomor ponsel seorang calo yang dapat menyediakan tiket, bahkan yang telah habis di berbagai aplikasi resmi. Ana mencobanya karena hampir mustahil mendapatkan tiket dengan cara biasa.
Untuk prosedur pembeliannya, Ana harus menyerahkan nomor induk kependudukan (NIK) dan nama lengkap. Setelah NIK dan namanya diserahkan, tak berselang lama, tiket dapat diterima dan bisa langsung dicetak di stasiun. Untuk tiap tiketnya, Ana harus menambah sekitar Rp 50 ribu dari harga asli yang tertera di aplikasi resmi.
"Saya mau pulang, tapi yang bikin saya kecewa kok jadi pengeluarannya lebih gede. Sedangkan kita yang mau pulang niatnya kan mau menghemat biaya gitu. Uangnya banyak buat di kampung. Saya kecewanya tuh kalau memang benar orang KAI terlibat percaloan," ujarnya.
Menurut Ana, berdasarkan informasi yang ia terima dari para calo yang ia hubungi, banyak juga yang mangkal di sekitar stasiun. Tim detikX mencoba menelusuri keberadaan para calo tersebut di dua stasiun di Jakarta: Stasiun Pasar Senen dan Gambir.
Di Stasiun Pasar Senen, sejumlah petugas dan para portir yang kami tanyai semuanya kompak menjawab bahwa saat ini keberadaan calo sudah tidak ada. Sampai akhirnya tim detikX diarahkan oleh seorang pedagang yang mengaku mengenal salah satu calo.
"Kalau calo, itu, Mas. Dia sudah jadi calo dari pertama kali kereta antarkota masuk ke sini," ucap salah satu pedagang sambil menunjuk seseorang yang tampak duduk-duduk di sudut stasiun.
Stasiun Pasar Senen mulai dipadati penumpang arus mudik Lebaran, Rabu 22 Maret 2023
Foto: Belia/detikcom
Kami mencoba menanyakan ketersediaan tiket mudik H-2 Lebaran tujuan Surabaya, yang sebelumnya telah kami pastikan habis di aplikasi-aplikasi resmi. Ia dengan percaya diri mengatakan dapat menyediakan tiket tersebut.
Calo ini mengaku sudah beroperasi sejak tiket elektronik belum diberlakukan dan tiket kereta dapat dijual bebas seperti rokok eceran. Ia mengklaim menjalankan aksinya dibantu dan difasilitasi oleh pihak yang ia sebut sebagai ‘orang dalam stasiun’. Tugas orang dalam tersebut adalah menyediakan tiket kereta api.
"Ada orang dalem. Nanti dibagi-bagi juga," ucapnya kepada reporter detikX sambil menunjuk ke arah stasiun.
Adapun keuntungan dari setiap transaksi akan dibagi dua antara si calo dan pemasok tiket dari stasiun. Dalam tiap transaksi, para calon penumpang dikenai uang muka Rp 50-100 ribu. Setelahnya, penumpang akan dimintai NIK dan nama lengkap.
Kemudian data tersebut akan dibawa oleh calo agar diproses oleh yang menurutnya ‘orang dalam stasiun’ untuk dapat segera dicetak. Untuk tiap tiketnya, penumpang dikenai biaya tambahan Rp 100-150 ribu. Menurut penuturan sumber detikX tersebut, tiket-tiket itu diperoleh dari data pembatalan tiket dan apa yang ia sebut sebagai ‘tiket jatah pegawai KAI’.
Bukan hanya tiket, para calo tersebut juga menyediakan sertifikat vaksin booster abal-abal yang dapat digunakan sebagai syarat perjalanan kereta api. Sertifikat vaksin COVID-19 itu dikenai biaya Rp 300 ribu.
"Aman. Mau berapa orang, ramai-ramai juga bisa, itu gampang. Pulang pergi juga bisa, dari sana ke sini bisa. Tiket langsung juga bisa. Banyak yang ke sini saya bantu," ucapnya kepada reporter detikX.
Tim detikX yang menyamar mencoba membeli satu tiket rute Pasar Senen-Lempuyangan (Yogyakarta) untuk esok harinya. Adapun tiket yang akan dibeli tersebut sudah kami pastikan telah habis di beberapa aplikasi resmi sejak beberapa hari sebelumnya. Untuk tiket kelas ekonomi tersebut, detikX harus merogoh kocek Rp 450 ribu. Keesokan harinya, tiket itu terbukti dapat digunakan.
Tim detikX juga melakukan penelusuran di Stasiun Gambir. Tim detikX sempat berbincang dengan salah satu informan yang kesehariannya berada di Gambir. Menurutnya, para calo di Gambir biasanya beroperasi pada hari Jumat, ketika banyak penumpang keluar dari Jakarta.
Dokumentasi tiket kereta api yang diperjualbelikan calo di Stasiun Pasar Senen
Foto: Tim detikX
Namun, sampai naskah ini diterbitkan, tim detikX belum sempat bertatap muka dengan calo tiket di Gambir. Walaupun demikian, detikX berhasil menghubungi salah satu calo yang mengaku dapat menyediakan tiket pemberangkatan dari Gambir menuju kota-kota lain. Menurutnya, prosedur yang ia gunakan tidak berbeda dari calo tiket yang mangkal di stasiun.
Sementara itu, Kepala Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Eva Chairunisa meragukan adanya calo yang masih beroperasi saat ini. Menurutnya, sangat mustahil melakukan praktik percaloan karena semua pembelian harus melalui aplikasi dengan menyertakan identitas pribadi penumpang.
"Penjualan tiket kami bekerja sama bersama agen-agen perjalanan resmi ya, seperti Traveloka, Indomaret, Alfamart, atau Tiket.com. Nah, kemudian kalau misalnya untuk terkait tiket itu kan sudah sistem online ya, jadi memang tidak bisa diperjualbelikan di luar sistem," kata Eva kepada reporter detikX.
Eva juga menjelaskan tidak ada yang namanya ‘tiket jatah pegawai’. Hal itu karena selama ini para pegawai PT KAI juga harus melakukan pemesanan sesuai prosedur dengan mengisi data diri di sistem. Di luar jalur resmi, menurutnya, mustahil tiket dapat diperjualbelikan.
Selain itu, Eva memaparkan tiket-tiket yang telah dibatalkan oleh pemesan akan langsung masuk sistem aplikasi secara otomatis. Eva meyakinkan sistem online di KAI cukup mampu mengawasi dan mencegah adanya manipulasi tiket-tiket yang dibatalkan oleh pemesan.
"Tiket dibatalkan langsung muncul di aplikasi, kan online. Tapi kadang-kadang, jadi gini, kalau misalnya dia transaksinya via Traveloka yang bukan KAI Access itu mungkin ada jeda dulu, tapi delay-nya nggak lama, paling berapa menitlah gitu. Kalau sudah sistem, nggak bisa diapa-apain," ucapnya.
Di sisi lain, tim detikX juga berupa menanyakan apakah PT KAI telah melakukan penelusuran dengan menyamar sebagai calon penumpang? Setidaknya untuk menemukan dan memberantas sindikat calo tiket. Sayangnya, menurut Eva, hal itu belum atau tidak bisa dilakukan. Hal itu karena, dengan adanya sistem penjualan tiket saat ini, KAI cukup percaya diri, hampir mustahil terjadi praktik percaloan.
"Ya nggak bisa, ya makanya karena itu nggak bisa. Jadi, artinya, kalau memang ada, itu kan dijual sama Traveloka, kemudian dengan KAI Access. Kalau memang ada seperti itu, artinya kan kita akan menelusuri pasti ya, misalnya memang ada," ujarnya.
Vice President Public Relations PT KAI Joni Martinus juga menegaskan hal serupa. Menurutnya, sistem ticketing KAI tidak memungkinkan adanya praktik percaloan. Selain itu, ia membantah adanya penjatahan tiket bagi orang-orang dalam KAI.
Tim detikX juga menanyakan terkait sistem pembagian jatah tiket kereta ke beberapa pihak yang telah bekerja sama dengan KAI. Namun hingga tenggat naskah liputan khusus ini, belum ada jawaban dari PT KAI.
Reporter: Tim DetikX
Penulis: Ahmad Thovan Sugandi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana