Foto: reklamasi area tambang nikel Komodo yang dilakukan Harita Nickel (Achmad Dwi/Detikcom)
Jumat, 6 Oktober 2023Pemerintah Indonesia tengah menggenjot hilirisasi di sektor tambang dan mineral. Proses atau strategi pengolahan bahan baku menjadi barang siap pakai untuk meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut diyakini dapat memberi multiplier effect, seperti meningkatkan cadangan devisa negara, menyerap tenaga kerja, meningkatkan nilai ekonomi lokal, dan memberdayakan masyarakat setempat.
Salah satu wilayah yang merasakan multiplier effect dari hilirisasi salah satu komoditas tambang adalah Maluku Utara. Ekonom Josua Pardede, dalam acara diskusi bertajuk “Ngobrol Asyik di Ternate” pada 13 April 2023 menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada tahun 2022 adalah 23,4%. Itu merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia dan pertumbuhan tersebut telah didorong oleh hilirisasi nikel.
“Maluku Utara memiliki cadangan nikel yang bisa diolah menjadi bahan baku baterai mobil listrik untuk 73 tahun ke depan. Karena itu, wilayah ini bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dan menjadi rantai terpenting dalam industri otomotif berbasis listrik dunia,” terang Joshua.
Namun, pertumbuhan ekonomi yang salah satunya didorong oleh industri hilirisasi nikel ini tersebut harus juga diimbangi dengan upaya untuk menjaga lingkungan hidup agar tetap lestari. Karena itu diperlukan komitmen tinggi dari perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah Maluku Utara. Tidak hanya terhadap lingkungan hidup, namun juga masyarakat di sekitar operasional tambang.
Hal ini pun tidak luput dari perhatian PT Trimegah Bangun Persada atau Harita Nickel sebagai korporasi hilirisasi nikel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Perusahaan ini terus berusaha menyeimbangkan kegiatan operasional berkelanjutan dan berkomitmen penuh dalam pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Harita Nickel merupakan salah satu perusahaan tambang besar di Indonesia yang memiliki Usaha Pertambangan (IUP) dan beroperasi sejak 2010 pada lahan seluas 5.523 hektare (bersama afiliasinya, Gane Permai Sentosa). Selain pertambangan, Harita Nickel juga bergerak dalam pengolahan dan pemurnian mineral smelter feronikel sejak 2016, smelter feronikel ii sejak tahun 2022, dan pengolahan nikel limonit pada 2021.
Perumahan warga yang dibangun oleh Harita Nickel
Foto: Achmad Dwi/Detikcom
Bagi Harita Nickel, praktik penambangan yang baik atau good mining practice wajib dijalankan perusahaan tambang. Tidak hanya sekadar mengejar produksi semata, perusahaan tambang haruslah memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat. “Kita berusaha menjadi perusahaan tambang yang mengelola tambang atau mengoperasikan tambang menjadi yang terbaik,” kata Direktur Operasional Trimegah Bangun Persada, Younsel Evand Roos, saat ditemui di Pulau Obi, 28 Juli 2023 lalu.
Dengan prinsip good mining practice, Harita Nickel ingin operasional tambang tidak merusak lingkungan, sebaliknya membuat alam sekitar tetap lestari. Hal itu diterapkan Harita Nickel melalui program-program corporate social responsibility (CSR) perusahaan. Di antaranya Harita Nickel telah mereklamasi Komodo, area bekas tambang di Pulau Obi.
Harita Nickel memang menamai semua area pit-nya dengan nama daerah atau binatang khas Indonesia, seperti halnya Komodo. Beberapa waktu lalu, detikcom berkesempatan untuk mengunjungi area Komodo untuk melihat langsung aktivitas perusahaan di area bekas tambang nikel Harita Nickel tersebut.
Setelah produksi di kawasan ini rampung, pemulihan dilakukan. Kini, wilayah tersebut telah menjadi hijau dengan beragam tanaman. Di lokasi itu, terdapat sebuah papan pemberitahuan di mana dalam papan tersebut terdapat informasi jika area reklamasi Komodo memiliki luas 11,82 hektare. Kemudian, tahun tanam yakni Februari-Juni 2019.
Adapun pohon yang ditanam antara lain meranti, mahoni, mersawa, bintangur, gofasa, ketapang, jabon merah, kayu putih, dan cemara laut. Younsel menerangkan, pada tahun 2021, pihaknya telah melakukan penanaman pada area seluas 68,5 hektare. Hingga tahun 2023 ini, diperkirakan akan bertambah luasnya menjadi 75 hingga 80 hektare.
Younsel menjelaskan, area purna tambang biasanya memiliki bentuk yang tak beraturan. Untuk menghijaukan wilayah itu, langkah awal yang ditempuh ialah menjadikan wilayah tersebut sebagai penumpukan atau disposal. Setelah penuh kapasitasnya, lantas dilakukan penataan supaya tidak longsor. Saluran air atau drainase pun juga harus ditata.
Berikutnya, wilayah itu kemudian ditutup dengan tanah lapis atas (top soil) dari tambang yang baru dibuka. “Top soil ini sangat bagus merupakan pupuk alami yang akan diharapkan membantu pertumbuhan dari tanaman yang ditanam menjadi lebih baik,” katanya saat itu.
Setelah penanaman, perawatan terhadap tanaman pun dilakukan secara rutin. Salah satunya ialah kegiatan pemupukan. Adapun tanaman yang ditanam merupakan tanaman yang dikembangkan sendiri oleh Harita Nickel melalui fasilitas pembibitan (nursery). “Nah, untuk bisa berkembang sendiri kita punya nursery untuk pembibitan dan yang kita prioritaskan bibit-bibit dari lokal, dari hutan sekitar. Kenapa kita pilih bibit-bibit dari lokal, yang diharapkan bisa adaptif dan tahan penyakit,” ungkapnya.
Tak hanya area bekas tambang, pihaknya juga mengatur drainase tambang sebagai upaya menerapkan praktik tambang yang baik. Ketika hujan datang, maka ada risiko terjadinya erosi permukaan tanah. Oleh karena itu, dibuatlah sendiment pond sebagai wadah untuk pengendapan. Dengan begitu, maka aliran air yang keluar dari wilayah tambang berupa air yang bersih. “Dan ujung-ujungnya saat masuk ke danau atau ke laut sudah sangat bersih di bawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah,” katanya.
Sisa hasil pengolahan nikel pun juga tidak dibuang begitu saja. Younsel mengatakan sisa hasil produksi smelter feronikel, yakni slag nikel, diolah menjadi produk bahan bangunan seperti paving block, batako, dan lainnya. “Kita akan terus berkembang mencari ide untuk bisa mengembangkan lebih lanjut dari waste produk pabrik ini,” ujarnya.
Terhadap masyarakat sekitar, Harita Nickel juga menyediakan permukiman baru untuk masyarakat yang kini masih tinggal yang berdekatan dengan operasi tambang. Adanya pemukiman baru ini diharapkan agar masyarakat memiliki tempat tinggal yang lebih layak dan sehat. Permukiman itu diberi nama Permukiman Baru Kawasi. Lokasinya berjarak sekitar 5 km dari Kawasi lama.
Direktur Transmedia Latif Harnoko (kiri) menyerahkan trofi penghargaan detikcom Awards 2023 kepada Drector of Health Safety and Environment PT Trimegah Bagun Persada (Harita Nickel)
Foto: Ari Saputra/detikcom
Head of Community Affairs Harita Nickel, Latif Supriadi menerangkan rumah yang akan dibangun sebanyak 259 unit, yang terdiri dari beberapa tipe. Bukan hanya rumah, permukiman ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum, seperti tempat ibadah, sekolah, kantor desa, dan kantor BUMDes. Lalu disertai fasilitas air bersih, listrik, jalan, serta dilengkapi area komersial untuk kegiatan usaha masyarakat dan akses ke pelabuhan. “Ini diharapkan kawasan percontohan masyarakat yang terintegrasi dan modern termasuk pengelolaan sampah. Kita berharap targetnya tahun ini bisa dimanfaatkan,” ujar Latif.
Penerapan CSR Harita Nickel itu terangkum dalam beberapa program, yakni Gemar Papeda (Gerakan Kemandirian & Penguatan Kapasitas Pelaku Usaha Desa), Program Kawasi Unikk (Unit Kewirausahaan Komunitas) dan Program Pijar Obi (Pemenuhan Infrastruktur Dasar untuk Kesejahteraan Obi).
Program CSR Harita Nickel tersebut membuat perusahaan dianugerahi penghargaan sebagai ‘Perusahaan Nikel Terintegrasi Unggul di Bidang CSR’ dalam ajang detikcom Awards 2023 beberapa waktu lalu. Penghargaan diterima oleh Director of Health Safety and Environment PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nickel) Tonny Hasudungan Gultom di Hotel The Westin, Jakarta Selatan, Kamis, 21 September 2023.
Tonny Hasudungan Gultom mengatakan, akan mengedepankan kerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat dalam rangka melakukan pembangunan di daerah. Menurutnya, penghargaan ini adalah bukti nyata apa yang perusahaannya lakukan bersama masyarakat dalam melakukan pembangunan di wilayah timur. Kebetulan proyek terbesar Harita ada di Maluku Utara.
“Ke depannya Harita kedepankan kerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat, kami tak bisa berdiri sendiri dalam membangun di daerah. Proyek kami membutuhkan masukan supplier bahan baku tentunya banyak diharapkan juga dengan keterlibatan masyarakat UMKM akan terus dibutuhkan dan meningkat ke depannya,” ujar Tonny.
Penulis: Nurcholis Ma'arif
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim