INTERMESO

Jurus Wilmar Selamatkan Petani

Para petani sering kali tidak mempunyai akses untuk menjual gabah ke pasar yang apresiatif. Juga kekurangan modal dan pendampingan.

Foto: Seorang petani sedang memeriksa tanaman padi di lahan kemitraan petani-WPI di Serang, Banten (Dok WPI)

Selasa, 23 Mei 2023

Meski hawa panas begitu menyengat, para petani Desa Tonjong, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten, tetap berkumpul di lokasi yang sudah ditentukan. Di dalam sebuah gudang penggilingan padi, petani berjumlah sekitar 15 orang yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tunas Jaya itu sedang menantikan kehadiran seseorang. Seraya menunggu, mereka bertukar keluh kesah.

Tampaknya Dewi Sri, dewi yang menjadi lambang kesuburan tanaman padi, sedang tidak berpihak kepada mereka. Buktinya, area persawahan mereka ‘porak-poranda’ diserbu hama penggerek batang padi. Pada masa generatif, serangan musuh bebuyutan petani ini membuat buah padi menjadi tidak berisi atau hampa. Para petani pun terpaksa merugi karena hasil panen mereka turun drastis.

Di tengah kabar memilukan hati itu, terdengar cerita mengenai keberhasilan beberapa kelompok petani lainnya di Kabupaten Serang dalam melawan gempuran maut hama PBP. Lahan 1 hektare dapat menghasilkan 6 ton gabah panen. Sedangkan di Tonjong, 1 hektare lahan cuma mampu menghasilkan 3 ton gabah. Sebagai Ketua Gapoktan Tunas Jaya, yang mengepalai 99 orang anggota, Syaifi pun dibuat penasaran.

Pukul 14.00 WIB, tamu yang ditunggu akhirnya datang juga. Ia adalah Dadang Supyana, Koordinator FEP atau Farmer Engagement Program PT Wilmar Padi Indonesia atau WPI. Rupanya Dadang tidak sendiri. Dia ditemani Andi Bachtiar, Head of Farmer Engagement WPI. Ada juga Nelly Harlina, Koordinator Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kramatwatu.

“Kenapa baru sekarang datangnya? Kenapa nggak dari dulu saja?” ucap Syaifi menyambut hangat kedatangan rombongan WPI, Kamis, 6 April 2023. Petani berusia 49 tahun ini pulalah yang mengumpulkan sebagian anggotanya untuk hadir dalam pertemuan hari itu.

WPI merupakan anak usaha Wilmar Group yang bergerak di bidang bisnis beras. Sejak membuka pabrik baru di Kawasan Industri Terpadu Kabupaten Serang pada 2022, WPI telah berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas petani, tak terkecuali para petani di wilayah sekitar pabrik. Komitmen WPI direalisasikan melalui program FEP dalam bentuk kemitraan.

Pada skema kemitraan ini, Dadang mengemban peran penting. Ia bertugas mempromosikan program FEP dan menggaet petani yang belum bergabung menjadi mitra. Kali ini Dadang menemui Syaifi dan para anggotanya secara khusus untuk mensosialisasikan program FEP.

Rombongan WPI sedang melakukan sosialisasi program FEP kepada Kelompok Tani Tunas Jaya, Serang, Banten, 6 April 2023.
Foto: Dok WPI

Di atas karpet corak berwarna merah biru, Dadang dan para petani duduk membentuk lingkaran. Perlahan ia mulai memaparkan program-program yang ditawarkan FEP. Tak ada kopi atau teh yang tersaji dalam pertemuan, karena mereka sedang menjalankan ibadah puasa. Namun para petani tetap antusias dan mendengarkan Dadang secara saksama.

Dadang memaparkan, untuk menjadi mitra WPI, para petani atau ketua kelompok tani cukup mengajukan nama-nama petani yang ingin bergabung beserta lokasi dan luas lahannya. Meski petani hanya memiliki lahan di bawah 1 hektare, mereka bisa bermitra dengan WPI asalkan diwakilkan melalui satu nama.

Justru kehadiran Wilmar di sini menjadi suatu berkah buat petani. Ekonomi petani bisa naik. Kalau nggak ada Wilmar, harga pasaran gabah, tuh, ditekan habis-habisan sampai murah."

“Bapak atau ketua kelompok mengajukan nama-nama yang mau bergabung dengan kemitraan, luas lahan, KTP, lokasi rumah, dan lahan sawahnya,” ucap Dadang memaparkan syarat bergabung.

Petani yang tergabung dalam kemitraan WPI turut mendapatkan sejumlah fasilitas, seperti pinjaman modal untuk sarana dan prasarana produksi pertanian. Hal ini mencakup benih, pupuk, dan pestisida. Petani baru membayarkan biayanya setelah panen. WPI juga menggandeng Asuransi Central Asia (ACA) untuk memberikan perlindungan ekstra bagi petani jika terjadi gagal panen akibat hama penyakit atau bencana alam.

“Selain itu, ada tim pendampingan juga di lapangan sehingga produksi bisa meningkat dan saat panen kita bantu untuk menyerap hasil produksi beras petani supaya bisa langsung dikirim ke pabrik,” imbuh Farmer Engagement Head WPI Andi Bachtiar menjelaskan.

***

Menurut Nelly Herlina, harapan petani Kabupaten Serang untuk mendapatkan hasil panen melimpah dan gabah berkualitas tinggi sebetulnya bukan mimpi semata. Namun, masalahnya, tak banyak petani berhasil mencapai hasil panen paripurna lantaran terkendala akses permodalan.

Dari hasil pengamatan Nelly, kurangnya modal usaha membuat petani memangkas ongkos produksi. Asupan pupuk dan penggunaan obat terpaksa dikurangi sehingga tidak memenuhi syarat untuk memperoleh hasil panen melimpah.

“Kelemahan petani kita itu nggak mampu beli produk obat dan pupuk yang bagus. Akhirnya hasil panen kualitasnya nggak bagus. Coba saja bandingin sama petani yang modalnya jor-joran,” tutur Nelly. Ia kerap mendampingi petani di Kecamatan Kramatwatu. Nelly pulalah yang mendukung Kelompok Tani Tunas Jaya untuk bergabung menjadi mitra WPI.

Apalagi, lanjut Nelly, di Kramatwatu kebanyakan petani tidak memiliki lahan sendiri alias hanyalah petani penggarap. Keuntungan bersih pascapanen wajib dibagi dua dengan pemilik lahan. Alhasil, pendapatan yang didapatkan dari hasil bertani padi sangat minim. Jangankan mengumpulkan modal untuk masa tanam di kemudian hari, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja petani sudah morat-marit.

Pemberian apresiasi kepada Kelompok Tani Sri Rahayu, Desa Tenjo Ayu, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, sebagai mitra WPI dengan kualitas GKP atau Gabah Kering Panen terbaik.
Foto: Dok WPI

Jika sudah kepepet, petani mau tak mau berutang kepada tengkulak. Saat musim panen tiba, petani terpaksa menjual komoditasnya kepada mereka dengan harga murah. Dengan modal yang mereka punya, tengkulak mampu menjinakkan petani padi.

“Justru kehadiran Wilmar di sini menjadi suatu berkah buat petani. Ekonomi petani bisa naik. Kalau nggak ada Wilmar, harga pasaran gabah, tuh, ditekan habis-habisan sampai murah,” tandas Nelly. Nelly menekankan, hadirnya WPI juga membuat petani memiliki akses untuk menjual gabah ke pasar yang lebih apresiatif, baik dari sisi harga maupun kualitas.

Pengakuan yang kurang lebih sama dilontarkan oleh Gabungan Kelompok Tani Sri Rahayu selaku mitra WPI, yang bertemu dengan detikX bersama tim WPI pada hari sebelumnya. Ketua Poktan Sri Rahayu, H Syafawi, mengatakan, sejak bermitra dengan WPI, tengkulak tak lagi berani menyentuh wilayahnya.

“Tengkulak di sini banyak. Tiap hari ada saja yang datang,” ucap Syafawi semringah. Pada saat WPI memberi harga Rp 5.400 per kg untuk gabah, para tengkulak hanya berani menawar Rp 5.000 per kg.

Sebelum menjadi mitra WPI, Syafawi dan anggotanya terlebih dahulu mengikuti demonstration plot atau demplot. Syafawi menjadikan lahan miliknya sebesar 1 hektare sebagai lahan percontohan. Tujuannya agar petani dapat melihat dan membandingkan hasil sebelum dan sesudah dibina tim penyuluhan WPI.

Syafawi puas dengan hasil demplotnya. Dalam 1 hektare, hasil panennya naik sekitar 1 ton dibandingkan panen-panen sebelumnya. “Sekarang ada 14 anggota yang ikut bermitra. Total lahannya jadi 16 hektare,” kata Syafawi saat ditemui di rumahnya. Ia juga memiliki penggilingan padi berkapasitas 10 ton.

Sementara itu, WPI selalu menaati harga eceran tertinggi atau HET yang ditetapkan oleh Badan pangan Nasional (Bapanas). Ada kalanya WPI dihadapkan pada situasi sulit ketika dihajar tengkulak dan perusahaan beras lokal yang mencuri start.

Suasana di dalam pabrik beras PT Wilmar Padi Indonesia di Serang, Banten
Foto: Dok WPI

Tahun lalu, pernah terjadi anomali ketika harga gabah naik tajam menjelang panen raya. Padahal idealnya, harga gabah akan turun seiring dengan melimpahnya pasokan. Pada saat perusahaan lokal dan tengkulak berlomba-lomba merebut hati petani dengan menaikkan harga di atas batas wajar, WPI tidak bisa serta-merta ikut-ikutan.

“Saat itu kita nggak maksa. Pabrik saya yang biasa terima 50 truk jadinya cuma terima enam truk dalam sehari. Bahkan ada hari ketika kita nggak terima sama sekali. Karena kita ada minimum quantity, kalau di bawah itu hasilnya nanti nggak bagus,” jawab Arya Factory Manager WPI.

Petani yang memberikan kualitas gabah bagus pasti akan kita berikan reward. Sedangkan petani yang kasih barang di bawah spek, tentu ada refraksi."

Hal ini sekaligus membantah isu bahwa WPI membeli gabah petani dengan harga tinggi. Dari proses penggilingan dengan teknologi modern, WPI mampu membeli gabah dengan harga wajar karena memanfaatkan produk samping atau by product. Produk hilir yang ikut memberi nilai tambah antara lain bekatul, kulit menir, dan sekam.

“Kita nggak cuma melihat harga market, tapi juga ada harga wajar yang dihitung dari biaya olah tanah, pendapatan petani, dan ongkos angkut. Jangan sampai anak-anaknya melihat bapaknya sengsara karena menjadi petani. Kalau sampai nggak ada penerusnya, nanti Indonesia nggak swasembada beras,” tandas Arya.

***

Wilmar Group mulai merambah bisnis beras sejak 2018. Pabrik beras pertama kali dibangun di Mojokerto, Jawa Timur. Pada 2020, Wilmar kembali melakukan ekspansi ke Ngawi, Jawa Timur, tahun 2022 menyusul Serang dan sisanya dua pabrik lagi di Palembang dan Sumatera Utara.

Serang merupakan salah satu fokus WPI karena merupakan wilayah pusat produksi padi terbesar sekaligus memiliki kualitas padi yang cukup baik. Hingga kini sudah bergabung 278 petani mitra di Serang dengan luas lahan kemitraan sebesar 450 hektare. Sementara itu, total luas lahan kemitraan seluruhnya hingga saat ini adalah 6.833 hektare.

“Serang pabrik ketiga, baru mulai di pertengahan tahun kemarin. Di Palembang baru berjalan satu bulan. Insyaallah pertengahan tahun ini akan berjalan di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Jadi total ada lima,” terang Andi. Masing-masing pabrik memiliki kapasitas penerimaan per hari sekitar 1.000 ton gabah atau sama dengan 100 truk.

detikX diberi kesempatan mengunjungi pabrik WPI yang berdiri di atas lahan Kawasan Industri Terpadu Wilmar. Kawasan ini memiliki luas 800 hektare. Sedangkan Wilmar Group baru menempati sekitar 200 hektare. Ke tempat inilah gabah hasil panen petani dibawa untuk diolah menjadi beras.

Setelah diterima dan ditimbang, gabah hasil panen petani akan diambil sampelnya dan diperiksa dalam sebuah lab. WPI mempunyai standar khusus yang wajib dipenuhi oleh para petani padi. Ada tiga varietas beras kualitas premium yang diproduksi dari hasil kerja sama ini, yaitu Ciherang, Inpari 31, dan Mikongga. Jenis benih padi ini menghasilkan beras bulir panjang, pulen, dan tidak beraroma.

“Petani yang memberikan kualitas gabah bagus pasti akan kita berikan reward. Sedangkan petani yang kasih barang di bawah spek, tentu ada refraksi,” ucap Arya. “Jadi kita fair, supaya petani nggak hanya kirim barang tapi ada aspek edukasi. Kalau saya maintain barang bagus, saya juga dapat penghasilan lebih.”

Hasil produksi beras WPI didistribusikan ke kota-kota sekitarnya, seperti DKI Jakarta, Lampung, dan Jawa Barat. Merek beras premium yang diproduksi Wilmar di antaranya adalah Sania, Fortune, Sip, Sofia, Sawah Hijau, dan Sawah Jingga.


Reporter: Melisa Mailoa, Cut Maulida Rizky
Redaktur: Melisa Mailoa
Editor: Irwan Nugroho

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE