INTERMESO
HUT Polwan ke-69
Juansih mendapatkan bintang satu pada Februari lalu. Dia jadi satu di antara empat jenderal perempuan Polri.
Foto: Bersama Anak-anak Papua
Senin, 11 September 2017Mendapat kepercayaan memegang tongkat komando di Kepolisian Resort (Polres) Surabaya Timur membuat Juansih harus siaga 24 jam. Tugas yang datang saat lewat tengah malam membuatnya harus meninggalkan rumah kala suami dan anak-anaknya tengah tertidur lelap. "Tak jarang ada peristiwa kejahatan yang baru ketahuan lewat tengah malam," ujar Brigadir Jenderal Juansih saat mengenang masa-masa 12 tahun silam.
Pernah suatu ketika Juansih yang saat itu berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) mendapat panggilan darurat tiga jam lewat tengah malam. Rupanya terjadi peristiwa carok yang terjadi dalam wilayah pengawasannya. "Saya cari sopir rupanya dia sudah pulang. Dia pikir saya tak akan bangun kalau ada peristiwa dini hari. Jadinya saya sopir sendiri ke TKP," kata Juansih.
Juansih yang kini menjabat Direktur Pemberdayaan Alternatif Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan Kapolres perempuan pertama di wilayah Polda Jawa Timur. Kepada DetikX yang menemuinya di ruang kerjanya di Gedung BNN, Jumat pekan lalu lalu, Juansih menuturkan pengangkatannya sebagai Kapolres Surabaya Timur menjadi ‘daya tarik’ tersendiri di jajaran Polda Jatim.
Tak ada pengalaman melantik pejabat perempuan di jajaran Polda Jatim membuat panitia upacara serah terima jabatan kelimpungan. Mereka berupaya memikirkan bagaimana cara terbaik proses pemasangan tanda jabatan di pakaian Kapolres yang baru. "Bahkan sampai istri-istri para perwira ikut ramai juga waktu itu," ujar perempuan kelahiran Majalengka 53 tahun yang lalu itu.
Tanda pangkat jabatan dan pakaiannya lantas dimodifikasi sedemikian rupa. Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar (Kapolwiltabes) Surabaya yang kala itu dijabat Sutarman tinggal mencantolkan peniti di tanda jasa ke lubang di pakaiannya. "Beliau (Sutarman) saat itu menantang apakah saya bisa patroli sampai subuh?" ibu tiga orang anak itu menirukan pertanyaan atasan. "Saya jawab siap bisa."
Brigadir Jenderal Juansih, tengah
Foto : Perwira Sumber Sarjana
“Nanti kami akan mencari Polwan yang bagus, yang tepat untuk menjadi Kepala Polda. Tapi bukan hanya Kapolda Tipe B. Jadikan Kapolda bintang dua”
Kepala Polri Jenderal Tito KarnavianKarakter Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia membuat Juansih nyaris tak bisa bersantai. Tantangan Sutarman dijawabnya dengan mengintensifkan patroli malam sampai dini hari. "Tugas di kota dengan tingkat kerawanan tinggi membuat saya dituntut untuk selalu di lapangan. Fisik dan mental memang harus kuat," katanya. Ia juga menantang anak buahnya agar rajin patroli. "Kalau mau leha-leha pindah saja ke Polsek yang sepi."
Tak hanya berhadapan dengan tingkat kerawanan kejahatan yang tinggi, Juansih juga harus menangani pengamanan pertandingan sepak bola. Stadion Tambaksari yang berada dalam wilayah Polresta Surabaya Timur merupakan markas tim Persebaya. Juansih berupaya mencari cara agar tak timbul kerusuhan jika Persebaya main di kandangnya. "Semua Kapolsek saya kasih tanggung jawab berjaga di tiap pintu masuk untuk bagikan snack," ujarnya. "Sampai-sampai saya dipanggil bunda sama bonek-bonek itu."
Hampir dua tahun memimpin Polresta Surabaya Timur, dimutasi sebagai Kapolres Batu, Malang. Setelah sempat ditugaskan ke Polda Banten sebagai Kepala Biro Pers, Juansih kembali ke Polda Jatim menjadi Kepala Biro Logistik pada Februari. Saat itu pula pangkatnya naik menjadi Komisaris Besar. Istri dari Teddy Supriadi ini mendapat kesempatan mengikuti Sekolah Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri pada 2013. Setelah itu karirnya lebih banyak di Mabes Polri sebelum akhirnya dipromosikan ke BNN pada Februari 2017.
Di sela-sela kesibukannya bertugas di Mabes Polri, lulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) jurusan olahraga ini pun masih menyempatkan menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Airlangga, Surabaya. Ia bahkan menjadi lulusan terbaik Sekolah Pascasarjana Unair dengan gelar Doktor Bidang Ilmu Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Juansih mengakui tak mudah untuk menyeimbangkan kehidupannya sebagai istri, ibu, sekaligus sebagai seorang polwan. Ia memegang teguh prinsip bahwa dirinya tetap punya kewajiban besar di rumah. Meski pasti muncul tuntutan-tuntutan dari keluarganya. "Saya berusaha membuat mereka mengerti (karir) dan membuat mereka tidak merasa kehilangan. Sehebat-hebatnya kita di lapangan tetap kembali juga ke keluarga," ujarnya. "Kita pasti tidak mau suami dan anak-anak terlantar."
Peninjauan Lahan Pemberdayaan Alternatif dari Ladang Ganja Menjadi Ladang Produktif Kakao, Kemiri, Nilam dan Cabaidi Aceh Besar
Foto : Dok. Pribadi
Semasa masih bertugas di Surabaya, Juansih pasti menyempatkan diri mampir ke rumah di sela-sela patroli malam. Setelah bertugas di Jakarta setiap ada hari libur lulusan Wamilsuk angkatan 1989 itu pulang ke Surabaya mengunjungi keluarga. "Libur sehari pun saya pasti pulang. Bersih-bersih rumah. Cek isi kulkas buat seminggu.. hahaha," katanya. "Happy kan pagi-pagi ke pasar, masak buat keluarga, makan bersama sekarang mahal sekali."
Setiap polisi wanita kata Juansih harus memiliki semangat agar karirnya tidak mandek sekaligus tak melupakan keluarga. "Kadang-kadang yang tidak punya spirit dalam karir akan tenggelam," ujarnya. "Kita berupaya bagaimana dua-duanya maju. Memang butuh manajemen tingkat tinggi," kata Juansih.
Juansih adalah satu di antara empat jenderal perempuan di Korps Polisi. Polri punya Jenderal polwan pertama pada 1989. Dia adalah Jeanne Mandagi. Meski jumlahnya masih sangat jauh dari jenderal laki-laki, sekarang makin banyak jenderal perempuan di Kepolisian RI, yakni, Kepala Analis Kebijakan Utama di Lembaga Diklat Polri Brigadir Jenderal Ida Utari Purnamasari, Brigadir Jenderal Nur Afiah, Wakil Kepala Polda Sumatera Barat, dan Brigadir Jenderal Sri Handayani, Kepala Sekolah Pembentukan Perwira di Lembaga Diklat Polri.
Dalam sejumlah kesempatan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian menyampaikan keinginannya agar jenderal polwan makin banyak. Tak hanya makin banyak, tapi juga bisa menduduki posisi-posisi strategis. Sampai sekarang, baru ada satu jenderal perempuan yang pernah menduduki posisi Kepala Polda yakni Brigadir Jenderal (purn.) Rumiah Kartoredjo. Dia dilantik sebagai Kepala Polda Banten pada 2008.
“Nanti kami akan mencari Polwan yang bagus, yang tepat untuk menjadi Kepala Polda. Tapi bukan hanya Kapolda Tipe B. Jadikan Kapolda bintang dua,” kata Jenderal Tito beberapa pekan lalu.
Penulis: Pasti Liberti
Editor: sapto pradityo
Desainer: Fuad Hasim