CRIMESTORY

Neo-NAZI di Balik Teror Pembunuhan Imigran

Selama 14 tahun banyak warga imigran asal Turki di Jerman tewas dibunuh antara 1998-2011. Pelakunya adalah tiga orang anggota rasis Neo-Nazi.

Sejumlah senjata, bahan bom dan atriibut NSU yang ditemukan polisi (FotoFrank Dobert/Foreign Policy.webp)

Kamis, 19 September 2024

Pada pagi yang cerah di musim gugur, 4 November 2011, penduduk kota Eisenach, Thuringian, Jerman bagian tengah, baru saja akan memulai aktivitasnya. Tepat pukul 09.15 waktu setempat, dua orang pria terlihat mengayuh sepeda menuju sebuah bank di kota tua yang dikelilingi perbukitan itu. Mereka terlihat janggal dalam penampilannya.

Keduanya menggenakan celana panjang olahraga dan sepatu kets. Wajah salah seorang ditutupi topeng gorila, sementara satu lagi memakai topeng ghostface seperti dalam film ‘Scream’. Mereka tergesa-gesa setengah berlari saat masuk ke dalam bank sambil menodongkan senjata. Karyawan bank yang tengah bersiap-siap menjalankan tugas pagi itu dibuat terkejut dengan kedatangan mereka.

Salah satu pria menghampiri manager bank dan memukulnya dengan gagang pistol hingga terluka. Dia menyeretnya menuju brankas penyimpanan uang nasabah. Aksi perampokan begitu cepat dan tak membuat petugas bank berkutik. Perampok itu lalu kabur dengan mengayuh sepeda sambil membawa tas berisi uang senilai 72.000 Euro atau setara Rp 845,2 juta saat itu.

Kantor polisi setempat mendapatkan laporan perampokan bank tersebut pada pukul 09.30. Petugas kepolisian yang berpatroli diperintahkan untuk mengendus pergerakan perampok bersepeda tersebut. 20 menit kemudian, seorang saksi mata melaporkan kedua perampok terlihat di parkiran toko perkakas sekitar setengah mil dari kantor bank.

Mereka tergesa-gesa memasukkan dua sepeda ke dalam mobil van warna putih dan langsung tancap gas. Berjam-jam polisi mencari mereka, tapi tidak menemukan keberadaanya. Polisi menduga mereka akan kabur menuju kota Saxony, Dresden, Jerman bagian timur. Polisi menyebar untuk berpatroli di jalan-jalan yang mengarah ke kota Chemnitz.

Karena polisi sudah memblokade jalanan ke luar kota, akhirnya perampok itu pun terpojok di suatu tempat, beberapa mil dari arah utara kantor bank yang mereka jarah. Polisi mengepung mereka yang masih berada di dalam mobil van warna putih itu. Polisi mencoba mendekati mobil van dengan penuh kesiap-siagaan.

Baru beberapa langkah mendekat, tiba-tiba terdengar letusan di dalam mobil. Disusul suara letusan kedua. Hal itu membuat sejumlah polisi berlindung kembali di balik mobil dan bak sampah. Suara letusan terakhir terdengar seiring kepulan asap membumbung dari dalam dan mobil pun terbakar.

Petugas pemadam kebakaran datang ke lokasi setelah dihubungi polisi. Begitu api padam, polisi hati-hati membuka pintu samping untuk melihat kondisi di dalam mobil. Nampak dua perampok sudah menjadi mayat di lantai mobil. Kepala kedua mayat luka tembak tertembus peluru dengan kulit hangus.

Wajah para korban asal Turki, Yunani dan Jerman yang dibunuh anggota NSU.
Foto DPA:AP.webp

Diduga salah satu perampok menembak mati rekannya sendiri. Setelah itu membakar mobil, lalu mengakhiri hidupnya dengan cara menembak kepalanya sendiri. Di dalam mobil, polisi menemukan pistol Ceska CV-83 buatan Cekoslowakia, pistol Heckler & Koch (HK) P2000 buatan Jerman dan senapan serbu serta puluhan amunisinya.

Polisi mengidentifikasi kedua perampok itu adalah Uwe Mundlos dan Uwe Bohnhardt. Keduanya buronan belasan kasus perampokan bank, dan ini yang ke-15. Selain itu Mundlos dan Bohnhardt juga buronan kasus pembunuhan berantai yang dikenal dengan sebutan ‘Die Donermorde’ (pembunuhan kebab) dari 2006 hingga 2011.

Kejahatan mereka ditulis oleh Jacob Kushner dalam bukunya “Look Away: a true Story of Murder, Bombings, and a Far-Right Campaign to Rid Germany of Immigrants’ terbitan 2024. Mundlos dan Bohnhardt tercatat sebagai anggota kelompok sayap kanan di Jerman, Nationalsozialistischer Untergrund (NSU), atau Gerakan Bawah Tanah Sosialis Nasional, sebuah gerakan rasis Neo-Nazi yang aktif sejak 2001-2010.

Selain memburu Mundlos dan Bohnhardt, polisi Jerman juga memburu anggota lainnya, yaitu seorang perempuan bernama Beate Zschape. Polisi cepat menemukan identitas ketiganya setelah mengenali pistol HK P2000 milik anggota polisi wanita bernama Michele Kiesewetter yang dibunuh saat bertugas di Heilbronn, sebelah utara kota Baden-Wurttemberg, pada 27 April 2007.

Mundlos, Bohnhardt dan Beate Zschape hidup bersama dengan cara berpindah-pindah tempat dengan identitas palsu. Ketiganya merupakan bagian dari 100-150 orang anggota NSU. Oleh pemerintah Jerman, keberadaan mereka dianggap sebagai kelompok teroris yang dilengkapi dengan senjata, identitas palsu serta mendapatkan uang dengan cara merampok.

Dikutip dari The Guardian tahun 2016, empat hari setelah kematian Mundlos dan Bohnhardt, Beate Zshape menelepon polisi di kota Jena, Thuringian. “Beate Zschape di sini. Saya lah orang yang anda cari di sini,” kata Zschape. Awalnya pihak berwenang tak menghiraukan pentingnya panggilan tersebut. Setelah sadar mereka melakukan pelacakan.

Mundlos, Bohnhardt, dan Zschape menyewa rumah flat di Fruhlingsstrase 26, Zwickau, yang berjarak sekitar 42 km dari kota Chemnitz, Dresden atau 180 km dari kota Eisenach, Thuringian. Namun rumah itu diledakkan dan terbakar sebelum polisi datang. Di tempat itu polisi menemukan berbagai senjata api, khususnya pistol Ceska CV-83 yang digunakan dalam aksi pembunuhan sejumlah warga imigran, serta bom TNT.

 Uwe Mundlos, Beate Zschape dan Uwe Bohn hardt saat berlibur di 2024.
Foto : Kantor kriminal Federal Jerman:Getty Images.webp

Polisi menemukan atribut Neo Nazi dan gambar foto Adolf Hitler dan lambang swastika. Yang menarik adalah ditemukannya DVD berisi cuplikan film serial kartun tahun 1960-an berjudul ‘Pink Panther’ hasil rekayasa kelompok NSU. Beberapa menit pertama, tokoh pink panther berjalan keliling kota sambil melihat poster bertuliskan ‘dukung negaramu’ dan ‘dukung rakyatmu’ diiringi alunan lagu Henry Mancini.

Karakter tersebut mengebom sebuah toko kelontong. Kemudian video beralih ke cuplikan berita sebuah toko yang telah diserang dengan cara serupa di Cologne (Koln), pada 2001. Pink Panther bersantai di sofa dan menonton klip berita televisi tentang apa yang disebut dengan donermorde (pembunuhan kebab). Juga klip berita pembunuhan lainnya serta foto-foto korban yang mengerikan.

Mata Pink Panther berkaca-kaca seolah mengeluhkan lambannya masyarakat Jerman menyadari siapa di balik penyerangan tersebut. Sementara suara narator menunjukkan tanda di layar tentang titik-titik lokasi pembunuhan dan hasil kerja kelompok yang menamakan dirinya National Socialist Underground (NSU).

Barang bukti tersebut menjadi temuan awal yang menghubungkan Mundlos, Bohnhardt dan Zshape dengan 10 pembunuhan, 15 perampokan bank, dan 3 serangan bom. Empat hari kemudian, 8 November 2011, Beate Zschape menyerahkan diri ke polisi di Jena. Hasil penyelidikan Tim Bosporus, tim khusus polisi, awalnya Mundlos, Bohnhardt dan Zschape bergabung dengan kelompok neo-nazi, Thuringia Heimatschuts atau Thuringia Home Guard (THS) yang didirikan pada 1994.

Dikutip dari laman NSU Watch Info, mereka bergabung dengan kelompok THS yang dipimpin Tino Brandt, seorang informan dinas rahasia, sejak remaja. Tapi mereka melarikan diri setelah markas THS digerebek polisi pada 1998. Mundlos, Bohnhardt dan Zschape melarikan diri dengan identitas palsu atas dukungan anggota THS dan Blood and Honor Saxonia.

Hampir 13 tahun keberadaan mereka tak terdeteksi selama tinggal di negara bagian Sachsen. Saat itulah ketiganya mendirikan organisasi teroris bernama NSU yang menargetkan pembunuhan kepada imigran asal Turki dan Yunani. Warga imigran bagi mereka dianggap sebagai ‘musuh bangsa Jerman’ dan bertujuan membuat ketakutan di kalangan komunitas imigran.

Korban pembunuhan terdiri dari 8 pria asal Turki dan Kurdi, 1 pria asal Yunani dan 1 orang polwan asal Jerman. Pertama kali mereka membunuh Enver Simsek (18) di Nuremberg pada 2000. Masih di kota yang sama, mereka membunuh Abdurrahman Ozudogru pada 2001. Di tahun yang sama mereka membunuh Suleyman Tsakopru di Hamburg, Habil Kilici di Munich.

Mehmet Turgut dibunuh di Rostock pada 2004. Pada 2005, mereka membunuh Ismail Yaser di Nuremberg, Theodoros Boulgarides di Munich. Pada 2006, mereka membunuh Mehmet Kusbasik di Dortmund dan Halit Yozgat di Kassel. Target dipilih secara acak dengan profesi sebagai pemilik toko kelontong dan bisnis kecil. Semuanya ditembak dengan gaya eksekusi menggunakan pistol berperedam yang sama, Ceska 83.

Mobil milik NSU yang terbakar setelah merampok.Bank di Eisenach, Jerman pada 4 November 2011.
Foto: Istimewa

Korban terakhir terjadi pada 2007, yaitu Michele Kieswetter, seorang polwan di Heilbronn. Dia ditembak mati ketika tengah makan siang bersama seorang rekan polisi di dalam mobil patrolinya. Michele tewas dengan luka dibagian kepala, sementara temannya mengalami luka yang parah. Para pelaku tidak menggunakan pistol Ceska 83, tapi senjata yang berbeda, juga merebut pistol korbannya.

Kelompok NSU juga menyerang para imigran dengan bom paku. Serangan bom pertama terjadi di bar milik orang Turki di Nuremberg pada 23 Juni 1999. Serangan kedua terjadi pada 19 Januari 2001 di Kholn, North Rhine-Westphalia. Bom itu disembunyikan di dalam kotak kue natal yang disimpan di toko kelontong milik pasangan suami istri asal Iran.

Bom itu meledak ketika anak pasangan suami istri itu membuka kotak kue natal. Dia mengalami luka bakar di bagian wajah, tapi nyawanya bisa diselamatkan. Bom terakhir terjadi di toko pangkas rambut milik orang Kurdi di Keupstrase, Kohln pada 9 Juni 2004. Bom paku yang diletakan di atas sepeda itu meledak dan melukai sekitar 23 orang.

NSU total melakukan 15 perampokan terhadap bank, kantor pos dan supermarket antara 1998-2011. Hasil rampokan digunakan untuk membiayai operasional organisasi teroris mereka. Selebihnya uang hasil rampokan digunakan oleh Mundlos, Bohnhardt dan Zschape untuk foya-foya, liburan dan olahraga mahal.

Setelah Zschape menyerahkan diri langsung ditahan dan diperiksa oleh tim kejaksaan federal atau Generalbundesanwalt (GBA), dan polisi kriminal federal atau Bundeskriminalamt (BKA). Zschape baru disidangkan pertama kali di Pengadilan Tinggi Regional Munich pada 13 Mei 2013.

Sidang kasus itu berlangsung selama 5 tahun hingga 2018. Selama itu pengadilan menggelar 437 sidang dengan 600-an orang saksi. Sidang itu merupakan sidang terpanjang dalam sejarah pengadilan di Jerman. Pengadilan baru menjatuhkan vonis hukuman penjara seumur hidup kepada perempuan kelahiran 1975 itu pada 11 Juli 2018.

Selama mengajukan banding, masa tahanan Zschape dipindahkan dari LP Munich ke LP Chemnitz. Pengadilan Federal menolak banding Zcshape pada 19 Agustus 2021. Begitu Mahkamah Konstitusi Federal di Karisruhe menolak permohonan kasasi perempuan yang kini berusia 47 tahun itu pada 30 September 2022.


Penulis: M. Rizal Maslan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE