CRIME STORY

“Biarlah Nyawa Dibayar Nyawa”

Merasa keasyikannya merokok terganggu, seorang perempuan di Singkawang tega membunuh anak asuhnya yang baru berusia 4 tahun.

Ilustrasi: Edi Wahyono

Senin, 10 Oktober 2016

Raut wajah pasangan Bong Boi Fo dan Susi masih murung. Bola mata mereka kerap berkaca-kaca dan sesekali air mata menetes merambati pipi. Keduanya menyesal karena terlalu asyik mencari nafkah di negeri jiran Malaysia, sementara pengasuhan Lorenzo Fernando alias Nando dipercayakan kepada Julianti alias Afui, 24 tahun. Ternyata pengasuh yang sebelumnya biasa menjadi tukang cuci pakaian itu mencederai kepercayaan yang mereka berikan. Gaji besar dan aneka cendera mata yang biasa dikirimkan dari Malaysia tak membuat Afui merawat dan mengasuh Nando dengan benar. Justru di tangannya, bocah berusia 4 tahun itu harus meregang nyawa pada Minggu, 11 September 2016.

“Sudah enam bulan kami menitipkan Nando kepada Afui untuk diasuhnya. Dia pernah menjadi tukang cuci pakaian di rumah kami, jadi sudah kenal dengan anak. Kami mempercayainya,” kata Bong saat ditemui detikX di kediamannya, Jalan Tani Nomor 124, Kelurahan Kuala, Kecamatan Singkawang Barat, Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Senin, 19 September.

Dia jarang memasak untuk anak-anak saya. Entah kerasukan setan apa, dia pernah memaksa Nando memakan kotorannya sendiri.”

Bong Boi Fo, ayah Nando


Bong tak habis pikir kenapa Afui tega menganiaya putra bungsunya itu. Padahal ia dan istrinya sudah memberikan gaji cukup memadai, Rp 4,5 juta. Itu belum termasuk uang tambahan di luar gaji bila pengasuhnya itu memerlukan. Dari cerita anaknya yang lain, Afui diketahui kerap memarahi Nando setiap kali bocah itu bertindak yang dianggapnya sebuah kenakalan. Padahal untuk bocah seusia itu, bersikap dan bertindak apa pun tentu merupakan bagian dari tumbuh-kembang yang tak seharusnya disikapi dengan kekerasan.

“Dia jarang memasak untuk anak-anak saya. Entah kerasukan setan apa, dia pernah memaksa Nando memakan kotorannya sendiri,” ujar Bong. Susi lebih banyak diam dan sibuk mengelap air matanya dengan tisu. “Pokoknya saya mau dia dihukum seberat-beratnya. Jika perlu, nyawa dibayar nyawa,” imbuh Bong dengan geram.

* * *

Lazimnya, Nando akan pergi sendiri ke kamar mandi bila hendak buang hajat. Tapi entah karena sakit perut atau ada sebab lain, bocah itu pada Minggu, 11 September, merengek meminta kepada Afui mengantarnya ke kamar mandi. Sayang, sang pengasuh rupanya sedang asyik menikmati asap nikotin sehingga tak terlalu peduli dengan kondisi bocah itu.


Ketika Nando mengeraskan rengekannya, Afui tak cuma terusik, tapi juga naik pitam karena merasa keasyikannya terganggu. Dengan penuh emosi, diseretnya bocah itu menuju kamar mandi. Di atas kloset, Nando tak lantas menghentikan tangisnya. Afui bertambah murka. Seraya menghardik agar suara tangis dihentikan, bara api di ujung rokok disundutkannya ke lengan bocah itu. Bukannya mereda, volume tangisan Nando malah kian keras menahan sakit.

Di sisi lain, istri Iwan itu pun kian kalap. Tak cuma menghardik dan menyundutkan rokok ke beberapa bagian tubuh yang lain, untuk menghentikan tangis Nando, Afui juga mencekik leher Nando dengan posisi tangan kanan di depan dan tangan kiri di belakang. Beberapa waktu kemudian, bocah itu pun terkulai lemas dan terjatuh membentur lantai kamar mandi. Tak bergerak lagi.

Meski demikian, emosi perempuan itu belum sepenuhnya surut. Ia tidak menyadari bila si bocah dalam kondisi koma. Dengan menggunakan gayung, Afui tiga kali mengguyur tubuh Nando hingga kuyup. Ketika tubuh itu tak juga bergerak, baru kemudian Afui sadar ada yang tak beres. Dia panik bukan kepalang.


Dengan sepeda motor, perempuan itu membawa Nando ke Rumah Sakit Umum Harapan Bersama (RSUHB), Singkawang. Kepada tetangga kanan-kiri yang menyapanya, dia menyebut bocah dalam pelukannya itu sakit karena tercebur ke bak air di kamar mandi. Jarak dari kediaman Afui di Jalan Pulau Nantung Nomor 53, RT 17 RW 07, Kelurahan Pasiran, Singkawang Barat, ke RSUHB cukup jauh. Akibatnya, begitu tiba di rumah sakit, Nando tak lagi bernyawa. Para perawat dan dokter tak lagi kuasa menyelamatkan nyawa Nando.

“Kepada warga dan kami, dia melaporkan bila anak asuhnya itu meninggal karena tenggelam di bak air di dalam kamar mandi,” kata Kepala Kepolisian Sektor Singkawang Barat Komisaris Sunarno saat ditemui detikX sepekan setelah kejadian.

Menerima laporan tersebut, dia menugaskan beberapa personel Satuan Reserse Kriminal Polsek Singkawang Barat mendatangi rumah Afui. Setelah memeriksa kondisi sekeliling, polisi menemukan sejumlah kejanggalan. Salah satunya, ketinggian muka air di bak di kamar mandi lebih rendah dari tubuh Nando.

Kepada warga dan kami, dia melaporkan anak asuhnya itu meninggal karena tenggelam di bak air di dalam kamar mandi.”

Komisaris Sunarno, Kepala Polsek Singkawang Barat


Dari situ, polisi bergegas ke RSUHB. Dari keterangan dokter dan perawat serta pengamatan terhadap kondisi jenazah, polisi menemukan memar di sekitar leher. Juga luka lecet di bagian wajah, luka bekas sundutan api rokok di bagian tangan, dan memar di bagian kemaluan korban. “Untuk lebih memastikan penyebab kematian dan mengungkap kebenaran, kami meminta keluarga mengizinkan untuk dilakukan autopsi,” kata Sunarno.

Kedua orang tua korban rupanya bekerja di Malaysia, sehingga proses itu baru dilakukan setiba mereka di Singkawang pada Minggu, 18 September, di Rumah Sakit Abdul Azis. Hasil autopsi mendukung kecurigaan polisi bahwa korban tewas akibat penganiayaan. “Kami segera menjemput Saudari Julianti alias Afui dari rumahnya. Statusnya kami ubah dari semula saksi pelapor menjadi tersangka pelaku tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa anak di bawah umur. Dia kami tahan mulai Senin, 19 September,” kata Sunarno.

Kepada penyidik, Afui mengakui perbuatannya. Dia menjelaskannya secara kronologis, dan menyebut aksinya yang membuat Nando meregang nyawa dilakukan secara spontan belaka. Saat peristiwa terjadi, suami Afui, Iwan, tak berada di rumah. Hampir setiap hari lelaki yang tak punya pekerjaan tetap itu pergi memancing ke daerah lain.


Pasangan Julianti-Iwan, menurut Ketua RT 17, Sule, 53 tahun, baru setahun tinggal di rumah itu. Selama itu, keduanya tak pernah melapor. Kepada tetangga kanan-kirinya pun mereka sepertinya tak pernah beranjangsana. Karena itu, wajar bila warga sekitar sama sekali tak tahu apa pekerjaan pasangan Julianti-Iwan. Warga juga baru mengetahui bahwa Nando dan kakaknya bukan anak kandung mereka.

“Kami baru tahu dari kasus ini bahwa itu anak asuh karena orang tuanya bekerja di Malaysia,” kata Sule.


Reporter: Zainal Abidin (Singkawang)
Penulis: M. Rizal
Editor: Sudrajat
Desainer: Luthfy Syahban

Rubrik Crime Story mengulas kasus-kasus kriminal yang menghebohkan, dikemas dalam bahasa bercerita atau bertutur, dilengkapi dengan gambar  ilustrasi yang menarik.

SHARE