Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengatakan pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik asalkan sosok pemimpin memiliki etika dan konsisten terhadap konstitusi. Cak Imin lalu berbicara terkait pemain yang tidak boleh merangkap menjadi wasit.
Hal itu disampaikan Cak Imin dalam acara istighotsah kubro bertajuk doa dan dzikir untuk kemenangan serta perubahan Indonesia adil makmur untuk semua yang digelar di Gedung IPHI, Sragen, Jawa Tengah, Senin (5/2/2024). Mulanya, Cak Imin mengatakan pembangunan akan terlaksana dengan baik jika pemimpin memiliki etika dan konsisten pada Konstitusi.
"Asal pemimpin memiliki etika dan konsisten terhadap konstitusi InsyaAllah pembangunan akan bisa dilaksanakan dengan baik, dengan sebaik-baiknya," kata Cak Imin dalam sambutannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan pembangunan yang benar akan dinikmati seluruh rakyat bukan segelintir orang. Dia mengatakan aturan tak boleh dikangkangi dan dijadikan konspirasi segelintir pemain bisnis yang berpotensi mengakibatkan oligarki.
"Contohnya pembangunan yang benar adalah tidak hanya dinikmati segelintir orang tetapi harus dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia, Pasal 33, bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Itu etisnya jelas, biang keroknya apa? Biang keroknya adalah aturan tidak boleh dikangkangi, aturan harus dibuat oleh semua pihak, aturan tidak hanya dijadikan konspirasi segelintir pemain bisnis. Ini yang disebut apa? Oligarki," ujarnya.
Dia lalu menyinggung pemain yang merangkap menjadi wasit dan wasit yang memihak dalam sepak bola. Cak Imin menyebut, jika hal itu terjadi, penonton akan turun ke lapangan dan merusak permainan.
"Segelintir pemain menentukan seluruh arah, ini tidak boleh dibiarkan ini harus kita lakukan perubahan. Itu pangkal masalahnya di situ, inilah yang disebut secara etis mengkhianati fondasi dari cita-cita bangsa kita," ungkap Cak Imin.
"Mengapa? Pemain tidak boleh merangkap pelaku bisnis, setuju? Pemain tidak merangkap wasit, setuju? Bayangkan kalau sepak bola wasitnya sekaligus memihak, yang terjadi, tunggu saatnya para penonton turun ke lapangan dan merusak permainan," imbuhnya.
Cak Imin lalu menyinggung kritik sivitas akademika ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia mengatakan kritik itu menandakan gairah perubahan menjelma ke semua lini masyarakat.
"Minggu terakhir sami mireng mboten (pada dengar nggak), kampus kampus mulai bergolak nggih? Minggu terakhir sami mirsani mboten (pada nonton nggak), kampus-kampus mulai pada protes, betul nggih? Ternyata fakta-fakta menunjukan gairah perubahan telah menjelma di semua lini masyarakat kita, gairah perubahan tak bisa dielakkan, karena apa? Karena faktanya banyak hal-hal yang selalu diabaikan oleh pemerintah," ucapnya.
Cak Imin mengatakan kritikan itu sebagai pengingat untuk Indonesia. Dia mengatakan kritikan para sivitas akademika itu menandakan penyelewengan dan salah arah dalam pemerintahan.
"Nah kita bersyukur kampus-kampus kemarin mengingatkan kita semua, mengingatkan Pak Jokowi, mengingatkan pemerintah, mengingatkan bangsa Indonesia, ini lampu merah, warning. Bahwa terjadi penyelewengan dan salah arah dalam pemerintahan dan kenegaraan ini. Kalau ini peringatan dari kekuatan moral, seluruh rakyat Indonesia seluruh elite dan tokoh masyarakat mestinya menjadikan ini sebagai peringatan dan kekuatan moral untuk kita waspada," ujarnya.
Cak Imin juga menyoroti respons istana terkait kritikan tersebut. Dia menyebut jika sivitas akademika sudah keluar menandakan tanda peringatan.
"Lha kok kemarin dari Istana malah mencurigai ini mencurigai ini, saya sampaikan, semua kritik harus dijadikan masukan agar perbaikan terjadi di mana-mana, apalagi yang kritik guru besar-guru besar yang biasanya sangat hati-hati. Kalau sudah keluar kandang, ini artinya sudah lampu merah untuk Indonesia. Oleh karena itu, oke, kalau elite nggak terima diberi masukan, yang penting kita ini para pejuang perubahan harus istikomah berjuang mewujdukan perubahan yang dititipkan pada kita semua," tuturnya.
Simak juga 'Respons Gibran soal Sejumlah Kampus Kritik Pemerintahan Jokowi':