Calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto, menyatakan setuju dengan ide capres nomor urut 1, Anies Baswedan, soal pengembangan jumlah dokter dan ilmu kedokteran. Prabowo mengatakan saat ini Indonesia butuh banyak dokter.
"Datanya sudah cukup jelas bahwa kita kekurangan 140 ribu dokter. Sebagai contoh, di Atambua, ada sebuah rumah sakit, yang seharusnya ada 16 dokter, dokternya hanya 1 orang," kata Prabowo dalam Debat Pilpres 2024 di JCC Senayan Jakarta, Minggu (4/2/2024).
Akibatnya, lanjut Prabowo, dokter tersebut kewalahan karena harus melayani pasien di 3 kabupaten. Menurutnya, pemerintah Indonesia perlu mengambil tindakan-tindakan yang cukup darurat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prabowo mengungkapkan dia ingin mengirim sebanyak 10 ribu anak Indonesia ke luar negeri agar belajar kedokteran. Selain itu, dia setuju ide tambahan Anies soal menghadirkan profesor ke Indonesia.
"Menurut kami, kita harus ambil langkah-langkah berani, mengirim sebanyak mungkin," kata dia.
"Tapi saya setuju, juga mengundang profesor-profesor untuk mengajar di kita. Jadi saya usulkan bahwa dari 92 fakultas kedokteran, kita tingkatkan menjadi 300 fakultas kedokteran. Saya kira usul Pak Anies baik juga mengundang profesor ke Indonesia," ujar dia.
Sebelumnya, Anies dimintai tanggapannya oleh Prabowo soal program mengirim sebanyak 10 ribu anak Indonesia ke luar negeri agar belajar kedokteran. Anies mengatakan setuju dengan program pengembangan kompetensinya yang dipunya Prabowo tersebut.
"Seringkali yang kita anggap kebutuhan, belum tentu di lapangan itu kebutuhan. Tapi prinsip pengembangan kompetensinya setuju, Pak. Dan bila memang diharuskan belajar di luar negeri, maka go ahead," ujar Anies.
Anies menambahkan, untuk pengembangan kompetensi dapat juga menghadirkan profesor ke Indonesia. Menurutnya, Indonesia harus mengambil langkah yang tepat.
"Tapi bila dibalik, profesor yang dibawa ke sini, institusi dibawa ke sini juga tak masalah. Karena dengan begitu proses belajar akan baik. Kami melihat pengembangan kompetensi itu baik, tapi memastikan sesuai data yang ada supaya apa yang kita investasikan bisa menjawab kebutuhan," ujar dia.
"Jadi ada unsur pentingnya, ada unsur urgensinya. Kita kerjakan yang mana? Yang dapat dua-duanya, yang urgen dan yang penting supaya hasilnya bisa langsung kita manfaatkan untuk Indonesia," tambah dia.
(jbr/dhn)