Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bertemu di Yogyakarta. Keduanya melakukan sejumlah kegiatan, dari olahraga hingga sarapan bersama.
Awalnya Jokowi dan AHY bersepeda bersama di Jalan Malioboro, pukul 08.10 WIB, Minggu (28/1/2024). Jokowi tampak mengenakan kaus hitam lengan panjang dengan helm merah bercorak putih dan menggunakan sepeda hitam.
Sementara, AHY bersepeda mengenakan kaus warna biru. Saat melewati Titik Nol Jogja, beberapa kali Jokowi melambaikan tangan kepada masyarakat yang tengah menunggu kedatangannya. Tak lupa, Jokowi melempar senyumannya kepada warga di lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelahnya, Jokowi dan AHY sarapan bersama di salah satu warung gudeg. Mereka tampak satu meja saling berhadapan.
Tak Ada Bahas Kabinet
Partai Demokrat mengatakan tidak ada diskusi kabinet dari pertemuan AHY dan Jokowi.
"Tidak bicara kabinet dan lain-lain," kata Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief saat dihubungi, Minggu (28/1).
Andi mengatakan pertemuan Jokowi dan AHY berlangsung hangat. Jokowi, kata Andi, memahami posisi Partai Demokrat yang saat ini berada di luar pemerintahan.
"Pak Jokowi dan AHY saling memahami posisi saat ini Demokrat berada di luar pemerintahan dan saat ini bergabung dengan 02. Dua hal yang berbeda," katanya.
Kata Istana
Istana menyampaikan pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Yogyakarta merupakan hal biasa. Pertemuan tersebut berlangsung santai sambil sarapan.
"Presiden bertemu dengan tokoh-tokoh politik adalah hal yang biasa. Apalagi itu dilakukan di hari libur, dalam suasana informal, rileks, sambil sarapan," kata Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana, kepada wartawan, Minggu (28/1).
Saat gowes pagi tadi, Jokowi dan AHY bertemu di Alun-alun Utara Jogja. Kemudian keduanya lanjut untuk sarapan pagi di Gudeg Yu Djum di daerah Wijilan.
Ari menjelaskan banyak hal yang dibahas dalam pertemuan kedua tokoh politik tersebut. Pembicaraan mulai dari hal-hal ringan hingga situasi politik Indonesia.
"Pertemuan dengan Mas AHY membicarakan mulai hal-hal yang ringan-ringan sampai dengan persoalan kebangsaan dan situasi perpolitikan di Tanah Air," ujar dia.
Ari mengatakan pertemuan antartokoh politik merupakan hal yang sangat vital. Dia lalu berbicara mengenai spirit kolaborasi semua elemen bangsa dalam memajukan Indonesia.
"Menjalin komunikasi dan silaturahmi antar tokoh politik, antar tokoh bangsa sangat penting. Perlu didukung, apalagi untuk kebaikan dan kemajuan bangsa. Karena persoalan bangsa tidak bisa diselesaikan sendiri, perlu semangat kolaborasi, kerja sama dan sinergi," ujar Ari.
Baca fakta selengkapnya di halaman selanjutnya..
AHY: Bahas Kesiapan Pemilu
AHY mengaku membahas banyak hal termasuk kesiapan Pemilu 2024. Sebelum sarapan, AHY sempat olahraga bersama Jokowi di sekitar wilayah alun-alun.
"Pagi hari ini saya berolahraga dengan bersepeda bersama Bapak Presiden Jokowi di Daerah Istimewa Yogyakarta, sambil menikmati suasana Jogja yang begitu menyenangkan," kata AHY melalui keterangan tertulis.
"Setelah melewati beberapa jalan di sekitar alun-alun, kami mampir di Gudeg Yu Djum Wijilan, untuk sarapan pagi dengan menu spesialnya," lanjutnya.
AHY mengungkapkan ada sejumlah hal yang dibahas keduanya saat sarapan. Mulai dari isu kebangsaan hingga pemilu.
"Usai bersepeda dan sarapan bersama Bapak Jokowi, kami banyak berdiskusi membahas isu-isu kebangsaan dan tentu terkait kesiapan pemilu agar berjalan dengan aman, damai dan demokratis," ucapnya.
Analisis Pakar
Pertemuan Jokowi dan AHY itu dinilai merupakan lanjutan dari deretan pertemuan Jokowi dengan ketum-ketum parpol di Koalisi Indonesia Maju (KIM) pengusung paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming.
"Pertemuan Presiden Jokowi dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Yogyakarta pagi ini, menyempurnakan rangkaian pertemuan Jokowi dengan para ketua umum partai-partai politik Senayan pengusung Prabowo-Gibran," kata Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) Ahmad Khoirul Umam kepada wartawan, Minggu (28/1/2024).
Diketahui, Jokowi memang sempat menemui Ketum Gerindra yang juga capres 02 Prabowo Subianto. Dalam selang waktu berdekatan, Jokowi berlanjut menemui Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PAN Zulkifli Hasan.
"Saat itu, sejumlah spekulasi bermunculan, mengapa Jokowi tidak menemui Ketum Partai Demokrat. Maka, pertemuan Jokowi dan AHY hari ini menyempurnakan rangkaian pertemuan itu, sekaligus menegaskan arah keberpihakan dan dukungan politik Jokowi untuk paslon 02 Prabowo-Gibran," kata Umam.
Dosen Ilmu Politik & International Studies Universitas Paramadina ini menilai Jokowi hendak memastikan peran Partai Demokrat dalam pemenangan paslon nomor urut 2. Di sisi lain, menurut Umam, AHY bersama partainya tampak tegas memenangkan Prabowo-Gibran lantaran sudah 2 periode berada di luar pemerintahan.
"Pertemuan Jokowi dan AHY ini merupakan bentuk pengakuan terhadap peran Partai Demokrat dalam proses pemenangan Prabowo-Gibran. Jokowi tampaknya ingin memastikan infrastruktur pemenangan dan mesin politik Prabowo-Gibran benar-benar berjalan optimal, jelang 16 hari menuju pemilu pada 14 Februari 2024," ujar Umam.
"Ketegasan AHY dan Demokrat untuk mendukung Prabowo-Gibran ini wajar dan cukup bisa dipahami, mengingat menang atau kalahnya Prabowo-Gibran di Pemilu 2024 ini akan menjadi 'pertaruhan besar' bagi Demokrat, yang selama 10 tahun ini telah memilih berpuasa dari kekuasaan," lanjutnya.
Umam menyebut Demokrat memiliki peran cukup penting terhadap elektoral Prabowo-Gibran di sejumlah wilayah. Menurut dia, kans Prabowo-Gibran akan kian besar memenangkan pilpres satu putaran.
"Jika Demokrat bekerja optimal, paslon 02 Prabowo-Gibran akan mendapatkan insentif elektoral di basis-basis kekuatan Demokrat selama ini, terutama di wilayah Jawa Timur area Matraman atau Selatan, lalu Jawa Barat, Banten, Aceh, Sumatera Barat, dan sejumlah titik di Sumatera secara umum, termasuk juga beberapa simpul kekuatan di wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua," katanya.
Begitu pula dengan Demokrat, kata dia, akan mendapat benefit politik dari suara Prabowo-Gibran. Menurutnya, masih banyak pemilih yang cenderung terbawa mendukung paslon tertentu yang relatif tercitrakan dekat dengan kekuasaan.
"Sebab, selain memiliki magnet politik sendiri sejak Pemilu 2004, Demokrat juga bisa memperoleh efek ekor jas atau coat-tail effect. Sebab, karakter swing voters dan DNA pemilih di Indonesia umumnya cenderung digerakkan oleh tren umum dan dinamika isu jelang Pilpres, di mana para pemilih cenderung terbawa ikut-ikutan mendukung paslon tertentu yang memiliki kemungkinan menang lebih besar dalam pilpres, serta paslon yang relatif tercitrakan lebih kuat serta dekat dengan kekuasaan atau the ruling power," kata Umam.
(azh/azh)