Sorotan Jimly hingga Yusril Usai Muncul Ide Pemakzulan Jokowi

Sorotan Jimly hingga Yusril Usai Muncul Ide Pemakzulan Jokowi

Tim detikcom - detikNews
Senin, 15 Jan 2024 08:05 WIB
Mahfud Md temui kelompok bernama Petisi 100 yang minta pemakzulan Jokowi, 9 Januari 2023. (Tiara Aliya Azzahra/detikcom)
Foto: Mahfud Md temui kelompok bernama Petisi 100 yang minta pemakzulan Jokowi, 9 Januari 2023. (Tiara Aliya Azzahra/detikcom)
Jakarta -

Isu soal ide pemakzulan Presiden Joko Widodo (Jokowi) oleh Petisi 100 muncul. Beragam tokoh seperti Jimly Asshiddiqie hingga Yusril Ihza Mahendra pun menyampaikan komentar.

Awalnya, Menko Polhukam Mahfud Md menerima kedatangan 22 tokoh dari Petisi 100 di kantornya. Mereka datang untuk mengusulkan pemakzulan Presiden Jokowi dari pemilu.

"Mereka minta pemakzulan Pak Jokowi, minta pemilu tanpa Pak Jokowi," kata Mahfud Md saat ditemui di kantor Kemenko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (9/1).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahfud mengatakan ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan hal tersebut.

"Itu silakan saja kalau ada yang melakukan itu. Tetapi berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) untuk memakzulkan presiden itu ya syaratnya lima. Satu, presiden terlibat korupsi, terlibat penyuapan, melakukan penganiayaan berat, atau kejahatan berat, misalnya membunuh atau apa dan sebagainya," kata Mahfud di Surabaya, Rabu (10/1).

ADVERTISEMENT

"Lalu yang keempat melanggar ideologi negara. Nah yang kelima, melanggar kepantasan, melanggar etika gitu," lanjutnya.

Mahfud mengatakan tidak mudah untuk melakukan pemakzulan terhadap presiden. Sebab, kata dia, harus melalui proses yang panjang.

"Nah ini semua tidak mudah, karena dia harus disampaikan ke DPR. DPR yang menuduh itu, mendakwa, melakukan impeach, impeach itu namanya pendakwaan, itu harus dilakukan minimal sepertiga anggota DPR dari 575, sepertiga berapa. Dari sepertiga ini harus dua pertiga hadir dalam sidang. Dari dua pertiga yang hadir harus dua pertiga setuju untuk pemakzulan," ucap Mahfud.

Mahfud menyampaikan apabila proses di DPR itu telah selesai barulah putusannya dibawa ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk disidangkan. Menurut Mahfud, prosesnya akan memakan waktu yang lama.

"Kalau DPR setuju nanti dikirim ke MK. Apakah putusan DPR ini benar bahwa presiden sudah melanggar, nanti di MK sidang lagi, lama," ujarnya.

Jimly Asshiddiqie

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie menyoroti gerakan pemakzulan yang akhir-akhir ini muncul. Jimly menilai hal ini sebagai pengalihan perhatian karena ada yang takut kalah.

Hal ini disampaikan Jimly dalam akun X resminya, @JimlyAs, seperti dikutip Minggu (14/1/2024). Jimly mengaku bingung dengan ide pemakzulan Jokowi yang muncul jelang Pemilu.

"Aneh, 1 bulan ke pemilu kok ada ide pemakzulan presiden. Ini tidak mungkin, kecuali cuma pengalihan perhatian atau karena pendukung paslon, panik dan takut kalah," tulis Jimly. Jimly telah mengizinkan cuitannya dikutip.

Menurutnya, waktu satu bulan tidak cukup untuk mengumpulkan sikap resmi DPR dan MPR. Oleh sebab itu, Jimly meminta agar seluruh pihak fokus saja dalam mensukseskan Pemilu 2024.

"1 bulan ini, mana mungkin dicapai sikap resmi 2/3 anggota DPR dan dapat dukungan 2/3 anggota MPR setelah dari MK. Mari fokus saja sukseskan pemilu," kata Jimly.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saksikan Live DetikPagi:

Lihat juga Video: Jimly: Mari Kita Hentikan Narasi Negatif Tentang Mahkamah Keluarga

[Gambas:Video 20detik]







Hide Ads