"Dalam proses pencalonan presiden dan wakil presiden, memang hanya bisa dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik seperti ketentuan UUD NKRI 1945 dan UU Pemilu," kata Ketua DPP Arus Bawah Jokowi, Supriyanto, kepada wartawan, Rabu (10/1/2024).
Namun Supriyanto mengingatkan kembali kemenangan Presiden Jokowi bersama Jusuf Kalla dan Ma'ruf Amin. Supriyanto menilai kemenangan Jokowi dua kali itu juga ada andil dari partai lain dan relawan.
"Dalam proses pemenangan, tidak hanya partai politik yang memiliki peran dan kontribusi dalam mencari suara untuk mencapai 50 persen plus satu suara. Karena itu, kemenangan Jokowi-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 dan Jokowi-Ma'ruf Amin 2019, peran relawan tidak dapat diabaikan begitu saja karena suara PDIP hanya 18 persen (2014)-20 persen (2019). Artinya, perlu tambahan suara dari partai lain dan relawan," ujarnya.
Menurut Supriyanto, relawan menggalang suara nonpartisan yang selama ini apatis dan golput. Supriyanto menyebut hal ini bisa kita lihat dari jumlah partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 dan 2019, yang mencapai 76 persen, lebih tinggi dari pemilu sebelumnya yang hanya 60 persen.
"Relawan tidak pernah merasa lebih hebat dari partai politik, apalagi partai besar dan mapan seperti PDIP, yang memiliki jaringan luas dan struktur partai yang sampai tingkat basis," ucap Supriyanto.
"Tapi kita juga mesti melihat realitas politik, tidak ada mayoritas tunggal di republik ini. Ketika masih ada Bung Karno saja, perolehan PNI pada pemilu 1955 sebanyak 22 persen dan pencapaian terbesar PDIP di Pemilu 1999 adalah 32 persen, maka Indonesia yang luas dan multikultur ini tidak bisa didominasi satu kelompok politik saja, tetapi harus gotong royong dalam kerangka persatuan nasional untuk bersama mencapai Indonesia maju," imbuhnya.
Megawati Soekarnoputri sebelumnya buka suara soal anggapan presiden dimenangkan oleh relawan. Megawati lantas mempertanyakan apakah sukarelawan datang ke KPU.
Hal itu disampaikan Megawati dalam pengarahannya di HUT ke-51 PDIP yang digelar di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (10/1). Awalnya Megawati membanggakan Konferensi Asia Afrika yang digaungkan oleh Ir Sukarno.
"Dalam sebuah Konferensi Asia Afrika yang gaungnya sampai hari ini masih ada dan Gerakan Nonblok, ini adalah tinta emas sejarah kepemimpinan Indonesia bagi dunia," kata Megawati.
"Bukan saya ini lalu... ya terang aja Bung Karno ini bapak saya, ya terang aja saya belain Bung Karno ya memangnya saya mesti ngaku bapak saya Pak Badu-kah, Pak sopo, ya karena memang Bung Karno bapak saya. Tapi dia pemimpin saya, dia mentor saya, kalau lihat tadi seperti itu. Bayangkan kalian ketika Bung Karno tahun '50, kembali kemerdekaan, ada di kita lagi itu yang ampe penuh gitu adalah rakyat yang mengelu-elukan karena tahu bahwa kita merdeka penuh, kalian sekarang, sekali lagi rakyat mau dibegitukan no, no, no," lanjut Megawati.
Megawati lantas menyinggung anggapan bahwa presiden dimenangkan oleh relawan. Dia menegaskan ketua umum partailah yang meneken bakal calon presiden yang diusung.
"Saya serius loh, saya serius loh, silakan memilih yang benar supaya dicintai oleh rakyat, jadi jangan alasan aduh saya sampai mikir, oh iya ini kan sebetulnya dimenangkan oleh sukarelawan," ujarnya.
"Emangnya sukarelawan itu datang ke KPU? Saya loh ketum yang neken siapa yang bakal calon, gitu loh, tolong inget, deh," lanjutnya. (rfs/imk)