Analisis Pakar soal Siapa Unggul dan yang Dapat Simpati di Debat Ketiga

Analisis Pakar soal Siapa Unggul dan yang Dapat Simpati di Debat Ketiga

Rolando Fransiscus Sihombing - detikNews
Senin, 08 Jan 2024 12:50 WIB
Dosen Ilmu Politik & International Studies, Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam (Dok istimewa)
Dosen Ilmu Politik & International Studies, Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam (Dok istimewa)
Jakarta -

Dosen Ilmu Politik dan International Studies, Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, mengungkapkan analisisnya terhadap debat ketiga Pilpres 2024. Umam menilai Anies Baswedan tampil menyerang, Prabowo Subianto bertahan, dan Ganjar Pranowo tampil cerdas.

"Dalam debat ketiga ini, Ganjar cerdas. Anies bernas dan ofensif. Prabowo defensif, namun kurang elaboratif," kata Umam dalam keterangannya, Senin (8/1/2024).

Menurut Umam, Ganjar tampil simpatik, lebih tertib, pola konfrontasi yang terukur, dan diperkuat dengan substansi yang cukup impresif. Ganjar dinilai mampu mengelaborasi argumen tentang visi pertahanan, keamanan dan diplomasi ekonomi dengan cukup impresif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ganjar mampu mengelaborasi basis argumennya secara clear ketika tampil menjelaskan tentang kematangan perencanaan dan komitmen anti-korupsi dalam eksekusi kebijakan pertahanan, penguatan infrastruktur cyber nasional, dan komitmennya pada upaya revitalisasi kinerja ASEAN yang cenderung prosedural," ujar Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) itu.

Sedangkan Anies, kata Umam, tampil langsung menyerang lebih awal atau preemptive attack, terutama terhadap pribadi Prabowo selaku pejabat publik. Anies seolah menjalankan strategi Tsun Tzu, yakni 'pertahanan terbaik adalah menyerang'.

ADVERTISEMENT

"Anies tampaknya masih terbawa oleh atmosfer debat capres pertama, di mana serangannya pada Prabowo dinilai mendapatkan poin politik lebih tinggi, sehingga strategi menyerang ia ulangi lagi. Anies berulang kali menyebut presiden sebagai panglima diplomasi; seolah ingin menyentil Jokowi yang tidak tampil secara impresif dalam diplomasi global," ucap Umam.

"Anies juga menghantam Prabowo dengan menyebut berkali-kali pengadaan Alutsista bekas, juga tentang adanya 'orang dalam' yang membuat praktik korupsi dan kebocoran anggaran dalam belanja alutsista Indonesia. Hantaman terkeras Anies terhadap Prabowo adalah ketika dirinya menjelaskan ketidakberhasilan food estate; lebih dari separuh tantara tidak memiliki rumah di saat Prabowo selaku Menhan memiliki 300 ribu hektare lebih lahan. Serangan-serangan Anies terhadap Prabowo berpeluang menciptakan poin politik, namun bagi pendukung Prabowo, materi serangan itu dianggap berlebihan atau too much," sambungnya.

Pada fase awal debat, menurut Umam Prabowo tampak terpancing emosinya oleh serangan Anies. Hal itu terlihat betul dari ekspresi wajah Prabowo.

Namun, menurut Umam, Prabowo relatif mampu menahan emosi, meskipun dalam beberapa kesempatan tertentu agak lepas kendali emosinya, terutama saat menyampaikan ketidakpantasan Anies bicara tentang etika kepemimpinan dan sejumlah kritik pertahanan.

"Karena harus menahan emosi dan serangan-serangan yang tajam, Prabowo akhirnya kurang mengelaborasi substansi dan filosofi kebijakan pertahahan-keamanan dan strategi hubungan internasional secara memadai. Namun Prabowo kembali mampu menampilkan strategi bertahannya secara impresif saat dirinya menjelaskan tentang alasan turunnya indeks kinerja militer dan pertahanan; dan kebijakan pertahanan sebagai produk legislasi kolektif atas persetujuan partai-partai pendukung rival-rival politiknya," sebut Umam.

Debat ketiga, menurut Umam, semakin mempertegas pola relasi antarcapres. Prabowo dinilai telah memiliki elektabilitas yang relatif lebih terkonsolidasi sehingga tampil bertahan (defensive). Sedangkan Anies dan Ganjar dinilai terlihat kompak bersama-sama menyerang Prabowo, untuk mengejar ketertinggalan basis dukungan elektabilitas mereka.

"Dalam debat, serangan kepada lawan tentu sangat penting untuk menciptakan poin politik guna mendelegitimasi kredibilitas lawan. Namun di saat yang sama, jika serangan itu disampaikan berlebihan, hal itu bisa berpeluang memunculkan rasa simpati publik terhadap pihak yang mendapatkan hantaman bertubi-tubi. Karena itu, kuncinya terletak pada 'proporsionalitas serangan' pada 'momentum serangan' yang tepat," imbuhnya.

Simak Video 'Evaluasi Debat Capres Ketiga':

[Gambas:Video 20detik]



(rfs/gbr)



Hide Ads