Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menyampaikan pidatonya dalam acara Dialog Terbuka Muhammadiyah Bersama Calon Pemimpin Bangsa yang digelar di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Dia berpesan agar Pemilu 2024 tidak membuat bangsa Indonesia menjadi terpecah belah.
"Kontestasi pemilu bukan sekadar wahana untuk berpotensi merebut hati rakyat dan nanti menduduki jabatan pemerintahan tapi pada saat yang sama bagaimana jabatan dalam pemerintahan lebih-lebih sebagai presiden dan wakil presiden membawa mandat yang seutama-utamanya," kata Haedar Nashir seperti dilihat di akun YouTube Muhammadiyah Channel, tvMu, Jumat (24/11/2023).
Haedar mengatakan pemilu merupakan wadah untuk mewujudkan misi visi dan cita-cita nasional yang telah diletakkan pondasinya secara kokoh oleh para pendiri Indonesia dalam pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 serta nilai dasar Pancasila. Hal itu sebagai pondasi konstitusi di dalam membawa Indonesia ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga siapapun capres dan cawapres yang memperoleh mandat rakyat bukan dalam perspektif misi visi dan cita-cita sendiri," ucap Haedar.
Dia berharap para capres dan cawapres selain menjalankan visi misi dan cita-cita konstitusi, juga dalam memimpin Indonesia ke depan benar-benar menjadi negarawan sejati. Menurutnya, capres-cawapres terpilih nantinya tidak boleh berdiri di atas kepentingan diri, kroni, dinasti dan kepentingan-kepentingan sempit lainnya. Tapi harus tegak lurus mengutamakan sebesar-besarnya kepentingan rakyat, bangsa dan negara.
"Kami percaya penghayatan terhadap sejarah, visi misi, cita-cita nasional sekaligus juga semangat untuk membawa Indonesia dengan jiwa kenegaraan harus dan telah terhubung dalam diri para calon pemimpin bangsa di republik tercinta ini, termasuk untuk elite dan warga bangsa," ujarnya.
Haedar juga berharap Pemilu 2004 dijaga bersama oleh semua pihak, termasuk oleh capres dan cawapres. Dia ingin Pemilu 2024 berjalan luber-jurdil, bermartabat, beretika serta menjunjung tinggi kebenaran, kebaikan, kepatutan sekaligus kontestasi demokrasi yang tegak lurus di atas konstitusi hingga menjadi wahana mempersatukan bangsa.
"Pemilu dan kontestasi politik yang berbeda tidak boleh menjadi tempat untuk meretakkan keutuhan bangsa dan kontestasi pemilu seberapapun perbedaan politik dan melihat politik tidak menjadi tempat pertempuran politik yang hidup mati, sungguh rugi jika karena pemilu kita pecah sebagai bangsa," tegasnya.
Lebih lanjut, Haedar berharap capres dan cawapres terpilih nantnya mampu membawa Indonesia ke depan semakin mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Menurutnya, pemimpin Indonesia berikutnya harus mampu mengurai persoalan-persoalan berat bangsa satu per satu dan menyelesaikannya. Di antaranya korupsi, kesenjangan sosial ekonomi, sumber daya alam yang banyak dieksploitasi demi investasi, dan utang negara yang berat.
"Kami juga berharap bagaimana para pemimpin bangsa ini ke depan bisa membawa Indonesia menjadi negara maju yang modern negara besar yang berdiri sejajar bermartabat dan berdaulat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju dan tidak menjadi negara yang sekadar menjadi objek investasi dan segala kepentingan-kepentingan politik luar negeri atau pihak lain yang boleh jadi tidak sejalan dengan semangat jiwa dan dasar-dasar konstitusi," imbuhnya.
(fas/imk)