Muncul viral video Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpidato berbahasa Mandarin dengan fasih. Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menyampaikan video itu bersifat disinformasi dan meminta masyarakat Indonesia untuk waspada hoax di masa Pemilu ini.
Kominfo menyatakan video tersebut diedit dengan menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) deepfake.
"Beredar sebuah video pada berbagai platform digital yang menampilkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang menyampaikan pidato menggunakan Bahasa Mandarin dengan fasih. Video tersebut ada yang disertai dengan narasi 'Jokowi berbahasa Mandarin'," demikian keterangan Kominfo yang didapat dari Menkominfo Budi Arie Setiadi, Kamis (27/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kementerian Kominfo menyatakan bahwa video tersebut merupakan hasil editan yang menyesatkan," tegas Kominfo.
Video Jokowi fasih berbahasa Mandarin itu identik dengan unggahan kanal YouTube The U.S.-Indonesia Society (USINDO) tertanggal 13 November 2015. Video ini direkayasa dengan teknologi AI sehingga menampilkan Jokowi seolah-olah fasih berbahasa Mandarin.
"Secara visual, video tersebut identik dengan video yang diunggah oleh kanal YouTube The U.S.-Indonesia Society (USINDO) pada 13 November 2015 lalu, namun telah diedit sedemikian rupa dengan teknologi artificial intelligence (AI) 'deepfake'. Presiden Jokowi tidak menggunakan bahasa Mandarin saat pidato tersebut, sehingga ini adalah bentuk disinformasi," ujar Kominfo.
Masyarakat perlu hati-hati jika mendapatkan informasi yang rawan dimanipulasi. Kominfo mengingatkan masyarakat untuk selalu merujuk ke sumber terpercaya jika mendapatkan informasi.
"Kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati ketika mendapatkan informasi yang dapat dimanipulasi dan/atau diselewengkan, dan selalu rujuk sumber-sumber terpercaya seperti situs Pemerintah dan/atau media yang kredibel," kata Kominfo.
"Kementerian Kominfo juga sedang melakukan takedown dan memberikan label disinformasi atas konten tersebut," imbuh kementerian.
Kominfo Minta Masyarakat Waspada
Menkominfo Budi Arie Setiadi mewanti-wanti masyarakat untuk tidak terpancing oleh kabar sensasional. Dia pun ingatkan masyarakat untuk tidak asal meneruskan pesan yang diterima.
"Beberapa tips masyarakat agar dapat menangkal hoax dan disinformasi di antaranya satu, jangan terpancing berita yang sensasional yang memicu emosi kita dan membuat kita membagikan berita tanpa mengecek keberadaannya terlebih dahulu," ujar Budi dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (27/10/2023).
Masyarakat harus mengecek sumber informasi atau berita. Jika menerima sebuah berita dari kanal yang tidak jelas, harus membandingkan dengan sumber lain.
"Dua, pastikan sumber berita tersebut dapat dipercaya dan memiliki reputasi baik, dan pastikan bahwa berita tersebut berdasarkan pada fakta yang dapat dipertanggungjawabkan dan bukan berdasarkan pada opini subjektif," ujarnya.
"Ketiga, bandingkan berita dengan berita yang terdengar mencolok atau kontroversial. Carilah informasi serupa dari beberapa sumber yang berbeda untuk memastikan kebenarannya," sambungnya.
Simak Video 'Hoax Pemilu 'Ngegas' di 2023, Menkominfo: Paling Banyak di Facebook':
Selanjutnya: Hoax diproduksi dengan teknologi canggih.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menyebut berita bohong bisa diproduksi dengan teknologi canggih. Salah satunya dengan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan .
"Khususnya kita juga ingin mengingatkan sudah mulai digunakannya AI, dalam menciptakan hoax," ujar Semuel.
Semuel mencontohkan video hoax yang berisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbicara dalam bahasa Mandarin. Dia mengatakan video itu diedit dengan AI sehingga seolah-olah Jokowi benar-benar berbahasa Mandarin.
"Kemarin teman-teman juga lihat bahwa video Presiden (Jokowi) tahun 2015 dilakukan editing menggunakan AI dan seolah-olah ini mengucapkan dalam bahasa Mandarin. Dan ini masyarakat mulai hati-hati karena penggunaan AI ini semakin canggih, dan digunakan untuk gunakan editing-editing," sebutnya.
Kominfo Kerjasama Dengan Semua Medsos
Kominfo bekerja sama dengan semua platform media sosial (medsos) untuk mencegah penyebaran hoaks di Pemilu 2024. Kominfo dan semua platform medsos berkomitmen take down konten hoaks dalam 1x24 jam.
"Bahwa kami sudah bekerja sama dengan semua platform sosial media," kata Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2023).
"Soal 1x24 jam, iya mereka juga punya komitmen untuk mensegera mentakedown semua konten yang teridentifikasi sebagai sebuah hoaks dan melanggar UU ITE," tambahnya.
Budi Arie mencontohkan ada kerja sama dengan Meta dan Google untuk mencegah penyebaran hoaks. Menurutnya, kerja sama dilakukan untuk meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.
"Dengan Google juga karena Google hastagnya yuk pahami pemilu, untuk sama-sama kita menghindari narasi-narasi atau hoaks yang bertebaran di platform sosial media, termasuk yang lain, tiktok, dan lain. Jadi untuk menumbuhkan kualitas demokrasi," ucapnya.
(aik/aik)