Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyebut Menag Yaqut Cholil Qoumas buzzer buntut pernyataan yang meminta masyarakat tidak memilih pemimpin menggunakan agama untuk kepentingan politik seperti di Pilgub DKI 2017. Yaqut tidak masalah disebut buzzer.
"Ya nggak apa-apa, orang nyebut biasa aja, mau disebut buzzer disebut apa, selama saya meyakini, saya menyampaikan apa yang saya yakini sebagai sebuah kebenaran ya silakan sebut apa saja," kata Yaqut kepada wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (4/10/2023).
Yaqut mengatakan tidak akan mencabut pernyatannya itu. Dia menyebut pernyataannya itu bentuk mengingatkan ke semua umat beragama yang mana sudah menjadi kewajiban sebagai seorang menteri agama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya nggak, wong saya punya kewajiban sebagai menteri agama untuk menyampaikan kepada seluruh umat beragama, untuk menjaga agama masing-masing agar jangan diperalat untuk urusan politik," ujarnya.
"Ya itu saya tidak akan merubah pendapat saya karena publik ini harus memilih pemimpin dengan cara yang cerdas, dengan cara rasional karena ini sangat menentukan nasib negara jadi jangan asal," lanjutnya.
Cak Imin sebelumnya menanggapi pernyataan Menag Yaqut Cholil Qoumas yang meminta masyarakat tidak memilih pemimpin menggunakan agama untuk kepentingan politik seperti di Pilgub DKI 2017. Cak Imin berkelakar pernyataan itu seperti buzzer.
"Ah itu omongan buzzer, ha-ha-ha," kata Cak Imin di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Minggu (1/10).
Cak Imin lalu tersenyum. Cak Imin tidak menjelaskan lebih lanjut terkait ucapannya itu.
Yaqut menyampaikan hal itu dalam sambutannya saat menghadiri acara doa bersama Wahana Nagara Rahaja di Hotel Alila, Solo. Acara itu diikuti umat Buddha seperti dilansir detikJateng, Jumat (29/9).
Awalnya, Yaqut mengatakan Indonesia pada 2024 memasuki tahun politik. Menurutnya, umat beragama seharusnya menyadari bahwa pemilu hanyalah mekanisme untuk menemukan siapa yang akan memimpin Indonesia.
"Tidak boleh umat beragama kita semua ini menjadi bagian dari yang salah dalam mekanisme itu, dianggap bahwa pemilu ini urusan hidup mati, saling memusuhi, saling menghinakan satu dengan yang lain tidak boleh," kata Yaqut.
Yaqut mengingatkan memilih pemimpin negara tidak boleh asal-asalan. Untuk itu, dirinya mengajak masyarakat memilih pemimpin yang tidak hanya pandai dalam berbicara dan mempunyai mulut yang manis.
"Oleh karena itu bapak ibu sekalian, saya berharap nanti bapak ibu sekalian dalam memilih pemimpin negeri ini untuk 2024-2029 benar-benar dilihat rekam jejaknya. Jangan karena bicaranya enak, mulutnya manis, mukanya ganteng itu dipilih, jangan asal begitu, harus dilihat dulu track record-nya," jelasnya.
Yaqut mengingatkan agar tidak memilih pemimpin yang menggunakan agama sebagai kepentingan politik. Yaqut lalu mengungkit Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 serta Pemilu 2014 dan 2019 yang menggunakan agama untuk kepentingan politik.
"Kita masih ingat, kita punya sejarah yang tidak baik atas politik penggunaan agama dalam politik, kita punya sejarah tidak baik beberapa waktu yang lalu ketika pemilihan gubernur DKI Jakarta kemudian dua pilpres terakhir, agama masih terlihat digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan kekuasaan," kata Yaqut.
Simak Video 'LSI Denny JA Ungkap Elektabilitas Anies Turun Setelah Memilih Cak Imin':