Anies Cerita Pernah Diprotes Saat Ubah Sistem Rekrutmen SMP-SMA di DKI

Anies Cerita Pernah Diprotes Saat Ubah Sistem Rekrutmen SMP-SMA di DKI

Tiara Aliya Azzahra - detikNews
Senin, 18 Sep 2023 19:23 WIB
Anies saat menghadiri acara bertajuk Indonesia Energy Transition Dialogue 2023 (Tiara Aliya/detikcom)
Foto: Anies saat menghadiri acara bertajuk 'Indonesia Energy Transition Dialogue 2023' (Tiara Aliya/detikcom)
Jakarta -

Bacapres Anies Baswedan menceritakan pengalamannya saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Anies berujar, kala itu dirinya mengubah sistem rekrutmen pelajar SMP dan SMA di DKI Jakarta hingga mengundang protes di kalangan anggota dewan.

Hal tersebut disampaikan Anies saat menghadiri acara bertajuk 'Indonesia Energy Transition Dialogue 2023' di Kuningan, Jakarta Selatan pada Senin (18/9/2023). Anies membawakan materi berjudul 'Energi yang Memanusiakan'.

Anies awalnya menjelaskan tujuannya mengubah sistem rekrutmen supaya menghilangkan stigma 'sekolah favorit'. Namun, upaya itu justru mengundang reaksi keras dari keluarga kalangan menengah ke atas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika mengubah sistem rekrutmen SMP-SMA di Jakarta yang membuat SMA-SMA favorit tidak lagi diisi hanya oleh keluarga-keluarga yang berkemampuan. itu mengalami reaksi yang kuat sekali dan keras dari kelas menengah ke atas. karena kelas atas menengah di Jakarta merasa sekolah-sekolah terbaik itu adalah hak mereka. Selama berdekade-dekade, lalu dibuat sistem rekrutmen yang berubah. Dengan sistem itu, maka komposisi siswa di sekolah itu berubah," kata Anies Baswedan, Senin (18/9/2023).

Anies menjelaskan, kala itu, SMA favorit di wilayah Jakarta Pusat maupun Jakarta Selatan mayoritas diisi oleh siswa siswi yang orang tuanya memiliki latar belakang pendidikan yang baik. Namun, Anies menilai jika situasi itu dilanjutkan maka ketimpangan di Jakarta semakin lebar.

ADVERTISEMENT

"Saya beri ilustrasi. SMA yang di Setiabudi, sekolah-sekolah bagus di Setiabudi sini, 90 persen lebih, bahkan sebagian 95 persen dari orang tuanya berpendidikan S1, S2, S3. Saya lihat datanya nih. SMA ini eskalator untuk mereka naik ke perguruan tinggi yang berkualitas. Kalau kita membiarkan proses ini terjadi, maka ketimpangan di Jakarta akan makin lebar. Kenapa? yang miskin masuk sekolah kelas dua kelas tiga, yang makmur masuk sekolah kelas satu," terangnya.

Saat itulah Anies memperkenalkan konsep 'perubahan' melalui sistem rekrutmen sekolah. Namun, Anies pun mengakui menerima protes dari orang tua siswa kalangan ke atas, mulai dari pengusaha besar hingga para anggota dewan. Mereka, kata dia, tak terima anaknya tak lulus sekolah favorit.

"Lalu kami introduce perubahan. Ini satu-satunya jenis kebijakan yang protesnya kelas menengah. Siapa? pemred-pemred, anggota DPR, pengusaha-pengusaha besar, itu semua yang protes. Kenapa? karena ngedadak dia bilang, 'anak saya nggak bisa masuk'. Saya bilang, 'anak bapak juga bisa masuk', cuma dulu yang bisa masuk itu didominasi itu anaknya sopir ojek, anaknya pedagang kaki lima dari dulu nggak bisa masuk, mereka nggak bisa protes," terangnya.

"Tapi kalau yang kelas menengah punya, ketika itu dilakukan itu adalah salah satu kebijakan yang paling menerima tekanan terbesar," sambungnya.

Anies mengakui efek dari perubahan kebijakan, khusus di sektor pendidikan baru bisa dirasakan belasan tahun kemudian. Namun, kata dia, saat ini bisa dilihat siswa-siswi yang memiliki beragam latar pendidikan berada dalam lingkungan sama.

"Pendidikan itu untungnya baru dirasakan 15 tahun lagi, yang dapet untung nggak akan ucapkan terima kasih kepada kita, yang dirugikan hari ini protes dan hari ini keras. Tapiiapa yang terjadi setelah kebijakannya dilakukan? datang ke sekolah-sekolah itu makan akan ketemu sepertiga-sepertiga. Sepertiga anak orang tuanya berpendidikan SD, sepertiga berpendidikan SMP-SMA, sepertiga berpendidikan tinggi," imbuhnya.

Lihat Video: Koalisi Perubahan Targetkan Timnas Pemenangan AMIN Selesai September

[Gambas:Video 20detik]




(taa/azh)



Hide Ads