Alasan Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo di 2024: The Man of Idea

Alasan Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo di 2024: The Man of Idea

Yogi Ernes - detikNews
Rabu, 06 Sep 2023 16:02 WIB
Budiman Sudjatmiko (Rumondang-detikcom)
Foto: Budiman Sudjatmiko (Rumondang-detikcom)
Jakarta -

Mantan politikus PDIP Budiman Sudjatmiko menjelaskan alasan mendukung capres Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Budiman menilai Prabowo sosok yang memiliki gagasan.

Budiman awalnya bicara soal alasan seseorang terjun ke politik. Dia menekankan pentingnya adanya ide yang dibawa oleh politikus.

"Banyak orang terjun politik modalnya hanya kehendak berkuasa. Mereka tidak punya alasannya, aku terjun politik, nggak pernah dijelaskan. Kenapa sih alasan orang terjun ke politik, menurut saya dia harus punya ide dong," kata Budiman dalam diskusi bertajuk 'Kenapa Aktivis Dukung Prabowo?' di rumah pemenangan relawan Prabowo, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budiman lalu mengenang momen pertama kali bertemu Prabowo di tahun 2002. Dia menyebut Prabowo sebagai sosok yang memiliki gagasan sebagai seorang pemimpin.

"Saya pertama kali bertemu Pak Prabowo tahun 2002 ketika dia baru pulang dari Jordan, terakhir bertemu di Semarang tahun 18 Agustus. Saya berani mengatakan he is the man of idea," jelas Budiman.

ADVERTISEMENT

Budiman turut menyebut Prabowo sebagai sosok intelektual. Dia menyoroti wawasan literasi Prabowo di tengah latar belakangnya sebagai seorang militer di rezim otoriter Orde Baru.

"Bahkan saya berani katakan dan ini belum pernah diketahui orang, sebenarnya dia sosok intelektual yang pernah berseragam militer. Saya paham betapa sunyinya pada saat itu, betapa lonely-nya beliau, tentara, besar di era Orde Baru, suka baca. Itu siksaan," ujar Budiman.

Budiman menambahkan modal wawasan tersebut dinilai menjadi modal bagi Prabowo sebagai seorang calon pemimpin di Indonesia. Budiman menyebut Prabowo sebagai tokoh intelektual di balik seragam militer.

"Tapi seseorang intelektual dalam tubuh tentara dan besar di era Orde Baru, itu kesunyian luar biasa. Ketika saya bertemu pertama kali 2002 sampai terakhir saya berani katakan ada satu yang orang belum banyak tahu, dia sosok intelektual dengan seragam militer pada masanya," pungkas Budiman.

(ygs/maa)



Hide Ads