Yenny Wahid: Saya Tak Pernah Nyodorin Diri Jadi Cawapres Anies!

Yenny Wahid: Saya Tak Pernah Nyodorin Diri Jadi Cawapres Anies!

Matius Alfons Hutajulu - detikNews
Kamis, 10 Agu 2023 20:39 WIB
Yenny Wahid
Foto: Yenny Wahid (Rumondang Naibaho/detikcom)
Jakarta -

Wasekjen Partai Demokrat (PD) Jansen Sitindaon tak sepakat Yenny Wahid menjadi cawapres Anies Baswedan. Yenny Wahid mengaku tidak pernah menyodorkan diri menjadi cawapres Anies Baswedan.

"Saya nggak pernah nyodorin diri jadi cawapres Mas Anies lho, saya cuma merespons lamaran yang datang," kata Yenny Wahid dalam cuitannya seperti dilihat detikcom, Kamis (10/8/2023).

Yenny Wahid merespons cuitan penolakan Jansen di Twitter. Dalam cuitan itu, Yenny juga mengaku mendukung Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY jadi cawapres Anies.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Justru saya mendukung Mas AHY jadi cawapres Mas Anies," ucapnya.

Sebelumnya, Jansen Sitindaon tak sepakat Yenny Wahid menjadi cawapres Anies Baswedan. Menurut Jansen, Yenny merupakan bagian dari pemerintahan saat ini.

ADVERTISEMENT

"Mbak Yenny buat saya bagus. Bahkan lengkap sekali dengan segala atribusi yang melekat dalam diri beliau. Namun untuk posisi wapres di Koalisi Perubahan, buat saya beliau tidak pas, tidak cocok. Mungkin cocoknya di koalisi yang lain," kata Jansen dalam cuitan akun Twitter-nya seperti dilihat, Kamis (10/8).

Jansen menekankan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), yang dibesut partainya bersama NasDem dan PKS, mengusung perubahan dari pemerintahan saat ini. Dengan begitu, dia menghendaki figur cawapres Anies merepresentasikan hal itu.

"Karena jika koalisi ini menang, sebagaimana namanya perubahan, banyak hal yang ingin kami ubah. Dan idealnya cawapres Perubahan ini memang yang selama ini wajahnya merepresentasikan hal itu," katanya.

Jansen menduga para pendukung Anies akan bingung apabila figur cawapresnya tak sesuai dengan tagline poros koalisi. Jansen menyebut Yenny merupakan bagian dari rezim saat ini.

"Agar koalisi ini juga semakin kuat posisi dan brandingnya di rakyat yang ingin perubahan. Di mana semakin hari semakin besar dan luas dukungannya. Tentu mereka akan bingung jika koalisi yang katanya mengusung perubahan malah mencalonkan tokoh yang bukan perubahan, apalagi dia tokoh 'status quo' atau bagian dari rezim ini. Baik dia bagian inti atau pinggiran rezim ini," ujarnya.

"Tentu jikapun saya misalnya jadi Pak Jokowi termasuk para pendukung rezim ini, pasti akan tidak sukalah: 'anda selama ini ikut menikmati rezim ini kok malah tiba-tiba mau mengkritiknya dan pindah ke barisan perubahan lagi," katanya.

(maa/maa)



Hide Ads