Jelaskan Slogan Perubahan, Anies Contohkan Sistem JakLingko di Jakarta

Jelaskan Slogan Perubahan, Anies Contohkan Sistem JakLingko di Jakarta

Dwi Rahmawati - detikNews
Kamis, 20 Jul 2023 23:58 WIB
Bacapres Anies Baswedan
Foto: Anies Baswedan (Herdi Alif/detikcom)
Jakarta -

Bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan, mengatakan slogan perubahan yang dibawa dirinya bukan berarti akan merombak total program pemerintah yang sudah berjalan. Ia mengatakan hal baik akan diteruskan, jika ada kekurangan diperbaiki dan dimodifikasi.

"Tidak mungkin bisa melakukan continuity saja dan tidak mungkin hanya melakukan perubahan saja. Ada 4 lagi nih kami sampaikan, apa yang harus diteruskan, apa yang harus dikoreksi, yang ketiga apa yang harus dibuat baru, dan yang keempat apa yang tidak perlu diteruskan," kata Anies dalam pemaparannya di acara IDE Conference, Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (20/7/2023).

Anies mengatakan akan ada unsur keberlanjutan dan unsur perubahan. Ia mencontohkan hasil kerja saat dirinya memimpin DKI Jakarta terkait penerapan hal itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika kami bertugas, ini bukan gubenur pertama, sebelumnya sudah ada gubernur-gubernur sebelumya, sebelum saya Pak Djarot, sebelum Pak Djarot Pak Basuki, sebelum Pak Basuki Pak Jokowi, sebelum Pak Jokowi Pak Fauzi Bowo," tutur Anies.

"Ketika di Jakarta, hal-hal yang sudah dikerjakan diteruskan dengan modifikasi, diteruskan dengan pembaharuan, dan itu yang kita kerjakan, kebaruan-kebaruan itulah yang memberikan nuansa perubahan," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Ia mencontohkan bagaimana penerapan JakLingko bagi transportasi di DKI Jakarta. Ia menyebut tak mengubah transportasi masal yang sudah ada pada zaman gubernur sebelumnya, tapi hal itu dimodifikasi demi memberi rasa nyaman.

"Transportasi umum bukan barang baru sudah ada di Jakarta lama sekali, lalu ketika era kami bertugas di Jakarta, transportasi umum yang sudah banyak itu diintegrasikan menjadi satu sistem transportasi umum namanya JakLingko. Itu perubahan? iya, perubahan, karena pendekatannya kolaborasi," tuturnya.

Ia menyebut dahulu sopir angkot kebut-kebutan di jalan lantaran berorientasi per satuan penumpang. Kini, hal itu berubah, lantaran operator dari sopir itu dikoordinasikan langsung oleh Pemprov DKI, transaksi tak langsung antar penumpang dan sopir.

"Bayangkan kalau pemerintahan baru lalu membuat yang disebut sebagai pengadaan bus sebanyak-banyaknya semua operator yang ada di Jakarta itu bisa tutup, kalah dengan kendaraan yang disiapkan oleh pemerintah," ujar eks Gubernur DKI Jakarta itu.

(dwr/dek)



Hide Ads