Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menanggapi soal kemungkinan bakal calon wakil presiden (bacawapres) pendamping bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo dari ormas Islam, Nahdlatul Ulama (NU). Hasto mengatakan sejauh ini Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri rutin berkomunikasi dengan Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir.
"Ya Ibu Megawati secara rutin berdialog dengan Gus Yahya Ketum PBNU, kemudian juga dengan Menag Gus Yaqut, dengan tokoh Muhammadiyah Pak Haedar," kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/6/2023).
Hasto mengatakan Megawati pun sempat mengutarakan kecocokan dengan Haedar Nashir. "Bahkan ketika dengan Pak Haedar, Ibu Mega mengatakan, 'saya cocok dengan alam pikir dan alam rasa Pak Haedar, menyejukkan'," sambung Hasto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasto menerangkan, Megawati juga merasa klop dengan Gus Yahya. Meski demikian, dia menyebut perlu ada suasana kebatinan untuk memilih sosok pendamping Ganjar.
"Demikian pula dengan Gus Yahya, Ketum PBNU. Sehingga ini tidak bisa dipisah-pisahkan, semua sudah bonded dan memiliki suasana kebatinan terhadap siapa yang akan mendampingi Pak Ganjar ke depan," tutur Hasto.
Hasto lalu mengungkapkan PDIP dengan NU adalah saudara lama sehingga keduanya terus bergandengan hingga saat ini.Dia menjelaskan jarak waktu lahir NU dan PNI, yang merupakan akar PDIP, berdekatan.
"Ya PDI Perjuangan dengan NU ini kan sangat bersahabat, memiliki emosional bonding, memiliki sejarah dalam memerdekakan bangsa Indonesia, bahkan semangat 'habul waton minal iman'. Itu dipahami betul oleh seluruh kader PDI Perjuangan. NU berdiri pada tahun '26, PDI akarnya PNI tahun '27. Jadi NU itu saudara tua dari PDIP," katanya.
"Demikian pula Muhammadiyah, sehingga kami selalu bergandengan tangan," imbuh Hasto.
Lihat Video 'Ganjar-Puan Ungkap Akan Ada Parpol Lain Merapat ke PDIP':
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.