Dalam Pidato Kebangsaan 'Temu Kebangsaan Relawan Anies Baswedan', Anies Baswedan mengungkapkan kisahnya 'tirakatan' pada bulan Ramadan lalu. Ia mengaku melakukan perjalanan untuk mendengar, menyerap, dan merasakan suasana terkini dari masyarakat dari berbagai pelosok daerah.
"Saya mendengar keluh kesah dan cerita mereka. Bukan lari-lari untuk posting foto saja. Masuk ke sebuah tempat, ke warung, tanpa bawa kamera dan lain sebagainya," ungkap Anies, Minggu (21/5/2023).
"Saya ketemu dengan ibu-ibu bapak-bapak yang memiliki keinginan masa depan anak-anaknya yang lebih baik. Paling sering saya ketemu ibu-ibu yang menceritakan anaknya pintar dan potensial, berharap agar anaknya dapat kesempatan agar masa depannya lebih baik," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anies mencontohkan beberapa perjalanan tirakatnya yang dilakukan ke berbagai daerah, seperti di Rembang dan Grobogan, Jawa Tengah serta Pasuruan, Jawa Timur.
"Betapa masyarakat yang kita temui menyampaikan kepada kita bahwa ada suasana sulit, menantang, tapi yang mengkhawatirkan adalah serba ketidakpastian," kisahnya.
Adapun beberapa keluh kesah yang ia terima datang dari para petani yang cemas soal ketidakpastian harga dari hasil panennya, hingga masalah akses kepada pupuk untuk keberlangsungan panen.
"Begitu banyak mafia-mafia yang hadir dan membuat kita tidak memiliki ketidakpastian. Kenapa petani harus bersaing untuk mendapat pupuk, karena aksesnya dikuasai," ujar Anies.
Tak hanya mendengar masalah petani, ia pun menyerap keluh kesah para pekerja migran dari Wonosobo yang berangkat tanpa mengetahui jaminan hidupnya.
"Apakah bisa pulang atau tidak, hidup layak atau tidak. Ini juga banyak yang sistemnya dikuasai mafia," terang Anies.
Selain itu, mengungkapkan masyarakat kecil kerap menemukan kesulitan untuk memulai usaha meski dari skala kecil sekalipun.
"Di luar (lokasi) banyak UMKM kan? Karena di sini kita kumpul mengirimkan pesan bahwa penyediaan makanan dari usaha-usaha yang skala mikro dan kecil, bukan skala besar," terang Anies.
(ega/ega)