Rekaman suara Presiden Joko Widodo (Jokowi) seolah menyanyikan lagu Asmaibrasi yang dipopulerkan oleh Soegi Bornean viral di media sosial. Selidik punya selidik, ternyata rekaman suara itu hasil olah artificial intelligence (AI) alias hoax.
Seperti dilihat detikcom, rekaman tersebut beredar di Twitter. Ada video yang menunjukkan cover album Jokowi sedang memegang gitar. Video itu berisi lagu Asmalibrasi dengan suara rendah, khas seperti suara Jokowi.
Beberapa warganet awalnya ada yang mengira itu benar-benar suara Jokowi. Namun, ada juga yang langsung sadar bahwa itu perbuatan iseng warganet saja. Belakangan diketahui, suara Jokowi bernyanyi Asmalibrasi itu hasil olahan AI coversong. detikcom pun mengecek laman AI coversong ini. Tiap jasa cover lagu dengan suara tertentu dihargai sebesar 3 Dollar AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat fenomena ini, apakah AI coversong bisa dimanfaatkan untuk hal negatif? Pakar komunikasi digital Universitas Indonesia Dr Firman Kurniawan Sujono mengatakan tren mengolah suara dengan AI coversong atau bahkan deepfake sudah pernah terjadi di Amerika Serikat.
"Ini sudah ramai di Amerika Serikat dari dulu. Dulu ada suara Tom Crush yang menyatakan sebuah pernyatan palsu. Atau juga pernah Barack Obama diedit dengan deepfake untuk menyebarkan pernyataan hoax," kata Firman kepada wartawan, Jumat (5/5/2023).
Menurutnya, fenomena AI coversong dan deepfake ini nantinya akan marak dimanfaatkan untuk membuat hoax seputar Pilpres 2024.
"Sangat mungkin akan marak menjelang Pilpres 2024 ini. Apalagi karena pasti pasarnya ada," ujarnya.
"Karena, pasti ada saja partai atau kandidat yang tidak memiliki keunggulan, lalu membutuhkan material hoax seperti itu," lanjutnya.
Selain itu, dia mengatakan bahwa pihak-pihak yang menawarkan jasa teknologi AI coversong dan deepfake ini banyak. "Banyak yang menawarkan jasa ini, jika tidak di Indonesia, ya di luar negeri," ujarnya.
Apalagi, kata dia, Pemilu 2024 adalah momentum besar. Oleh karena itu, AI coversong dan deepfake ini bisa dimanfaatkan untuk urusan politik.
"Momentum pemilu itu pesta besar, pasti bisa memanfaatkan teknologi ini untuk urusan politik," katanya.
Lalu, apa tindakan preventif mengatasi hoax berbasis AI ini? Firman menyarankan agar konten AI coversong untuk tujuan melucu diperbanyak.
"Ya masyarakat bisa diedukasi. Salah satu caranya ya dengan memperbanyak konten AI coversong untuk lucu-lucuan. Akhirnya nanti masyarakat sadar, misalnya seperti, 'masak Pak Jokowi nyanyi seperti itu,'" ungkapnya.
(rdp/gbr)