Wacana Koalisi Besar Mencuat Lagi dari Markas Matahari Putih

Wacana Koalisi Besar Mencuat Lagi dari Markas Matahari Putih

Tim detikcom - detikNews
Senin, 03 Apr 2023 04:26 WIB
Jokowi bersama para ketum parpol dan Hatta Rajasa di kantor DPP PAN. (Tim Media Prabowo)
Foto: Jokowi bersama para ketum parpol dan Hatta Rajasa di kantor DPP PAN. (Tim Media Prabowo)
Jakarta -

Wacana koalisi besar meleburnya poros-poros koalisi yang saat ini telah terbentuk, kembali mencuat di acara PAN. Peluang koalisi besar ini dibuka oleh kalangan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diinisiasi Golkar, PPP, dan PAN dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) besutan Gerindra dan PKB.

Mulanya wacana ini disampaikan oleh Ketum Golkar Airlangga Hartarto. Airlangga berbicara soal kemungkinan adanya koalisi yang bergabung dan membentuk koalisi besar bersama NasDem, Demokrat, dan PKS yang baru mendeklarasikan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Airlangga membicarakan itu saat menghadiri acara buka puasa bersama (bukber) bareng Koalisi Perubahan. Airlangga menghadiri undangan acara itu di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Sabtu (25/3).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya, kalau koalisi, sama-sama punya koalisi, tentu dengan koalisi yang sama komunikasi menjadi hal yang penting di dalam politik dan keterbukaan komunikasi ini yang kita juga jaga, agar seluruh proses politik itu berjalan dengan baik," katanya kepada wartawan selepas menghadiri bukber.

Dirangkum detikcom, Minggu (2/4/2023), begini sikap parpol-parpol merespons wacana koalisi besar ini.

ADVERTISEMENT

Golkar: Koalisi Besar Itu Penting

Airlangga Hartarto bicara terkait koalisi besar usai pertemuan Jokowi dengan 5 partai politik pendukung pemerintah. Airlangga menyebut koalisi besar itu penting bagi sistem politik di Indonesia.

"Tadi dalam pertemuan dengan bapak presiden keberlanjutan pembangunan dan juga koalisi besar itu penting, karena Indonesia itu adalah negara besar dan tantangan ke depan juga tantangan yang beragam, baik itu climate change, kemudian juga geopolitik itu juga, kemudian politisasi identitas masih ada," kata Airlangga di Kantor DPP PAN, Warung Buncit, Jakarta Selatan, Minggu (2/4).

Airlangga mengatakan setidaknya Indonesia tidak lagi menjadi negara berkembang pada 2038. Oleh karena itu, perlunya kebersamaan untuk mewujudkan hal itu melalui koalisi besar.

"Timing-nya maksimal sampai 2038, kalau 10 tahun nggak selesai ini kita berputar-berputar di sini saja. Oleh karena itu, ini bentuk kebersamaan, kebersamaan itu koalisi besar dan koalisi besar itu mempunyai ideologi yang sama," tutur Menteri Perekonomian RI ini.

Airlangga menyebut seluruh partai pro pemerintah saat ini memiliki ideologi yang sama. Sehingga koalisi ini dapat menjadi gerbong untuk melanjutkan program-program yang ada dengan lebih cepat.

"Dan kami ini semuanya ada di pemerintahan, baik Pak Prabowo, Pak Zulkifli Hasan, Pak Mardiono, Cak Imin itu kan DPR semua dan berada dalam gerbongnya pemerintah. Oleh karena itu,gerbong inilah yang siap untuk melanjutkan program secara lebih cepat," sambungnya.

Airlangga tak bicara banyak terkait wacana penggabungan KIB dan KKIR. Dia menyebut semua hal masih dalam tahap pembicaraan.

"Kita dalam pembicaraan, kalau pertemuan akan selalu ada karena tentunya partai politik, kita cair bertemu dengan ketua umum-ketua umum partai seluruhnya yang ada di pemerintah," ujarnya.

Gerindra Buka Peluang

Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto mengungkap pembicaraan para pimpinan partai politik dan Presiden Joko Widodo di acara PAN tak jauh dari urusan Pemilu 2024. Prabowo membicarakan KKIR, yang diinisiasinnya bersama PKB, memiliki kesamaan dengan KIB.

"Tadi sebetulnya sudah disampaikan Pak Presiden kan sudah sangat jelas. Kita tadi banyak membahas ke arahnya adalah komitmen kebangsaan dan bagaimana menjamin kelangsungan pembangunan. Jadi itu yang kita bicarakan sebetulnya," kata Prabowo usai pertemuan dengan Jokowi di kantor DPP PAN, Warung Buncit, Jakarta Selatan, Minggu (2/4).

Prabowo menyebut ada frekuensi yang sama antara partainya, PKB, Golkar, PPP, dan PAN. Prabowo menekankan kelima parpol ini sudah masuk 'tim Jokowi'.

"Ada. Ternyata ada (kesamaan visi dan misi). Jadi kita merasa ada frekuensi yang sama ya. Ada kecocokan dan kalau dilihat, pimpinan partai kita sudah masuk, Pak Cak Imin ya, kita sudah masuk timnya Pak Jokowi, sebetulnya sekarang, ya kan," kata Prabowo.

Prabowo lantas membuka kemungkinan dua koalisi ini untuk melebur. Menurutnya yang terpenting jalinan komunikasi di antara kedua koalisi ini semakin intens.

"Ya nanti kita lihat prosesnya, tapi yang terpenting komunikasi akan tambah intens. Kita belum bicara soal ke arah itu (capres-cawapres)," ujar Prabowo.

Simak selengkapnya di halaman berikut

Saksikan juga Sudut Pandang: Menanti Solusi Krisis Air Untuk Warga Ibu Kota

[Gambas:Video 20detik]



PKB Tekankan Kesepakatan Penentuan Capres

PKB menganggap KIB cocok bergabung dengan KKIR. Namun penentuan capres dan cawapres tetap di tangan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

"Iya cocok dong, dan benar apa yang disampaikan pak presiden bahwa keputusan ada di tangan para ketua umum, kita happy dan terbuka bila ada partai atau koalisi lain yang ingin bergabung," kata Ketua DPP PKB Daniel Johan saat dihubungi, Minggu (2/4).

Meskipun cocok, Daniel Johan mengatakan penentuan capres dan cawapres tetap oleh Prabowo dan Cak Imin. Menurutnya, jika koalisi besar ini terjadi, partai lain tetap boleh memberikan masukan untuk dimusyawarahkan.

"Tapi penentuan capres-cawapres tetap ditentukan oleh Cak Imin dan Pak Prabowo, partai lain tentu boleh memberi masukan dan hal-hal lain bisa dimusyawarahkan bersama, intinya selama untuk kepentingan bangsa dan rakyat kita terbuka," ucapnya.

Lebih lanjut, Daniel Johan menilai penentuan capres dan cawapres jika KIB dan KKIR bergabung tidak akan sulit. Selama, kata dia, penentuan capres dan cawapres mengikuti kesepakatan KKIR.

"Tidak (sulit) selama itu bisa dipahami dan diterima oleh partai lain. Dalam penentuan capres cawapres sudah disepakati yang menentukan ada Cak Imin dan Pak Prabowo," ujar dia.

Selain itu, dia mengatakan PKB tetap akan berada pada posisi mengusung Cak Imin sebagai capres atau cawapres jika koalisi besar itu benar terbentuk. "PKB akan tetap usung Cak Imin," imbuhnya.

Jokowi Anggap KKIR-KIB Cocok

Jokowi menjawab pertanyaan apakah KIB dan KKIR cocok jika bersatu. Jokowi menegaskan keputusan akhir ada di tangan ketua umum partai politik.

"Cocok. Saya hanya bilang cocok. Terserah kepada ketua-ketua partai atau gabungan ketua partai," kata Jokowi menjawab pertanyaan kecocokan antara KIB dan KKIR untuk membentuk koalisi besar.

Jokowi menyerahkan keputusan koalisi ke masing-masing partai. Yang terpenting, lanjutnya, bisa membawa kebaikan untuk bangsa.

"Untuk kebaikan negara, untuk kebaikan bangsa, untuk rakyat, hal yang berkaitan bisa dimusyawarahkan itu akan lebih baik. (Soal nama capres) ke ketua-ketua partai," sambungnya.

Jokowi menegaskan tak ikut dalam pengambilan keputusan ketum-ketum parpol siang ini. Ia menyebut pembicaraan di lantai 3 terkait komitmen keberlanjutan.

"Ya saya senang para ketua partai bisa bertemu, bisa silaturahmi dan ini atas undangan dari Ketua Pan Pak Zulkifli Hasan terhadap semua partai di pemerintah, dalam rangka membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan komitmen kebangsaan dan juga keberlanjutan pembangunan ke depan. Arahnya ke sana," ujar dia.

"Nanti (koalisi besar) ditanyakan urusan itu kepada ketua partai atau gabungan partai yang sudah ada. Jangan ditanyakan kepada saya. Yang berbicara itu ketua-ketua partai. Saya bagian mendengarkan saja," ujarnya.

Saksikan juga Sudut Pandang: Menanti Solusi Krisis Air Untuk Warga Ibu Kota

[Gambas:Video 20detik]



(fca/fca)



Hide Ads