Ketua DPP PKB Daniel Johan menilai politik identitas sah-sah saja. Asalkan katanya bisa mempererat persatuan dan kebhinnekaan.
Hal itu diungkap Daniel diskusi bertema "Politik Identitas Jelang Pemilu 2024 Efektifkah?" di Kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (7/3/2023). Daniel mengatakan politik identitas tidak jadi masalah selama rasa persaudaraan tetap dijaga.
"Selama politik identitas bisa menjadi kekuatan kebangsaan yang merajut persaudaraan yang memperkuat kebhinnekaan, saya rasa sah-sah saja ya," kata Daniel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daniel mencontohkan politik identitas yang menjadi kekuatan kebangsaan seperti PKB dan Nahdlatul Ulama (NU). Di mana keduanya, kata dia, menjadi kekuatan bangsa.
"Sebagaimana PKB dengan NU misalnya. Banyak yang sempat mempertanyakan. Tapi bagi kami PKB itu ya NU, NU itu yang melahirkan PKB," ucap Daniel.
"Tetapi satu nafasnya PKB dan NU adalah bagian dari kekuatan kebangsaan. Bagian kekuatan yang akan menjadi garda terdepan menjaga persatuan, menjaga kebhinnekaan, menjaga persaudaraan antara anak bangsa," lanjutnya.
Anggota Komisi IV DPR ini mengingatkan masyarakat agar jangan mau dipecah belah oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Bangsa yang unggul menurutnya, adalah bangsa yang selalu memperkuat sikap persaudaraan.
"Bangsa yang unggul adalah bangsa yang kuat dalam memperkuat kemanusiaan, manusia-manusia unggul yang pinnya kearifan. Karena manusia yang kuat dengan kemanusiaan dan kearifan itulah yang akan mengendalikan teknologi. Kalau nggak terbalik, teknologi akan mengendalikan manusia. Sehingga itu menjadi bagian bahwa perkuatan kemanusiaan, kebhinnekaan, persaudaraan itu menjadi bagian utuh," ujarnya.
"Kita boleh beda pilihan tapi jangan mau dipecah belah. Karena ujung-ujungnya kalau pecah belah terjadi, korban pertama adalah masyarakat langsung. Elit politiknya mah happy-happy aja," lanjut Daniel.
Di kesempatan yang sama, Sekretaris Umum (Sekum) DPP Berani Ardi Susanto menyatakan politik identitas bukanlah sesuatu yang tabu. Sebab, setiap orang terlahir dengan identitas yang menempel.
"Tadi kita sudah diskusikan juga, kita mencapai satu kesimpulan bahwa politik identitas itu tidak tabu karena memang kita terlahir dengan berbagai identitas," ucapnya.
"Tapi memang perbedaan identitas dan identitas ini harus kita pake untuk membangun, bukan untuk merusak," sambungnya.
(eva/gbr)