Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan pihaknya tetap pada sikap mendukung sistem pemilu proporsional tertutup atau mencoblos gambar partai. Menurut Hasto, ungkapan terkait menggunakan proporsional tertutup seperti membeli kucing dalam karung, dinilai tidak berdasar.
Hal itu disampaikan Hasto dalam pengarahan di Seminar Nasional 'Daulat Pangan Wujudkan Kesejahteraan Petani dan Konsolidasi Program Mari Sejahterakan Petani' di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (3/2/2023).
"Ada yang mengatakan proporsional tertutup seperti membeli kucing dalam karung, mana faktanya? Pemimpin yang ada di PDI Perjuangan saat ini, semua lahir dari proporsional tertutup. Karena kita di partai sudah menyiapkan," ujar Hasto.
Menurut Hasto, sistem pemilu proporsional tertutup dapat melahirkan anggota dewan dari kalangan biasa. Dia kemudian menyinggung sistem pemilu proporsional terbuka yang menghabiskan dana besar untuk menjadi anggota Dewan.
"Kita ingin kalau jadi anggota Dewan dia akan berjuang, dia tahu napas keseharian para petani ini. Tetapi kalau proporsional terbuka, perlu berapa puluh miliar untuk menjadi anggota legislatif, tetapi kalau partai menetapkan, kita akan mendapatkan itu," kata Hasto.
Kemudian, Hasto menilai untuk menjadi anggota Dewan tidak bisa mengandalkan popularitas saja. Namun, menurutnya, anggota dewan harus mengenal rakyatnya.
"Menjadi anggota Dewan tidak bisa mengandalkan saya keluarga pejabat A, saya istri dari pejabat B, saya anak dari pejabat C, itu kalau proporsional terbuka saudara-saudara sekalian," ujar Hasto.
"Kalau proporsional tertutup saya jadi anggota Dewan 'karena saya mengenal petani Indonesia, saya mengenal masalah petani Indonesia dan ini solusi bagi petani Indonesia', itu kalau proporsional tertutup, base on quality, ini yang harus kita persiapkan dengan sebaik-baiknya," sambungnya.
Lebih lanjut, Hasto mengatakan dengan proporsional tertutup, anggota dewan menjadi sepenuhnya tanggung jawab partai. Maka, menurutnya, jika selama performa anggota dewan itu dinilai kurang, partai akan menerima hukumannya.
"Ada partai A di dapil dia tidak perform. Kalau proporsional tertutup, partai ini akan dihukum, saudara sekalian. Tetapi, kalau proporsional terbuka, lima tahun ini tidak perform, lalu di situ kita taruh orang yang sangat populer, maka tidak performnya selama 5 tahun ini bisa digantikan oleh orang baru yang populer dan entahlah apa yang terjadi di 5 tahun sebelumnya itu," imbuhnya.
Simak juga video 'Tolak Politisasi Tempat Ibadah, DMI: Masjid Tempat Menyatukan':