Kala AHY Tak Mau Memaksa dan Dipaksa soal Cawapres Anies

Kala AHY Tak Mau Memaksa dan Dipaksa soal Cawapres Anies

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 12 Jan 2023 20:38 WIB
Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) gelar jumpa pers awal tahun. AHY menyoroti sejumlah isu politik termasuk penangkapan Lukas Enembe.
Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jakarta -

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merespons pernyataan Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali yang menyebut 'Koalisi Perubahan' akan bubar jika ada yang memaksakan diri menjadi calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan. AHY memastikan dirinya tak mau memaksa dan dipaksa soal cawapres Anies.

Pernyataan AHY ini menanggapi Ahmad Ali yang awalnya menyinggung soal koalisi bubar. Ahmad Ali mengungkit soal koalisi bubar lantaran merespons harapan Demokrat agar AHY mendampingi Anies di 2024.

"Kita berharap bahwa Koalisi Perubahan yang akan diusung ini membicarakan untuk hal yang lebih besar. Sejak awal kita bersepakat koalisi ini untuk membentuk koalisi yang setara, tidak ada orang yang memaksakan kehendaknya dalam koalisi ini," kata Ali saat dihubungi, Selasa (10/1).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan NasDem juga berdiskusi dengan PKS dan Demokrat ketika mengumumkan Anies sebagai calon presiden. Dia berharap ada kesinambungan dalam diskusi terkait koalisi.

"Kalau kemudian ada partai yang membuat syarat kadernya harus menjadi calon wakil presiden misalnya, dan itu menjadi suatu aturan maka saya pastikan koalisi ini akan bubar. Jadi karena sampai hari ini kita belum membicarakan itu. Anies belum membicarakan itu," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Ali menuturkan koalisi perubahan harus memiliki pemahaman yang sama. Untuk itu, kata Ali, segala keputusan harus dibicarakan bersama-sama.

"Intinya kan kita harus punya pemahaman yang sama. Koalisi itu kan tidak ada orang yang merasa pemimpin di koalisi ini, tidak ada orang yang merasa lebih dibutuhkan, tidak ada orang yang memaksakan keinginannya, jadi semua kita bicarakan secara bersama-sama," ujarnya.

Ali menyampaikan masing-masing partai Koalisi Perubahan mengajukan cawapres kecuali NasDem. Ali mengatakan yang terpenting sosok yang akan mendampingi Anies dalam Pilpres 2024 nantinya bisa mendongkrak suara yang tak cuma pemilih Anies.

"Kita berkoalisi tiga partai, NasDem sudah sejak awal melihat Anies sebagai capres dia bukan kader NasDem dan tidak pernah me-NasDem-kan Anies. Kemudian juga PKS, kemudian juga Demokrat. PKS menawarkan Aher, Demokrat menawarkan AHY, nah kalau semua bicara kemungkinan partainya, pertanyaannya NasDem gimana? Kami sudah lah, kita tidak bicara NasDem dapat apa, yang penting kita mau mengajukan capres ini kan dengan pertimbangan harus menang," ucapnya.

Dia menilai harapan Demokrat sah-sah saja ingin AHY menjadi cawapres Anies. Menurutnya hal itu masih terlalu prematur.

"Yah itu sah-sah aja sebagai harapan, tapi di kertas kita belum pernah bicarakan dan Pak Anies belum pernah bicarakan itu kepada Partai NasDem. Jadi saya pikir ini masih hal yang terlalu prematur," jelasnya.

Lebih lanjut Ali tidak mau dalam Koalisi Perubahan terjadi 'penguncian' hanya karena memaksakan kehendak. Dia memastikan apabila ada 'penguncian' terhadap cawapres Anies, Koalisi Perubahan bisa saja bubar.

"Ini bukan harga mati yang kemudian kalau tidak AHY kami tidak mau. Ya itu namanya mengunci kan. Kalau terjadi seperti itu, saya pastikan koalisi ini tidak berjalan," ungkap dia.

Lihat juga video 'Jawaban AHY ke NasDem soal Prediksi Koalisi Bubar Jika Paksakan Cawapres':

[Gambas:Video 20detik]



Simak respons AHY di halaman berikutnya.

AHY Buka Suara

Mengetahui pernyataan Ahmad Ali, AHY pun buka suara. AHY mengaku mengikuti semua komentar antara NasDem dan Demokrat soal cawapres Anies Baswedan.

"Yang jelas begini, kami juga setuju bahwa tidak boleh dalam ikhtiar membangun koalisi ada yang saling memaksakan kehendak, ada yang saling memaksakan diri," ujar AHY usai memberikan pernyataan pers di DPP Demokrat, Jakarta, Kamis (12/1/2023).

AHY kemudian mencontohkan sikap memaksakan. Menurut AHY, menolak seseorang tanpa alasan yang jelas juga sikap memaksa.

"Contoh memaksakan itu begini, pokoknya wajib si A. Itu maksa. 'Apapun ceritanya saya nggak perlu tahu urusan atau alasannya yang penting si A'," ujar AHY.

"Atau sebaliknya, 'Saya nggak perlu tahu alasannya yang penting jangan si A'. Sama-sama memaksa," imbuh AHY.

AHY menyebut Demokrat sepakat tidak bersikap demikian. Demokrat, kata AHY, mengacu kepada konsensus.

Pria yang sempat berkarier di militer ini mempunyai harapan andai Demokrat, NasDem dan PKS jadi bekerja sama dalam bingkai 'Koalisi Perubahan'. AHY menginginkan harapan masyarakat benar-benar bisa diwujudkan lewat koalisi yang tengah diupayakan ini.

"Kita ingin kalau koalisi ini mendapatkan restu dari Allah SWT itu benar-benar bisa menghadirkan kemenangan. Sebuah poros alternatif, sebuah poros perubahan, yang bisa membawa aspirasi dan harapan masyarakat Indonesia karena kami ingin meyakinkan Indonesia bisa berubah leboh baik tentunya dan melalui koalisi ini mudah2an terbuka jalan itu," ujar AHY.

AHY setuju perubahan ini tidak boleh dilakukan dengan paksaan. AHY menegaskan capres dan cawapres yang diputuskan haruslah mempunyai peluang kemenangan yang besar.

"Tidak boleh memang saling memaksakan tapi sebaliknya kita harus meyakinkan bahwa pasangan yang nanti bisa dihadirkan oleh koalisi perubahan ini adalah pasangan yang benar-benar merepresentasi gerakan perubahan dan perbaikan dan harus bisa membawa kans kemenangan yang paling besar. Itu yang menjadi konsensus," ujar AHY.

(maa/maa)



Hide Ads