Juru Bicara PKS Muhammad Kholid menanggapi Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali yang mewanti-wanti rencana koalisi NasDem, PKS, dan Demokrat tidak akan terbentuk jika ada persyaratan kader partai harus menjadi cawapres Anies Baswedan. Kholid menilai setiap parpol memiliki pandangan yang berbeda.
"Itulah indahnya komunikasi dalam berkoalisi. Kan nggak mesti sama pandangan kita," kata Kholid kepada wartawan, Selasa (25/10/2022).
Kholid mengatakan nama bakal cawapres yang mengerucut di internal PKS ialah Ahmad Heryawan (Aher). Menurutnya, Aher layak diusulkan sebagai cawapres lantaran telah memimpin Jawa Barat selama 10 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aher yang sukses memimpin Jawa Barat 10 tahun layak dong diusulkan sebagai cawapres. Jawa Barat sebagai provinsi terbesar di Republik Indonesia," jelas Kholid.
Meski demikian, Kholid menilai Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga menjadi salah satu kandidat yang bagus untuk mendampingi Anies. Usulan itu, jelas Kholid, layak untuk dibahas bersama-sama.
"Partai Demokrat usulkan AHY juga masuk akal, layak untuk kita bahas bersama sebagai aternatif," ujarnya.
"NasDem silakan siapa usulannya? Nanti kita simulasikan bareng-bareng," tambahnya.
Kholid menekankan pentingnya pembahasan secara rasional dan objektif. Dia berharap akan ada keputusan yang tepat terkait hal itu.
"Yang penting duduk bareng, buka pikiran, kita bahas secara rasional dan obyektif. Beridiri sama tinggi duduk sama rendah inshaallah ketemu jalannya," ucap Kholid.
Sebelumnya, mencuat nama AHY dan Aher sebagai figur yang digadang-gadang bakal mendampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024. Partai NasDem, parpol calon mitra koalisi Demokrat dan PKS, menilai munculnya dua nama itu wajar dan mekanismenya diserahkan ke masing-masing parpol.
"Apa yang hari ini mengemuka di publik tentang dua figur tersebut itu adalah hal yang sah, normal, wajar, karena itu menjadi mekanisme internal partai masing-masing," kata Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali kepada wartawan, Selasa (25/10).
Ali menekankan dalam membangun sebuah koalisi tidak hanya untuk menggabungkan beberapa parpol agar memenuhi syarat pencapresan atau presidential threshold sebesar 20%. Akan tetapi, koalisi dibentuk untuk menyamakan persepsi dan pandangan.
"Selalu saya bilang bahwa dalam membangun koalisi itu menjadi salah satu hal yang harus didiskusikan, jadi dalam koalisi itu tidak hanya menggabungkan partai untuk memenuhi syarat keterpenuhan pencapresan, tapi juga mempersamakan persepsi dan pandangan," jelas Ali.
Ali melanjutkan, saat ini ketiga parpol sedang fokus mematangkan format bakal poros koalisi. Menurunya, hingga kini belum ada kesepakatan koalisi antara NasDem, Demokrat, dan PKS.
"Kita kan sampai hari ini belum ada kesepakatan koalisi kan. Dengan belum ada kesepakatan koalisi artinya belum ada kesepakatan. Belum bisa kita bicarakan tentang hal-hal yang menyangkut di luar kesepakatan berkoalisi," ujarnya.
Ali kemudian menyinggung terkait kriteria calon wakil presiden (cawapres) yang sempat diungkap Anies. Ali menyebut cawapres Anies harus memberikan efek elektoral.
"Kalau kata Anies kriteria calon yang akan menjadi wakilnya adalah orang yang memberikan efek elektoral buat capres, Jadi kalau demikian, maka pemilih PKS, Demokrat dan NasDem itu menjadi satu kesatuan untuk memenangkan Pak Anies," ucapnya.
Ali juga menyatakan koalisi NasDem, Demokrat, dan PKS tidak akan terbentuk jika ada persyaratan kader partai harus menjadi cawapres Anies. Meski demikian, Ali menilai mencuatnya kedua nama itu merupakan hal yang sah dan wajar.
"Kan koalisi belum terbentuk. Nah kalau kemudian nanti menjadi persyaratan satu partai untuk berkoalisi harus kadernya menjadi wakil, maka kita pastikan koalisi itu tidak akan terjadi," jelas Ali.
"Kalau tiga partai berkoalisi, tiga-tiganya mengajukan calon wapres, terus bagaimana solusinya? Apa tiga-tiganya mau diambil? Kan nggak mungkin, hanya satu. Terus kalau hanya satu wapres, duanya dapat apa? Kan begitu kan, maka bisa jadi terjadi transaksionalis itu, tapi untuk sebagai wacana saya pikir sah-sah saja," sambungnya.
Lebih lanjut, Ali menilai tidak akan terjadi kesepakatan jika kedua partai itu mengajukan syarat kadernya harus menjadi cawapres mendampingi Anies.
"Artinya begini, kalau dua-duanya bertahan harus jadi cawapres kan pada akhirnya nggak mungkin terjadi kesepakatan kan," imbuhnya.
Simak video 'Elite NasDem Menilai Jokowi Presiden yang Agak Antik':