"Nggak ada panas-panas. Proses politik kan berjalan dengan dinamis itulah seninya berpolitik," kata Plate di Kantor NasDem, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (17/10/2022).
"Sekali lagi tadi saya sampaikan, 'genderang telah ditabuhkan, layar telah terkembang'. NasDem siap mensukseskan pemilihan umum. Legislatif dan presiden. Memberikan warna tersendiri dengan target-targetnya, memenangkan pilpres dan meningkatkan jumlah keterpilihan di DPR RI," sambungnya.
Johnny mengatakan terkait koalisi merupakan kewajiban. Dia menyebut mengawal pemerintahan Jokowi-Ma'ruf merupakan suatu kewajiban.
"Itu bukan hak, tapi itu kewajiban. Koalisi mengawal pemerintahan Pak Jokowi dan Kyai Ma'ruf Amin bukan hak, tapi kewajiban mensukseskannya," tuturnya.
Sebelumnya, PDI Perjuangan (PDIP) merespons pernyataan Politikus NasDem Zulfan Lindan yang menilai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merupakan antitesis dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menilai kalimat itu dapat menimbulkan persoalan tata pemerintahan dan etika politik.
"Jujur saya sangat kaget dengan pernyataan Partai NasDem melalui Pak Zulfan Lindan bahwa Pak Anies merupakan antitesa Pak Jokowi. Ini menimbulkan persoalan tata pemerintahan dan etika politik yang sangat serius," kata Hasto kepada wartawan, Rabu (12/10).
Menurut Hasto, pernyataan Zulfan merupakan penegasan sikap partai NasDem. Dengan mencalonkan Anis, kata Hasto, NasDem juga menjadi antitesis.
"Antitesa artinya merupakan kondisi yang samasekali berbeda, yang berlawanan 180 derajat dengan kondisi status quo. Antitesa artinya vis a vis, diametral. Jadi secara sadar NasDem melalui pernyataan Pak Zulfan Lindan menegaskan hal tersebut," kata Hasto.
"Dengan demikian dalam cara berpikir, kebijakan dan skala prioritas NasDem dengan mencalonkan Pak Anies juga menjadi antitesis," sambungnya.
Hal itu bermula, saat Zulfan Lindan berbicara soal penetapan Anies Baswedan sebagai bakal capres usungan NasDem di Pilpres 2024. Zulfan mengungkapkan partainya sudah melakukan kajian dengan pendekatan filsafat dialektika sebelum menetapkan Anies Baswedan sebagai bakal capres.
NasDem menilai Anies merupakan antitesis dari Presiden Jokowi sehingga cocok diusung sebagai bakal capres.
"Saya mau masuk alasan kenapa dipercepat (pengumuman Anies sebagai bakal capres), ini kan harus jelas dulu latar belakang. Jadi begini, ini sudah kita kaji dengan pendekatan filsafat dialektika, ini dengan pendekatan pendekatan filsafatnya Hegel," kata Zulfan, Selasa (11/10).
Zulfan menyampaikan hal itu dalam program Adu Perspektif bertema 'Adu Balap Deklarasi, Adu Cepat Koalisi' yang disiarkan detikcom dengan kolaborasi bersama Total Politik. Dia mengatakan ada perbedaan jelas antara Jokowi dan Anies.
"Pertama apa, Jokowi ini kita lihat sebagai tesa, tesis, berpikir dan kerja, tesisnya kan begitu Jokowi. Lalu kita mencari antitesa, antitesannya apa? Dari antitesa Jokowi ini yang cocok itu, Anies," kata Zulfan. (maa/maa)