Anies Dinilai Mantap Menatap Istana
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai pidato Anies itu setidaknya dapat dipersepsikan dua hal. Adi mengatakan pidato itu menjadi penegasan Anies siap berlaga di 2024.
"Persisnya hanya Anies dan Tuhan saja yang tahu makna pidatonya itu. Tapi yang jelas publik menangkapnya dua hal penting," kata Adi saat dihubungi, Minggu (16/10).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama, ini sebagai penegasan Anies siap maju di Pilpres 2024 yang begitu dinamis," imbuh dia.
Adi menyinggung lagu 'Maju Tak Gentar' yang dinyanyikan Anies di awal pidatonya. Adi menyoroti pengulangan lirik 'majulah majulah menang' oleh Anies yang dinilai hendak menyemangati pendukungnya untuk terus berkonsolidasi.
"Penggalan kalimat 'majulah-majulah menang' menyemangati pendukungnya untuk terus konsolidasi," ujarnya.
Selain itu, Adi menilai lagu itu dinyanyikan untuk menebalkan tekadnya. Sebab, kata dia, Anies kerang diserang dan di-bully.
"Kedua, kutipan kalimat 'maju tak gentar' juga menebalkan tekad Anies maju tanding pilpres meski Anies kerap diserang, di-bully, dikaitkan dengan kasus Formula E, dan terkesan dikucilkan karena sosoknya yang mewakili oposisi. Intinya, Anies ingin semangati diri dan pendukungnya maju pilpres," kata Adi.
Selain itu, Adi juga menyoroti kalimat Anies yang memohon izin berpidato menghadap utara. Dalam konteks ini, Adi menyebut utara yang dimaksud Anies yakni menatap Istana.
"Utara itu simbol kemajuan dan kemakmuran biasanya. Tapi kalau baca konteks Anies ngajak hadap utara dalam perpisahan itu ngajak untuk menghadap Istana. Itu jelas kode keras Anies setelah gubernur ingin menapaki jalan menuju Istana," katanya.
Adi menyebut kata-kata yang disampaikan Anies di hari perpisahan sebagai gubernur DKI Jakarta penuh makna politis. Pidato itu juga dianggap bernuansa pilpres.
"Jadi, setiap pernyataan Anies hari ini semuanya bernuansa pilpres dan menuju Istana," ujar dia.
Simak selengkapnya pada halaman berikut.