PDIP Nilai AHY Halu
Kemudian, sorotan juga datang dari PDIP. Ketua DPP PDIP Said Abdullah menyayangkan AHY mengumbar pernyataan yang disebutnya tanpa melihat data.
"Merespons pernyataan ketua umum Partai Demokrat yang membandingkan era Presiden SBY dan era Presiden Jokowi atau saat ini sungguh memilukan karena pernyataan tersebut diumbar tanpa data dan fakta," kata Said saat dihubungi, Rabu (12/10).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Said mengatakan setiap pemerintahan pasti memiliki tantangannya masing-masing. Namun dia menyebut pembangunan yang dilakukan antara era pemerintahan pasti berkelanjutan.
"Secara pasti kita katakan bahwa pembangunan adalah proses yang berkelanjutan, setiap pemerintahan memiliki tantangan dan kemampuannya masing-masing," ujarnya.
Said lalu membeberkan sejumlah data-data dan membandingkan era SBY dengan Jokowi. Seluruh data yang disampaikan Said bertolak belakang dengan pernyataan AHY yang menyebut rakyat lebih baik di zaman SBY.
Atas data-data itu juga, Said menyebut AHY halu menyebut rakyat hidup lebih baik di era SBY. Dia menyarankan agar AHY tidak mengumbar pernyataan hanya demi mendapat tepuk tangan.
"Saya sarankan sebagai anak muda, apalagi dengan latar pendidikan yang cukup baik, kenapa suka berpikir halu, berbicara tanpa data. Kalau hanya ingin mendapatkan tepuk tangan di depan kadernya ya silakan saja, tetapi akan menepuk air diulang kena muka sendiri bila bicaranya meracau tanpa data," ujar Said.
"Kasihan kader Demokrat kalau diberikan contoh kepemimpinan halu, alias mengumbar khayalan," imbuh Ketua Badan Anggaran DPR itu.
PAN Singgung Post Power Syndrome
Kemudian, Waketum PAN Viva Yoga Mauladi juga turut merespons pernyataan AHY. Dia menilai AHY tidak bijak membandingkan pemerintahan masa lalu dengan sekarang.
"Menurut saya, rasanya tidak elok dan tidak bijak jika ada pernyataan dari pimpinan partai politik yang setelah tidak berkuasa untuk membanding-bandingkan pemerintahan sekarang dengan dirinya dulu," kata Wakil Ketua Umum (Waketum) PAN Viva Yoga Mauladi kepada wartawan, Rabu (12/10).
Viva melihat setiap pemimpin negara memiliki tantangan dan masalah yang berbeda-beda. Selain itu, setiap pemimpin negara juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda.
"Mengapa saya katakan tidak elok dan tidak bijak? Hal ini karena setiap pemimpin negara atau presiden lahir dan hadir dalam waktu tertentu, dengan tantangan masalah tertentu, dengan segala kelemahan dan kelebihan tertentu," kata Viva.
Viva mempertanyakan tujuan AHY membanding-bandingkan pemerintahan masa lalu dengan masa sekarang. Dia kemudian menyinggung dampak post power syndrome atau sindrom pascakekuasaan atas statement tersebut.
"Masyarakat tentu akan bertanya-tanya, apa tujuan membanding-bandingkan seperti itu. Apakah untuk tujuan meningkatkan elektoral partainya agar mendapat simpati rakyat, atau untuk mendiskreditkan pemerintahan Presiden Jokowi, atau terkena dampak post power syndrom?" ujar Viva.
Lebih lanjut, Viva mengajak kepada seluruh pihak untuk mencari solusi jika masih ada kekurangan dari pemerintah saat ini. Menurutnya, etika pergaulan politik sangat penting untuk dijaga.
"Dengan demikian, jika masih ada kekurangan dari pemerintah sekarang, mari mencari solusi dengan menawarkan ide dan gagasan yang kontektual, konstruktif, dan bersama-sama untuk merumuskan kebijakan negara yang dapat dijalankan secara operasional," kata Viva.
"Ide dan gagasan dalam berpolitik sangat penting untuk kesehatan demokrasi, agar kedaulatan rakyat dapat dilaksanakan dengan baik melalui pemilu yang berkualitas dan berintegritas. Saling menjaga etika pergaulan politik," imbuhnya.
(maa/maa)