Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menuding pernyataan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menduga akan adanya kecurangan dan ketidakadilan di Pemilu 2024 diarahkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Demokrat menganggap pernyataan Hasto berlebihan.
"Jawaban saya terlalu berlebihan lah ya PDIP, terutama juga Hasto yang terlalu berlebihan menanggapi statement dari Pak SBY kemarin," kata Ketua Bappilu Demokrat Andi Arief saat dihubungi, Kamis (22/9/2022).
Andi menilai SBY bukan orang baru di ranah politik. Menurut Andi, ihwal yang disampaikan oleh SBY tak sekadar sebuah peringatan untuk PDIP, melainkan mengandung sarat kepentingan demi keberlangsungan demokrasi di Tanah Air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pak SBY ini bukan orang baru di politik, dia punya segudang pengalaman. Tentunya selalu berupaya agar menjaga kualitas demokrasi Indonesia ini tidak tergerus. Jadi itu sebetulnya warning buat kita semua, bukan hanya PDIP. Jadi tidak benar kalau itu menyasar kepada PDIP tetapi menyasar kepada seluruh upaya yang ingin mematikan demokrasi," ucapnya.
Baca juga: PDIP: Jokowi Jadi Sasaran SBY |
Andi mengatakan bahwa proses pemilu tak hanya saat pelaksanaan pemungutan suara, melainkan juga ada sejumlah tahapan sebelumnya. Andi tak mempersoalkan apabila munculnya dua paslon di pemilu nanti terjadi secara alamiah.
Namun, yang menjadi problem yakni ketika kemunculan dua paslon itu merupakan hasil rekayasa politik. Dia kemudian menyinggung bahwa Hasto pernah menyampaikan bahwa pemilu nanti diikuti oleh dua paslon.
"Begini ya, pemilu itu kan ada dua. Pertama, hari H-nya, atau ibarat perkawinan itu resepsinya. Kedua, proses persiapannya. Proses persiapannya itu harus bagus, sesuai dengan demokrasi. Jadi kalau memang dua calon terjadi secara alamiah, misalnya tidak ada orang yang berani mencalonkan diri, itu kan proses demokrasi. Tapi kalau sudah ada upaya-upaya tertentu untuk mengatur sehingga hanya menginginkan 2 pasang saja dan 2 pasang itu yang bilang PDIP loh, melalui Pak Hasto," ujarnya.
"Tentunya kita sangat heran dan bertanya kenapa sampai keluar statement pernyataan itu. Nah jadi Pak SBY inikan pergaulan politiknya luas, informasi juga bukan seperti informasi sembarangan ya. Jadi ada informasi yang belum bisa kita kemukakan kepada publik bahwa memang ada upaya atau rekayasa seperti itu," tambahnya.
Lebih lanjut, Andi menyebut pihaknya mendapat banyak aduan dari pimpinan parpol, figur capres potensial, dan kalangan masyarakat yang memiliki keluhan serupa dengan yang disampaikan oleh SBY. Menurutnya, sudah menjadi rahasia umum dalam penyelenggaraan pemilu ada mobilisasi aparatur negara, intelijen, dan aparat penegak hukum yang terlibat.
"Kalau hari pemilu itu sulit untuk melakukan kecurangan di hari-H, di hari resepsinya. Pada sebelumnya itu mungkin saja terjadi, ada mobilisasi aparatur negara, penggunaan aparat kekerasan, penggunaan aparat intelijen, penggunaan aparat hukum, itukan bukan rahasia umum," katanya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:
Simak Video: PDIP: Presiden Jokowi Jadi Sasaran SBY
Andi mengklaim sudah mendengar soal rencana pengaturan dua paslon itu beserta dengan skema-skemanya. Dengan demikian, Andi meminta PDIP agar tak 'baper' soal pernyataan SBY.
"Kami sudah mendengar ya rencana dua pasang itu dengan skemanya. Bahkan, dan akan banyak menimpa bukan hanya jadi capres tapi pimpinan parpolnya dan tokoh lainnya, saya kira itu, sehingga polemik ini jangan terlalu diambil hati. PDI nggak boleh terlalu baper ya soal ini," imbuhnya.
PDIP Anggap Jokowi Jadi Sasaran SBY
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kembali bicara soal Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menduga kecurangan dan tidak adilnya jelang Pemilu 2024 dan Pilpres 2024. Hasto menilai pernyataan SBY itu menyasar ke Presiden Jokowi.
"Karena Pak Presiden Jokowi-lah yang menjadi sasaran dari Pak SBY," kata Hasto di Sekolah PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (22/9). Hasto menjawab pertanyaan mengapa PDIP berkomentar soal kecurangan pemilu.
Pernyataan SBY soal dugaan kecurangan dan tidak adilnya pemilu membuat PDIP merespons. Sebab, menurut Hasto, SBY menyasar Jokowi.
"Sehingga ketika Pak SBY menyampaikan saya melihat, saya mendengar, dan kemudian bertanya dalam forum terpenting itu wakil bukan mencederai rakyat, bukan jahat, bukan itu kan suatu pernyataan yang harus kami respons," ujarnya.
'Menyenggol' Jokowi membuat PDIP memberikan sejumlah temuan hasil penelitian dari luar negeri. PDIP justru heran mengapa perolehan suara Demokrat meningkat pada pemilu-pemilu sebelumnya.
"Sehingga kami memberikan berbagai bukti-bukti yang seharusnya itu juga dijawab dengan fakta-fakta sebagaimana tulisan dari Marcus Mietzner tersebut, ya memang badan riset kami juga melakukan satu riset bahkan saat itu saya di Australia selama satu bulan dan untuk menjadi jawaban mengapa hanya partai yang bisa naik 300% di tengah era multipartai yang sangat kompleks. Bandingkan dengan kenaikan dari partai-partai yang lain dan zaman Orde Baru aja tidak ada yang langsung naik 300%," imbuhnya.
(fca/fas)