Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Desmond J Mahesa mengkritik cara berpolitik Partai Demokrat yang melempar isu adanya invisible hand mencoba menghalangi Anies Baswedan maju capres di 2024. Desmond menilai Partai Demokrat memang berpolitik dengan memfitnah agar mendapatkan keuntungan pribadi.
Desmond awalnya menuding isu invisible hand ini memang sengaja didengungkan oleh Demokrat demi keuntungan Demokrat. Dia menyebut Demokrat tidak bisa hanya menjual Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menang di 2024.
"Iya pertanyaannya ini kan bicara untung rugi PD kan, kalau melihat dari statemen itu sih itu cara berpolitik Demokrat, kenapa cara berpolitik Demokrat? Pertama bahwa partai ini tidak cukup jual SBY dan AHY untuk bisa leading di 2024, mengharapkan Anies bisa bagian dari mereka agar partai ini kembali baik," kata Desmond saat dihubungi, Sabtu (17/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Desmond menilai Demokrat memang sengaja berpolitik dengan menjual nama Anies Baswedan lewat isu invisible hand. Pasalnya, kata dia, tidak ada ikon yang signifikan di Demokrat untuk memimpin di 2024.
"Tanpa ada pendukung lain atau tanpa ada kerja sama dengan Anies di 2024 pun tidak ada ikon cukup signifikan bagi Partai Demokrat untuk menang Pemilu. Atau untuk ikut pesta demokrasi di 2024, saya pikir ini cara politik yang biasa-biasa saja. Karena ya lugas-lugas saja menurut saya, kecuali ada hal-hal yang lain gitu," ucap Desmond.
Lebih lanjut, Desmond lantas mengungkit cara yang sama pernah dilakukan Demokrat pada kontestasi Pilpres 2009 di mana SBY maju sebagai salah satu capres melawan Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Dia menyebut saat itu SBY sempat melempar fitnah Prabowo seperti drakula.
"Misalnya dulu zaman SBY bertarung Pemilu dengan Pak Prabowo dengan Megawati waktu itu, dibilang drakula, seolah menempatkan, sudah menang masih memfitnah Pak Prabowo drakula waktu itu," ujarnya.
"Jadi cara cara berpolitik lempar sesuatu untuk keuntungan sesuatu ini cara berpolitik Partai Demokrat kalau saya lihat karakternya," imbuhnya.
Simak persoalan drakula di halaman berikutnya.
Saksikan Video 'Demokrat Duga Ada Invisible Hand Mau Jegal Anies Baswedan Maju Pilpres':
Wakil Ketua Komisi III DPR ini menegaskan SBY kala itu menggambarkan Prabowo sebagai sosok yang jahat seperti drakula. Dia mengaku tidak pernah lupa dengan fitnah yang disampaikan SBY kala itu.
"Saya mencatat dengan baik apa yang dilakukan saat Pak Prabowo kalah dengan SBY, sudah menang masih tega-teganya membilang, dalam arti, ada statement seolah-olah dalam kondisi yang mencekam ada drakula, itu diumumkan oleh SBY pada saat menang Pemilu. Jadi seolah-olah Pak Prabowo penjahat banget di mata SBY di saat waktu itu, itu yang membuat saya sebagai kader Pak Prabowo, kader Gerindra sampai sekarang mencatat bahwa ya cara berpolitik sudah menang aja masih suka fitnah gitu loh," tegasnya.
"Semoga Pak SBY sadar itu, semoga Pak SBY sadar statement-statement politik yang cenderung melempar sesuatu yang menakutkan orang untuk keuntungan diri sendiri ini cara-cara berpolitik, makanya saya bilang, ini cara-cara berpolitik Demokrat, melempar sesuatu untuk keuntungan sendiri kan," lanjut dia.
Dia pun mempersilakan Demokrat menyampaikan fitnah apapun. Menurutnya, hal itu akan tercatat dalam sejarah.
"Saya kira lemparan-lemparan pada pra-Pemilu seperti ini ya kita tonton aja, karena semua akan tercatat pada sejarah baik dan sejarah buruk," imbuhnya.
Invisible Hand Coba Jegal Anies
Untuk diketahui, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Benny K Harman mengungkap adanya isu upaya penjegalan terhadap Anies Baswedan untuk maju di Pilpres 2024. Benny menyebut upaya itu dilakukan invisible hand.
"Jadi ada invisible power, invisible hand ingin menjegal. Siapa invisible power itu? Ya teman-temanlah itu," kata Benny Harman kepada wartawan di lokasi Rapimnas Demokrat, JCC, Jakarta Pusat, Jumat (16/9).
Benny menyebut gangguan terhadap Anies bisa datang dalam berbagai bentuk, termasuk lewat kasus hukum. Namun, dia menyebut invisible hand ini akan menghalangi Anies maju di 2024.
"Iya (cara menjegal) bisa macam-macam kan, iya pasti targetnya begitu (agar tidak maju Pilpres 2024), pasti," ucap Benny. Benny menanggapi pertanyaan soal kemungkinan Anies dijegal ikut Pilpres 2024 dengan kasus hukum.
Anggota Komisi III DPR ini menyampaikan isu ini senada dengan apa yang disampaikan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terkait jangan ada pihak yang mengganggu tujuan Partai Demokrat. Dia menyebut ada invisible hand yang mencoba menghambat munculnya koalisi baru di 2024 yang mengusung sosok di luar yang dikehendaki pemerintah.
"Iya tadi itu ada invisible power yang mengganggu yang tidak ingin ada koalisi di luar yang dikehendaki penguasa. Gitu kan, sudah jelas ada kan," jelas dia.
"Makanya kita sampaikan sinyal itu, pemerintah penguasa janganlah menyalahgunakan kekuasaan ya kan untuk menghambat munculnya koalisi baru," lanjutnya.
(maa/hri)