Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan siap menjadi calon Presiden (Capres) 2024 dan meminta dirinya dinilai dari rekam jejak saat menjabat Gubernur DKI selama 5 tahun. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai Anies sedang menyindir Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Adi awalnya bicara soal pernyataan Anies bisa punya banyak makna. Namun, dia mengungkit ciri khas Anies yang disebutnya sering terlihat menyindir Jokowi.
"Pertama, pernyataan Anies bermakna banyak. Yang selalu menjadi ciri khas Anies selalu terlihat nyindir Jokowi dan ingin berbeda dari kebanyakan persepsi orang," kata Adi kepada wartawan, Jumat (16/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adi menilai Anies sedang menyampaikan bahwa pemimpin yang menjabat sampai selesai saja yang layak dinilai. Sementara, pemimpin yang tidak tuntas menyelesaikan masa jabatannya tidak layak dinilai.
"Ketika Anies menyatakan siap maju sambil minta dinilai kinerjanya 5 tahun secara terbuka Anies menegaskan hanya pempimpin yang genap 5 tahun yang layak dinilai. Sementara pemimpin yang cuma sepenggal, alias tak sampai selesai 5 tahun, tak layak dinilai," ujar Adi
Menurutnya, pernyataan Anies telah menyindir Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang tidak menjabat selama 5 tahun saat menjadi Gubernur DKI. Kinerja selama memimpin Jakarta, kata Adi, pernah dipakai Jokowi sebagai modal untuk berlaga di Pilpres.
"Jelas itu nyindir Jokowi dan Ahok. Meski tak genap 5 tahun, dulu Jokowi jualan kinerjanya di Jakarta buat modal maju Pilpres," jelas Adi.
Adi mengatakan Anies ingin melawan opini publik soal sosok capres harus rajin blusukan atau berpenampilan sederhana. Dia ingin orang-orang melihat calon Presiden karena faktor rasional seperti kinerja di posisi yang pernah dijabat.
"Kedua, ketika minta dinilai kinerjanya selama jadi Gubernur, Anies melawan opini publik yang mayoritas melihat calon 2024 itu karena faktor psikologis seperti merakyat, rajin blusukan, terlihat sederhana dan lainnya. Jarang yang melihat capres 2024 karena faktor rasional seperti kinerja," ujarnya.
Tapi, dia menilai pernyataan Anies itu bisa saja jadi blunder. Dia mengatakan kinerja Anies di DKI juga tak terlalu mentereng.
"Ketiga, pernyataan Anies soal kinerja bisa jadi blunder. Satu sisi kinerja Anies di Jakarta tak terlampau mentereng. Sisi lainnya orang melihat calon 2024 bukan karena kinerja, tapi karena faktor lain seperti sederhana, turun ke bawah dan seterusnya," ujarnya.
Adi mengatakan Anies harus melakukan sejumlah strategi agar kinerja yang dinilai sebagai modal untuk maju di Pilpres 2024 berhasil. Menurutnya, publik saat ini tidak lagi melihat dari kinerja salah satu figur.
"Kalau Anies ingin dilihat kinerjanya sebagai modal maju 2024 itu sah strategi. Orang tak melihat kinerja, yang dilihat faktor lain seperti blusukan, suka bagi-bagi, dan lain-lain," ucapnya.
Lihat juga video 'Anies Siap Nyapres, NasDem: 'Jangan Malu-malu Kucing'':
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan dirinya siap menjadi Capres 2024. Anies pun meminta dirinya dinilai dari rekam jejak selama menjabat Gubernur DKI.
Hal itu disampaikan Anies saat diwawancara di Singapura oleh Reuters. Ucapan Anies tersebut dimuat dalam artikel Reuters berjudul 'Popular governor of Indonesian capital 'prepared' to run for president'.
Anies awalnya bicara soal asumsi orang-orang terhadap apa yang akan dikerjakannya saat menjabat Gubernur DKI Jakarta. Kini, setelah 5 tahun menjabat, Anies meminta agar dirinya dinilai dari kenyataan dan rekam jejak.
"Dulu, orang berasumsi tentang saya dan apa yang saya perjuangkan dan apa yang akan saya lakukan di kantor. Sekarang, saya telah menjabat selama 5 tahun, jadi nilailah saya berdasarkan kenyataan dan rekam jejak," kata Anies seperti dilansir Reuters, Jumat (16/9).
Dalam artikel itu, Reuters turut mengulas soal posisi Anies sebagai gubernur satu kota terbesar di Asia Tenggara yang sering dianggap sebagai batu loncatan menuju kursi kepresidenan dengan memberi contoh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang merupakan Gubernur DKI dua tahun sebelum menang Pilpres 2014.
Kritik atas kemenangan Anies pada 2017 diraih saat ada kelompok-kelompok Islam melakukan agitasi selama berbulan-bulan terhadap Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok karena kasus penodaan agama. Anies saat itu dianggap tidak berbuat banyak untuk memperbaiki polarisasi yang terjadi. Namun, Anies menyatakan kebijakannya sebagai Gubernur DKI Jakarta telah 'mempersatukan rakyat Jakarta'.
Anies mengatakan dirinya siap menjadi capres jika ada partai yang mengusungnya. Anies juga menyinggung soal elektabilitas dari hasil survei yang disebutnya tidak diminta.
"Saya siap mencalonkan diri sebagai presiden jika sebuah partai mencalonkan saya," ujar Anies.
"Survei yang tidak diminta ini terjadi bahkan sebelum saya berkampanye, saya pikir mereka memberi saya lebih banyak kredibilitas," sambung Anies.
(haf/dhn)