Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani menegaskan isu 'penjegalan Anies' untuk maju sebagai capres 2024 bukan karena sekadar hendak menduetkan Gubernur DKI Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Isu soal 'penjegalan Anies' yang dilontarkan oleh Ketua Bappilu Demokrat Andi Arief ini disebut punya argumentasi yang kuat.
"Pernyataan Bang Andi Arief terkait indikasi penjegalan Mas Anies tak turun dari ruang hampa atau ujug-ujug, tentu ada argumentasi yang kuat sebagai justifikasinya," kata Kamhar saat dihubungi, Selasa (30/8/2022).
Kamhar lalu menyinggung soal Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap melakukan manuver dan konsolidasi para simpatisannya menuju Pilpres 2024. Kamhar menilai arah politik relawan Jokowi itu tak mengarah pada dukungan ke Anies. Kamhar menilai Anies justru malah dianggap sebagai ganjalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di mana terlihat secara kasat mata Pak Jokowi terus melakukan manuver dan konsolidasi relawan yang sangat kental muatan politiknya. Bahkan kelompok relawan ini terkadang dalam manuvernya merasa sama dan bahkan melampaui parpol," kata dia.
"Jelas juga terbaca jika arah politik relawan menjalankan dua skenario, yang pertama skenario pelanggengan dan yang kedua skenario menyiapkan pengganti jika skenario pertamanya gagal dan mendapat penolakan yang kuat dari rakyat. Dan untuk skenario kedua ini jelas terbaca publik bukan mengarah ke Mas Anies, malah sebaliknya Mas Anies-lah yang dianggap sebagai ganjalan," lanjutnya.
Kamhar tak sepakat dengan analisis yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno. Diketahui, Adi menyebut isu 'penjegalan Anies' ini dihembuskan Demokrat karena khawatir gagal menyandingkan Anies dan AHY di 2024.
"Adi Prayitno juga keliru jika memandang pernyataan Bang Andi Arief terkait penjegalan terhadap Mas Anies dianggap berlebihan dan hanya membungkus kepentingan Partai Demokrat untuk menyandingkan Anies-AHY saja dengan argumentasi jika elektabilitas Mas Anies tertinggi, maka akan jadi rebutan partai-partai," katanya.
Kamhar menilai Adi keliru apabila menilai dinamika politik yang berkaitan dengan penguasa rezim saat ini hanya dipicu oleh tingkat elektabilitas suatu tokoh. Kamhar menekankan pihaknya menyoroti gelagat penguasa yang dianggapnya punya skenario tersendiri menjelanga perhelatan pilpres.
"Jadi keliru jika menilai dinamika politik pilpres, utamanya relasi dengan penguasa saat ini hanya melihat variabel elektabilitas. Terang-benderang terbaca penguasa punya skenario tersendiri terkait kekuasaan," kata dia.
Simak selengkapnya soal keresahan Demokrat di halaman berikutnya.
Saksikan Video 'PAN soal Isu Anies Dijegal di 2024: Tak Ada Jegal untuk Calon Populer':
Menurut Kamhar, pernyataan Andi Arief menghendaki Jokowi bersikap sebagai negarawan menuju tahun politik 2024. Kamhar lalu membandingkannya dengan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Hemat saya, ini yang menjadi substansi kritik Bang Andi Arief, agar Pak Jokowi bersikap dan berdiri sebagai negarawan. Belajarlah dari Pak SBY yang di akhir periode keduanya berdiri sebagai negarawan mengawal proses demokrasi kontestasi pilpres yang terselenggara secara luber dan jurdil, bukan mengintervensi atau mempersiapkan jagoannya," katanya.
Demokrat Dinilai Resah
Sebelumnya diberitakan, Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief melempar isu soal adanya upaya menjegal Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan maju sebagai calon presiden di 2024 mendatang. Isu tersebut dinilai dilemparkan Demokrat karena resah Ketum Partai Demokrat AHY tak dapat tandem di pilpres.
"Terlampau hiperbolis jika Anies dijegal maju pilpres. Partai itu realistis. Kalkulasinya untung rugi. Kalau Anies memang potensial menang, saya kira semua partai berbondong-bondong rebutan melamar Anies. Di mana ada gula di situ banyak semut," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno kepada wartawan, Senin (29/8).
Adi menilai Anies saat ini mengalami masalah elektabilitas. Dia menyebut elektabilitas Anies masih di bawah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam beberapa survei.
"Problemnya, elektabilitas Anies masih kalah jauh dari Ganjar dan Prabowo. Wajar kalau yang melirik Anies tak banyak. Bahkan NasDem pun belum tentu usung Anies. Karena Anies harus bersaing dengan Ganjar dan Andika. Secara umum pemilih NasDem itu cenderung ke Ganjar, bukan Anies," ujarnya.
Adi kemudian menyebut Demokrat khawatir jika Anies 'dijegal' bakal membuat AHY gagal berpasangan dengan Anies di Pilpres 2024. Dia mengatakan Anies adalah satu-satunya figur bakal capres yang dicocok-cocokkan dengan AHY.
"Pernyataan elite Demokrat itu mesti dipahami dalam konteks kekhawatiran AHY tak bakal dapat tandem maju pilpres kalau Anies gagal maju. Sebab, satu-satunya figur yang selalu dicocok-cocokkan dengan AHY hanyalah Anies," ucap Adi.
"Figur lain secara politik kualitatif dan kuantitatif tak ada cocok dan tak ada yang mau disanding dengan AHY. Ganjar, Prabowo, Sandi, RK (Ridwan Kamil), Puan, Erick Thohir, dan Airlangga pun terlihat tak minat disandingkan dengan AHY," sambung dosen UIN Jakarta itu.
(fca/maa)