INVESTIGASI

Rusia, Amerika, dan Namru-2 di Indonesia

Rusia menuding Amerika Serikat telah melakukan penelitian biologis secara ilegal di Indonesia. Tuduhan itu diduga merujuk pada laboratorium Tentara Angkatan Laut AS, Namru-2.

Ilustrasi : Edi Wahyono

Senin, 11 April 2022

Di hadapan media dan sejumlah pejabat Rusia, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov membeberkan data terkait aktivitas mencurigakan Amerika Serikat di Ukraina. Dalam pertemuan itu, Konashenkov menuding Amerika telah mendanai Ukraina untuk melakukan penelitian senjata biologis. Pendanaannya langsung disalurkan oleh Pentagon alias markas besar Departemen Pertahanan Amerika Serikat.

“Tujuan penelitian biologis yang didanai Pentagon di Ukraina adalah untuk membangun mekanisme penyebaran diam-diam dari patogen-patogen mematikan,” beber Konashenkov di Moskow, Rusia, dinukil kantor berita AFP, Kamis, 10 Maret 2022. Patogen merupakan mikroorganisme parasit yang dapat menimbulkan penyakit.

Selang dua pekan kemudian, pada Kamis, 24 Maret 2022, Kepala Pasukan Perlindungan Radiasi, Kimia, dan Biologi Rusia Igor Kirillov menyampaikan pernyataan senada. Namun, kali ini, negara yang disebut Kirillov adalah Indonesia. Rusia mencurigai Tentara Angkatan Laut Amerika Serikat telah melakukan penelitian biologis yang mencurigakan di Indonesia. Penelitian itu, kata Kirillov, dilakukan hingga 2010.

Seorang pria berjalan di samping logo Namru-2, Rabu (18/6/2008).
Foto : ANTARA/Andika Wahyu


Namru-2 itu membantu memberikan riset mengenai penyakit flu burung waktu itu, di mana peneliti kita masih sangat kurang.”

Pemerintah Indonesia, kata Kirillov, telah menghentikan kegiatan penelitian itu karena Amerika Serikat telah melanggar kesepakatan kedua negara. Salah satu kesepakatan yang dilanggar adalah mengambil sampel biologis orang Indonesia secara diam-diam. Rusia menuding hasil dari penelitian biologis itu tidak pernah diinformasikan kepada pemerintah Indonesia.

“Bahan-bahan yang mereka terima digunakan untuk kepentingan Gilead, sebuah perusahaan farmasi yang berafiliasi dengan Pentagon, yang sedang menguji obat-obatannya termasuk di wilayah Ukraina dan Georgia,” tegas Kirillov.

Gilead Science Inc merupakan perusahaan farmasi yang berlokasi di Foster City, California. Dalam sejumlah pemberitaan media internasional, Gilead memang tercatat beberapa kali menjalin kerja sama dengan Pentagon. Salah satu kerja samanya adalah produksi massal obat flu burung alias virus H5N1 dan COVID-19.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menduga tudingan Rusia dialamatkan kepada laboratorium Angkatan Laut Amerika Serikat yang ditutup pemerintah pada Oktober 2009. Kerja sama itu terjalin sejak 1970 antara Angkatan Laut Amerika Serikat dan Kementerian Kesehatan pada era Menteri Kesehatan Gerrit Augustinus Siwabessy.

“Ini terkait kerja sama Namru-2 (Naval Medical Research Unit Two) kalau tidak salah,” kata Teuku kepada reporter detikX pekan lalu.

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menduga hal yang sama. Keterkaitan tudingan Rusia dengan Angkatan Laut dan pemerintah Amerika Serikat hanya merujuk pada satu nama, yakni Namru-2. Ini sebuah laboratorium penelitian biologis Angkatan Laut AS yang dulu berlokasi di kompleks Departemen Kesehatan, Jalan PercetakanNegara Nomor 29, Salemba Tengah, Jakarta Pusat.

“Nggak ada lainnya,” kata Supari saat dijumpai reporter detikX di kediamannya, kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa, 5 April 2022.

Supari menyebut keberadaan Namru-2 di Indonesia memang sempat menjadi polemik. Penjagaan ketat di laboratorium Namru-2 oleh Angkatan Laut AS pada era itu menyebabkan banyak mata menaruh curiga terhadap aktivitas yang mereka lakukan. Sampai-sampai, ketika itu, Supari sebagai Menteri Kesehatan pun tidak diperbolehkan masuk ke Namru-2. Padahal dia punya wewenang masuk lantaran lokasi Namru-2 berada di kompleks milik Kementerian Kesehatan.

Peristiwa itu mengingatkan Supari terhadap pesan empat dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang menyambanginya ketika dia baru saja menjabat Menteri Kesehatan pada 2004. Keempat dosen yang sudah berusia sepuh itu, kata Supari, memperingatkannya agar berhati-hati terhadap Namru-2. Supari diminta menyelidiki aktivitas yang dilakukan Namru-2 karena dicurigai memiliki agenda terselubung.

Demonstrasi Aliansi Pemuda Anti Imperialisme menolak keberadaan Namru-2 di Jakarta, Kamis (8/5/2008).
Foto : ANTARA/Fanny Octavianus

“Namru ini adalah kegiatan intelijen yang ter-cover dengan kegiatan penelitian,” kata Supari, menirukan pesan salah satu dosen FK UI yang mengunjunginya waktu itu.

Itu pula alasan mengapa, pada 2005, Supari mengeluarkan surat keputusan Menteri Kesehatan untuk menghentikan sementara pengiriman spesimen kepada Namru-2. Spesimen adalah sampel virus atau penyakit yang digunakan sebagai bahan penelitian. Melalui SK itu, Supari melarang universitas dan berbagai laboratorium di Indonesia menjalin kerja sama dengan Namru-2.

Kendati demikian, SK itu akhirnya dibatalkan atas permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Dino Patti Djalal, yang ketika itu menjabat juru bicara kepresidenan. Dino menyebut, saat itu Namru-2 sangat bermanfaat bagi Indonesia sehingga tidak ada alasan untuk menghentikan kerja sama dengan Namru-2.

“Namru-2 itu membantu memberikan riset mengenai penyakit flu burung waktu itu, di mana peneliti kita masih sangat kurang,” ucap Dino kepada reporter detikX melalui sambungan telepon pekan lalu.

Meski begitu, pembatalan SK itu sama sekali tidak menyurutkan kecurigaan Supari. Sebaliknya, keberhasilan Namru-2 mendiagnosis virus flu burung terhadap salah satu pasien di Indonesia justru semakin menambah kecurigaannya. Ketika itu, pada pertengahan 2005, Namru-2 berhasil mendiagnosis salah satu pasien pneumonia di Tanah Karo, Sumatera Barat, telah terjangkit flu burung.

Klaim diagnosis itu membuat Supari kaget. Sebab, kata dia, ketika itu belum pernah ditemukan satu pun pasien flu burung di Indonesia meski sebetulnya kasus flu burung di Indonesia ditemukan pada unggas sejak 2003. Tapi, buat Supari, itu adalah virus yang berbeda dengan yang ada pada manusia.

Menurut Supari, untuk bisa mendeteksi pasien flu burung, laboratorium harus terlebih dahulu memiliki primer dari virus itu sendiri. Primer adalah sampel rujukan untuk menyatakan sebuah virus memiliki kemiripan ciri dengan virus sebelumnya. Primer ini, kata Supari, tidak bisa didapatkan dari unggas maupun pasien dari negara lain.

“Beda flu burung Indonesia dengan flu burung (negara lain), itu beda,” ujar Supari.

Kecurigaan Supari kemudian semakin menjadi ketika ia mengetahui Namru-2 telah mengirimkan galur H5N1 salah satu pasien flu burung di Indonesia kepada Pusat Kolaborasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO CC). Virus yang dikirim ke WHO CC itu kabarnya juga dikirim ke laboratorium kimia milik Amerika Serikat, yakni Los Alamos National Laboratory. Los Alamos diketahui pernah membuat bom atom pada Perang Dunia II, yang digunakan tentara AS untuk meledakkan Hiroshima dan Nagasaki.


Direktur Eksekutif Global Future Institute Hendrajit juga mengaku sempat mendengar kabar tersebut. Hendrajit mencurigai pengiriman galur ke Los Alamos itu memiliki tujuan terselubung yang berbahaya bagi kedaulatan Indonesia. Salah satu yang dikhawatirkan Hendrajit adalah pembuatan senjata biologis oleh Amerika Serikat, mengingat latar belakang Los Alamos sebagai pembuat bom nuklir.

“Tapi, intinya dari kerja sama itu, supaya virus H5N1 menjadi aset buat mereka. Untuk bikin vaksin yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan farmasi sama biological weapon yang di Alamos itu,” jelas Hendrajit kepada reporter detikX pekan lalu.

Juru bicara Duta Besar Amerika Serikat di Indonesia, Michael Quinlan, membantah tudingan Rusia yang berujung pada spekulasi keberadaan Namru-2. Menurut Quinlan, tuduhan itu merupakan propaganda yang sengaja disebar Kremlin untuk membingungkan publik atas tindakan yang dilakukan mereka di Ukraina, Georgia, dan beberapa tempat lainnya di Eropa. Kremlin merujuk pada benteng pertahanan Rusia di Moskow. Nama Kremlin juga diartikan sebagai sebutan lain untuk pemerintah pusat Rusia.

Quinlan balik menuding Rusia telah memanfaatkan jaringan intelijennya, yaitu Sluzhba Vneshney Razvedki (SVR), untuk membuat berita bohong terkait Amerika Serikat. Tujuan dari kebohongan itu adalah untuk menebar perselisihan di antara negara-negara terkait.

“Disinformasi adalah cara yang cepat dan cukup murah untuk mengacaukan masyarakat dan menyiapkan panggung untuk potensi aksi militer,” pungkas Quinlan melalui surel kepada detikX pekan lalu.


Reporter: Fajar Yusuf Rasdianto, Syailendra Hafiz Wiratama
Penulis: Fajar Yusuf Rasdianto
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban

***Komentar***
[Widget:Baca Juga]
SHARE