"Bapak Gubernur sempat terpetik ide, bagaimana kalau kita mulai gerakan membaca Alquran dan mematikan televisi, antara jam 18.00-20.00. Cocok? Setuju?" tutur Sandi, di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (23/12/2017) malam.
"Setuju!" jawab hadirin di acara penutupan sekaligus penyerahan hadiah Lomba MTQ itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan yang berbeda, Sandi membenarkan gagasan tersebut pernah dilontarkan Anies. Namun Sandi menegaskan, gagasan yang betujuan untuk mendorong terbitnya kecintaan kepada Alquran itu hanya berupa imbauan.
"Kita hanya bisa mengimbau alagkah baiknya kalau anak-anak bisa belajar alquran mulai dari maghrib sampai Isya. Itu akan membagun kecintaan terhadap Alquran dan nilai-nilai luhurnya bukan hanya dibaca, tapi dimengerti dan diamalkan di dalam keseharian mereka," tutur Sandi.
"Sehingga peredaran narkoba, kriminalitas terutama terhadap perempuan dan anak yang sangat bertentangan degan nilai-nilai luhur dalam Alquran itu bisa kita perangi, kita bisa waspadai maraknya yang ada di masyarakat sekarang," jelasnya.
Foto: Marlinda Oktavia Erwanti/detikcom |
"Saya pengen Sulaiman, anak saya yang usia enam ini juga mulai paling nggak seminggu sekali antara jam 6-jam 8 dia nggak boleh pegang iPad, nggak boleh pegang HP, nggak boleh nonton TV, dan mulai mengaji, dan mengerti apa yang dia baca," ungkap Sandi.
Saat ditanya apakah imbauan tersebut rencananya akan dituangkan dalam surat edaran atau instruksi gubernur, Sandi mengaku hal itu tak diperlukan. Menurut Sandi, gerakan masyarakat sebagai contoh akan lebih efektif.
"Di lini-lini akar rumput kalau ada gerakan dengan memberikan contoh yang baik itu akan jauh lebih efektif daripada surat edaran," ujarnya. (rna/rna)












































Foto: Marlinda Oktavia Erwanti/detikcom