Seperti dilansir AFP, Jumat (17/6/2016), wanita berusia 41 tahun ini tewas ditembak seorang pria bernama Thomas Mair di wilayah Birstall, West Yorkshire pada Kamis (16/6). Dia meninggalkan seorang suami dan dua anak yang masih kecil.
Cox terpilih sebagai anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh, mewakili konstituennya di Batley dan Spen, West Yorkshire. Dia dibesarkan di Batley, kota tekstil dengan populasi muslim dari Asia Selatan cukup besar. Oleh karena itu, dia memiliki kedekatan khusus dengan imigran dan pengungsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perdana Menteri Inggris, David Cameron dari Partai Konservatif, melontarkan pujian untuk Cox. "Bintang yang terang, tidak diragukan," sebutnya. Pada akun Twitternya, Cox menyebut dirinya sebagai: "Mum. Proud Yorkshire Lass. Labour MP for Batley and Spen. Boat dweller. Mountain climber. Former aid worker."
Suami Cox, Brendan, merupakan penasihat mantan Perdana Menteri Gordon Brown yang menjabat tahun 2007-2010. Bersama suami serta kedua anaknya yang bernama Lejla dan Cuillin, Cox tinggal di rumah perahu yang ada di Sungai Thames, London.
Berpengalaman dalam Bidang Kemanusiaan
Saat lulus dari University of Cambridge tahun 1995, Cox mulai tertarik dengan politik. Dia membantu kampanye organisasi pro-Eropa dan selama 2 tahun membantu anggota Parlemen Eropa, Glenys Kinnock, di Brussels, Belgia. Sebelum menjadi anggota parlemen Inggris, Cox menghabiskan beberapa tahun bekerja untuk badan kemanusiaan Oxfam, mulai dari New York, Brussels, serta di beberapa negara yang dilanda konflik.
Kemudian selama 4 tahun, Cox menjadi ketua nasional Jaringan Wanita Partai Buruh dan bekerja dengan istri mantan PM Brown, Sarah dalam mendorong aksi internasional untuk mencegah kematian bayi dalam kandungan maupun saat dilahirkan.
Baca juga: Anggota Parlemen Inggris Dibunuh, Pelaku Teriak 'Utamakan Inggris'
Cox juga pernah bekerja untuk Yayasan Bill dan Melinda Gates, sebelum akhirnya mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dalam pemilu tahun 2015 lalu. Dalam pidato pertamanya di parlemen, tahun lalu, Cox mengaku bangga pada keberagaman etnis dalam konstituennya.
"Masyarakat kami secara mendalam menjadi berkembang karena imigrasi, baik itu karena Katolik Irlandia dari seberang atau muslim dari Gujarat, India atau dari Pakistan, yang pada dasarnya dari Kashmir," tuturnya di hadapan anggota parlemen Inggris lainnya.
"Ketika kami merayakan keberagaman kami, yang terus mengejutkan saya ketika saya mengunjungi konstituen saya ialah, kita jauh lebih bersatu dan memiliki lebih banyak persamaan satu sama lain daripada hal-hal yang memecah-belah," imbuhnya.
Baca juga: Pembunuh Anggota Parlemen Inggris Pendukung Neo-Nazi
Di parlemen, Cox menjadi salah satu ketua komisi parlemen antar partai soal isu Suriah. Dalam voting aksi militer Inggris di Suriah yang digelar tahun lalu, Cox memilih abstain dan menyerukan dibahasnya solusi untuk konflik Suriah. Sama seperti kebanyakan anggota parlemen Inggris lainnya dari sayap kiri maupun sayap tengah, Cox juga gencar menyerukan agar Inggris tetap tinggal bersama Uni Eropa.
"Jo meyakini dunia yang lebih baik dan dia memperjuangkan itu setiap hari dalam hidupnya dengan sekuat tenaga, dan semangat hidupnya akan dianggap melelahkan oleh banyak orang. Dia menginginkan dua hal terjadi sekarang: satu, anak-anak kami dibesarkan dalam cinta dan dua, agar kita semua bersatu melawan kebencian yang menewaskannya," ucap suami Cox.
(nvc/ita)











































