Dalam laporannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (28/5/2016), media AS The Washington Post menyebut Ko Yong Suk sebagai saudara perempuan Ko Yong Hui, salah satu istri mendiang Kim Jong Il dan ibu kandung dari Kim Jong Un, yang kini memimpin Korut. Ko kini tinggal bersama suami dan ketiga anaknya dengan nama samaran di suatu lokasi di AS.
The Washington Post mewawancarai Ko dan suaminya, Ri Gang, di New York City dan juga di kediaman mereka yang disebut berjarak beberapa jam dari New York. Dekat dengan rezim Korut semasa dipimpin Kim Jong Il, pasangan ini dikirim ke Swiss untuk merawat keluarga Kim yang mengenyam pendidikan di negara itu, termasuk Kim Jong Un.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dalam Forum G7, Obama Sebut Korut sebagai Kekhawatiran Besar
Ko menyebut Kim Jong Un sebenarnya lahir tahun 1984, bukan tahun 1982 atau 1983 seperti diyakini banyak pihak. Itu berarti Kim Jong Un baru berusia 27 tahun ketika mengambil alih kepemimpinan dari ayahnya tahun 2011 lalu. Disebutkan Ko, putranya lahir pada tahun yang sama dengan Kim Jong Un dan keduanya sering bermain bersama semasa kecil.
"Dia (Kim Jong Un) dan putra saya teman main sejak lahir. Saya yang mengganti popok keduanya," klaim Ko kepada The Washington Post.
Menurut Ko, Kim Jong Un sudah menyadari sejak tahun 1992 bahwa dirinya kelak akan menjadi pemimpin Korut. Pertanda itu datang saat ulang tahun Kim Jong Un yang ke-8 ketika dia menerima seragam jenderal dan para petinggi militer Korut membungkuk padanya.
Tidak diyakini secara pasti alasan Ko membelot ke AS, namun dia mengaku mendatangi Kedutaan Besar AS di ibukota Bern, Swiss bersama suaminya pada tahun 1998 untuk mencari suaka. Saat itu, Kim Jong Un berusia 14 tahun dan kakaknya, Kim Jong Chol berusia 17 tahun, mulai beranjak dewasa. Situasi semakin mengkhawatirkan setelah saudara perempuan Ko atau ibunda Kim Jong Un divonis kanker payudara. Ibunda Kim Jong Un meninggal tahun 2004.
Baca juga: Ketegangan Meningkat, Sekjen PBB Serukan Dialog Kembali dengan Korut
The Washington Post menyebut, saat itu Ko dan suaminya mulai menyadari mereka tidak akan lagi dibutuhkan oleh rezim Korut dan khawatir kehilangan status istimewanya. Para pakar menyebut, pasangan itu khawatir dengan posisi dan keselamatan mereka usai ibunda Kim Jong Un meninggal.
Oleh Kedubes AS, pasangan ini kemudian diinterogasi selama beberapa bulan lamanya, sebelum akhirnya terbang ke AS dan memulai kehidupan baru di sana. Mereka menggunakan nama samaran dan membeli rumah dengan bantuan finansial dari Badan Intelijen AS (CIA).
"Teman-teman saya di sini menyebut saya beruntung, karena saya punya segalanya," ucap Ko, yang kini tinggal di sebuah rumah dua lantai yang cukup besar dengan dua mobil terparkir di halamannya. Bersama suaminya, dia mengelola bisnis dry-cleaning.
Ketiga anak Ko mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi dan kini telah bekerja. Ko mengaku dirinya dan sang suami menjalin hubungan dengan CIA, yang menganggap pasangan ini sebagai sumber informasi intelijen soal Korut. Namun suami Ko, Ri menegaskan mereka sama sekali tidak tahu rahasia intelijen Korut karena hanya ditugasi merawat dan membesarkan anak-anak mendiang Kim Jong Il selama di Swiss.
Baca juga: Korut Tolak Tawaran Donald Trump untuk Bicara Langsung dengan Kim Jong Un
Terkadang, sebut pasangan ini, agen CIA mendatangi mereka untuk menunjukkan foto warga Korut dan menanyakan identitas orang-orang itu. CIA menolak menanggapi klaim Ko dan suaminya itu. Beberapa klaim pasangan ini bisa diverifikasi namun sebagian sulit dikonfirmasi dan dirasa tidak lengkap.
"Mereka (CIA) pikir kami tahu sejumlah rahasia, tapi kami tidak tahu apa-apa. Kami hanya merawat dan membantu anak-anak mereka belajar," tegas Ri. Pasangan ini sangat berhati-hati berkomentar soal keponakan mereka yang mereka panggil sebagai 'Marshal Kim Jong Un'.
(nvc/miq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini