Perseteruan antara Wakil Presiden Filipina Sara Duterte dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong semakin memanas. Sara Duterte melontarkan ancaman pembunuhan Marcos Jr setelah perseteruan yang memanas menjelang Pemilu sela tahun depan.
Sebagai informasi, Sara merupakan putri dari mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Sementara, Marcos Jr merupakan putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos.
Dua keluarga ini berkoalisi pada Pemilu Filipina tahun 2022. Bongbong Marcos maju sebagai capres, sementara Sara Duterte maju sebagai cawapres. Presiden dan Wapres Filipina dipilih secara terpisah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koalisi dua keluarga ini pun meraih kemenangan besar di Pemilu Filipina. Namun, hubungan kedua keluarga berkuasa ini retak seiring berjalannya waktu. Keretakan dalam aliansi dua keluarga itu dimulai ketika Marcos Jr menyimpang dari kebijakan antinarkoba dan kebijakan luar negeri Rodrigo Duterte.
Berikut jejak perseteruan panjang keluarga Duterte versus Bongbong Marcos:
Putra Duterte Desak Marcos Jr Mundur
Putra mantan Presiden Rodrigo Duterte mendesak Marcos Jr mundur dari jabatan Presiden Filipina. Dilansir Reuters, kritikan keras untuk Marcos Jr itu dilontarkan Sebastian Duterte yang menjabat Wali Kota Davao pada Januari 2024.
Davao sendiri merupakan kota terpadat ketiga di Filipina. Sebelum Sebastian, Sara dan Rodrigo Duterte juga pernah menjadi Wali Kota Davao.
Kata-kata Sebastian untuk Marcos Jr itu itu memperdalam keretakan antara dua keluarga paling berpengaruh secara politik di Filipina. Sebastian menyebut telah terjadi peningkatan kejahatan gara-gara Marcos Jr melonggarkan operasi antinarkoba garis keras pada era ayahnya.
Dalam sebuah forum kepemimpinan, Sebastian menuduh Marcos Jr telah membahayakan warga Fiipina dengan mengizinkan orang-orang Amerika Serikat (AS) masuk. Kritik itu merujuk pada perluasan akses bagi AS terhadap pangkalan-pangkalan militer Filipina, termasuk beberapa yang dekat dengan wilayah Taiwan.
Pemerintahan Duterte sebelumnya lebih dekat dengan China. Sebastian juga menentang keputusan Marcos Jr untuk memulai kembali perundingan perdamaian dengan kelompok pemberontak komunis.
Dia menyebut Marcos Jr tidak tahu apa-apa soal penderitaan masyarakat Filipina yang tinggal di area-area yang dulunya basis kelompok pemberontak.
"Anda malas dan Anda kurang peduli dengan orang lain. Itulah sebabnya kami tidak senang," ujar Sebastian dalam kritikan ke Marcos Jr.
Memburuknya hubungan kedua keluarga ini diduga dipicu upaya memperkuat basis dukungan menjelang pemilu sela Senat dan pemilu kongres tahun depan.
Keluarga Duterte juga menentang rencana amendemen konstitusi dengan menyebut upaya itu didorong oleh agenda untuk mengubah sistem politik dan menghapus batasan masa jabatan, termasuk batasan masa jabatan presiden, yang saat ini hanya bisa menjabat satu periode selama masa jabatan 6 tahun.
"Dia (Marcos Jr) mengutamakan politik, menjaga diri mereka sendiri... Daripada berfokus pada pekerjaannya. Pak Presiden, jika tidak ada rasa cinta dan aspirasi terhadap bangsa, mundurlah," cetus Sebastian dalam acara tersebut.
Duterte Tuduh Marcos Jr Pecandu Narkoba
Rodrigo Duterte juga menuding Marcos Jr pencandu narkoba. Dia menuding Marcos Jr akan mengubah konstitusi demi menambah masa jabatan presiden Filipina.
Dilansir Associated Press, dalam pidatonya yang dipenuhi sumpah serapah pada Minggu (28/1/2024) malam, Duterte menuduh Marcos berencana mengamandemen konstitusi dengan mencabut batasan masa jabatan.
Duterte memperingatkan hal tersebut bisa menyebabkan Marcos Jr digulingkan seperti ayahnya, Ferdinand Marcos, yang dikenal sebagai diktator. Duterte juga menuduh Marcos Jr sebagai pecandu narkoba.
"Anda, militer, Anda tahu ini, kami punya Presiden yang pecandu narkoba," kata Duterte saat pidato di wilayah selatan kota Davao.
Badan Pemberantasan Narkoba Filipina membantah tudingan itu. Mereka mengatakan Marcos Jr tidak pernah ada dalam daftar yang disebut Duterte.
Pada tahun 2021, juru bicara Marcos menunjukkan dua laporan dari rumah sakit swasta dan laboratorium kepolisian nasional yang menyebutkan Marcos Jr negatif menggunakan kokain dan sabu.
Marcos Jr Balas Ejek Duterte Terpengaruh Obat Keras
Marcos Jr tertawa mendengar tudingan Duterte soal isu mengubah masa jabatan presiden dan pecandu narkoba. Marcos Jr menyebut tudingan itu dilontarkan Duterte karena efek fentanil.
"Saya pikir itu karena fentanil," kata Marcos dilansir Associated Press, Selasa (30/1/2024).
Fentanil merupakan salah satu obat pereda nyeri. Marcos menuding Duterte terlalu lama menggunakan fentanil.
"Fentanil adalah obat pereda nyeri terkuat yang bisa Anda beli, setelah lima, enam tahun, hal itu pasti berdampak padanya, itulah mengapa menurut saya inilah yang terjadi," ucapnya.
Marcos mengatakan dia tidak akan membenarkan tuduhan tersebut dengan memberikan jawaban. Dia menyebut Duterte terlalu lama menggunakan fentanil.
Duterte memang pernah mengakui penggunaan fentanil pada tahun 2016. Duterte saat itu mengatakan pernah menggunakan fentanil untuk meringankan rasa sakit cedera akibat kecelakaan sepeda motor. Pengacara Duterte, Salvador Panelo, mengatakan Duterte telah berhenti mengonsumsi fentanil sebelum menjadi presiden pada tahun 2016.
Ketua Parlemen Filipina Martin Romualdez juga membantah tudingan Duterte. Dia menyebut Duterte menuduh Marcos Jr tanpa memberikan bukti apa pun.
Sepupu Marcos Jr ini mengatakan konstitusi diamandemen hanya untuk menghapus pembatasan investasi asing. Romualdez buka suara karena pidato Duterte yang menuding dirinya menyuap pejabat lokal untuk mengamandemen konstitusi tahun 1987 guna menghapus batasan masa jabatan sehingga mereka dapat memperpanjang masa jabatan mereka.
Sara Duterte Mundur dari Menteri Pendidikan
Keretakan antara dua keluarga itu semakin jelas terlihat saat Sara Duterte mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kepala Badan Antipemberontakan. Dilansir Associated Press, Sara Duterte tetap menjadi Wakil Presiden meski mundur dari jabatan menteri.
Sekretaris Komunikasi Cheloy Garafil mengatakan pengunduran diri itu telah diterima oleh Marcos Jr dan berlaku efektif pada 19 Juli 2024. Sara Duterte yang berusia 46 tahun tidak menyebutkan alasan pengunduran dirinya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sara Duterte Bayangkan Kepala Marcos Jr Terpenggal
Pada Oktober 2024, GMA Network yang mengutip laporan 24 Oras, menyebut Sara Duterte mengatakan hubungannya dengan Marcos Jr menjadi 'beracun' ketika dia mulai berpikir untuk 'memenggal kepala Marcos Jr'. Dia mengatakan hal itu merupakan imajinasi yang muncul pada dirinya.
"Saya membayangkan diri saya memenggal kepalanya. Jadi, saya menyadari bahwa itu beracun, begitulah imajinasi saya, dan saya tidak tahu apa-apa. Kemudian saya mengatakan bahwa ini sudah berakhir," kata Sara Duterte.
Dia kemudian bercerita soal momen menghadiri upacara wisuda bersama Marcos Jr di mana dia mendengar percakapan Marcos Jr itu dengan seorang siswa. Dia mengatakan wisudawan itu meminta apakah boleh mendapat jam yang dipakai Marcos Jr sebagai hadiah wisuda.
"Para wisudawan berkata Bapak Presiden, bolehkah saya mendapatkan jam tangan Anda sebagai hadiah wisuda? Dia menjawab 'Mengapa, mengapa saya harus memberikan Anda jam tangan saya?'," ujar Sara Duterte.
"Saya sakit mendengarnya dan saya merasa ingin memenggal kepalanya. Tidak ada gunanya jika dua orang yang duduk di samping saya menertawakan anak itu," tambahnya.
Ancaman Pembunuhan
Perseteruan ini semakin panas. Sara Duterte melontarkan ancaman pembunuhan terhadap Marcos Jr. Dia juga mengancam akan membunuh istri Marcos Jr, Liza Araneta, dan Ketua Parlemen Filipina Martin Romualdez.
Dilansir AFP dan Reuters, Minggu (24/11/2024), Sara yang merupakan putri mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte itu menyatakan dirinya akan membuat Marcos Jr, Araneta dan Romualdez tewas jika dirinya dibunuh terlebih dahulu.
Sara melontarkan ancaman itu dalam konferensi pers penuh sumpah serapah pada Jumat (22/11) tengah malam. Dia awalnya mengisyaratkan dirinya telah menjadi target rencana pembunuhan.
Sara mengatakan dirinya telah meminta salah satu personel tim keamanannya membunuh Marcos Jr, istrinya, dan ketua parlemen Filipina jika dirinya tewas dibunuh. Namun, Sara tidak menjelaskan lebih detail soal ancaman pembunuhan terhadap dirinya.
"Saya telah berbicara dengan seseorang dalam tim keamanan saya. Saya mengatakan kepadanya, jika saya dibunuh, bunuhlah BBM (Bongbong Marcos atau Marcos Jr), (Ibu Negara) Liza Araneta, dan (ketua parlemen) Martin Romualdez. Ini tidak bercanda," ujar Sara dalam konferensi pers itu.
"Saya mengatakan, jika saya terbunuh, jangan berhenti sampai kamu membunuh mereka," sebutnya.
Kantor Presiden Filipina Ambil Tindakan
Kantor Kepresidenan Filipina pun memberikan reaksi keras atas pernyataan Sara Duterte. Pernyataan Sara itu dianggap sebagai 'ancaman aktif' oleh kantor kepresidenan Filipina.
"Bertindak berdasarkan pernyataan Wakil Presiden yang jelas dan tegas bahwa dia telah mengontrak seorang pembunuh untuk membunuh Presiden jika dugaan rencana terhadap dirinya berhasil, Sekretaris Eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini kepada Komando Keamanan Kepresidenan untuk segera mengambil tindakan yang tepat," demikian pernyataan Kantor Komunikasi Kepresidenan Filipina, seperti dilansir AFP dan Reuters.
"Setiap ancaman terhadap nyawa Presiden harus selalu ditanggapi dengan serius, terlebih lagi ancaman ini diungkapkan secara jelas dan secara pasti di depan publik," imbuh pernyataan tersebut.
Filipina Tingkatkan Pengamanan Marcos Jr
Pemerintah Filipina telah meningkatkan pengamanan untuk Presiden Marcos Jr dan keluarga setelah Sara Duterte melontarkan ancaman pembunuhan. Dilansir Anadolu Agency, Minggu (24/11/2024), Komando Keamanan Presiden (PSC), dalam sebuah pernyataan, mengatakan mereka 'berkoordinasi erat' dengan lembaga penegak hukum 'untuk mendeteksi, mencegah, dan mempertahankan diri dari setiap dan semua ancaman terhadap presiden dan keluarga pertama'.
"Setiap ancaman terhadap nyawa presiden dan keluarga pertama, terlepas dari asal-usulnya, dan terutama yang dilakukan dengan terang-terangan di depan umum, ditangani dengan sangat serius. Kami menganggap ini sebagai masalah keamanan nasional dan akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan keselamatan presiden," demikian isi pernyataan itu.