Setidaknya 42 orang tewas dan 11 orang hilang di Haiti setelah hujan lebat pada akhir pekan memicu banjir dan tanah longsor.
Dilansir kantor berita AFP, Selasa (6/6/2023), cuaca buruk melanda sejumlah wilayah di negara itu yang telah terjerumus ke dalam krisis kemanusiaan berkepanjangan, yang dipicu oleh kekerasan geng, masalah politik, dan stagnasi ekonomi.
Menurut PBB, hujan deras berdampak pada 37.000 orang dan membuat 13.400 orang mengungsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kota Leogane, yang terletak 40 kilometer (25 mil) barat daya ibu kota Port-au-Prince, terkena dampak yang sangat parah, dengan kerusakan yang disebabkan oleh tiga sungai yang banjir.
Setidaknya 20 orang tewas di sana, menurut pejabat-pejabat Haiti.
"Penduduk putus asa. Mereka telah kehilangan segalanya. Air telah merusak ladang mereka, menghanyutkan ternak mereka," kata Walikota Leogane Ernson Henry kepada AFP.
Ribuan keluarga terkena dampak di kota itu, katanya, menekankan bahwa penduduk sangat membutuhkan makanan, air minum, dan obat-obatan.
Banjir menyebabkan kerusakan material yang luas di seluruh negeri, menghancurkan ratusan rumah dan merusak beberapa jalan.
"Meskipun bukan topan atau badai tropis, kerusakan yang diamati di daerah yang terkena bencana cukup besar," kata Jean-Martin Bauer, Koordinator Aksi Kemanusiaan PBB di Haiti.
Perdana Menteri Haiti Ariel Henry mengaktifkan Pusat Operasi Darurat Nasional sebagai tanggapan atas bencana tersebut.
Jumlah korban yang banyak menyoroti kerentanan negara tersebut terhadap bencana alam dan kegagalannya untuk mengurangi risiko badai saat musim badai akan segera dimulai.
Bahkan sebelum banjir, hampir separuh penduduk Haiti telah membutuhkan bantuan kemanusiaan, angka yang meningkat dua kali lipat hanya dalam lima tahun, menurut PBB.