Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa konfrontasi dengan negara-negara Barat atas perang di Ukraina merupakan perang eksistensial untuk keberlangsungan Rusia dan rakyatnya. Putin menyatakan dirinya terpaksa memperhitungkan kemampuan nuklir aliansi NATO.
Seperti dilansir Reuters, Senin (27/2/2023), setahun setelah memerintahkan invasi ke Ukraina, Putin semakin menampilkan perang sebagai momen penentu atau penghancur dalam sejarah Rusia. Dia juga menyatakan keyakinannya bahwa masa depan Rusia dan rakyatnya dalam bahaya.
"Mereka memiliki satu tujuan: Untuk membubarkan bekas Uni Soviet dan bagian fundamentalnya -- Federasi Rusia," ujar Putin dalam wawancara dengan televisi Rossiya 1 yang direkam Rabu (22/2) namun baru dirilis pada Minggu (26/2) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
NATO dan Barat menolak narasi semacam itu dengan menegaskan bahwa tujuan mereka adalah membantu Ukraina mempertahankan diri dari serangan tidak beralasan.
Putin juga mengatakan bahwa Barat ingin memecah-belah Rusia dan kemudian mengendalikan negara produsen bahan mentah terbesar di dunia. Langkah itu, menurut Putin, akan mengarah pada kehancuran banyak rakyat Rusia, termasuk mayoritas etnis Rusia.
"Saya bahkan tidak mengetahui jika kelompok etnis seperti rakyat Rusia akan mampu bertahan dalam bentuk yang ada saat ini," ucap Putin.
Disebutkan juga oleh Putin bahwa rencana Barat itu dituangkan dalam dokumen, namun tidak disebutkan di mana.
Amerika Serikat (AS) menyangkal tudingan ingin menghancurkan Rusia. Namun Presiden Joe Biden memperingatkan bahwa konflik antara Rusia dan NATO bisa memicu Perang Dunia III, dan mengatakan bahwa Putin tidak seharusnya tetap berkuasa.
Simak Video 'Warga Ukraina di Roma Demo, Minta Invasi Militer Rusia Dihentikan':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Putin menyebut bantuan militer dari AS dan Eropa senilai puluhan ribu miliar dolar Amerika untuk Ukriana menunjukkan bahwa Rusia kini tengah berhadapan dengan NATO sendiri -- mimpi buruk Perang Dingin bagi pemimpin Soviet dan Barat.
Sementara Ukraina menyatakan tidak akan berhenti hingga tentara Rusia terakhir diusir dari wilayahnya, termasuk dari Crimea yang dianeksasi Moskow tahun 2014.
Narasi soal perang eksistensi Rusia yang dicetuskan Putin memungkinkannya untuk mempersiapkan rakyatnya untuk terlibat konflik yang lebih dalam, selain memberikannya kebebasan lebih besar untuk jenis senjata yang mungkin digunakan suatu hari nanti.
Doktrin nuklir resmi Rusia memungkinkan penggunaan senjata nuklir jika negara itu -- atau jenis senjata pemusnah massal lainnya -- menggunakannya untuk melawan serangan nuklir dari pihak lainnya, atau jika ada penggunaan senjata konvensional, yang membahayakan 'eksistensi negara itu'.
Putin telah mengisyaratkan kesiapan untuk mengoyak pembatasan senjata nuklir -- termasuk moratorium uji coba nuklir oleh negara-negara besar -- kecuali Barat menarik dukungannya dari Ukraina. Ditegaskan juga oleh Putin bahwa Rusia hanya akan melanjutkan diskusi begitu senjata nuklir Prancis dan Inggris juga diperhitungkan.
"Dalam kondisi saat ini, ketika semua negara NATO terkemuka telah menyatakan tujuan utama mereka untuk memicu kekalahan strategis pada kita, agar rakyat kita menderita seperti yang mereka katakan, bagaimana bisa kita mengabaikan kemampuan nuklir mereka dalam kondisi ini?" tanya Putin.