Langkah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengganti komandan tertinggi untuk pasukan Moskow di Ukraina dinilai menjadi tanda kekacauan militer. Langkah itu juga mengisyaratkan ketidaksabaran Putin yang semakin besar dalam perang yang sulit dimenangkan Rusia di Ukraina.
Seperti dilansir AFP, Jumat (13/1/2023), Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pada Rabu (11/1) bahwa pihaknya sekali lagi mengganti komandan tertinggi di Ukraina, dengan menempatkan Kepala Staf Angkatan Darat Valery Gerasimov sebagai penanggung jawab pasukan Rusia dalam konflik di Ukraina.
Pendahulunya, Sergei Surovikin, yang merupakan veteran perang Rusia sejak invasi Uni Soviet ke Afghanistan akan menjadi wakil untuk Gerasimov. Surovikin akan bekerja dengan dua jenderal lainnya, Oleg Salyukov dan Alexei Kim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pengamat Rusia dan Barat menyebut langkah itu menjadi pertanda bahwa Putin semakin jengkel dengan perlawanan Ukraina, juga dengan adanya rentetan kesalahan dalam komando militer Rusia yang menghadapi tuntutan sulit yang mencakup kemungkinan peluncuran serangan besar-besaran dalam beberapa pekan ke depan.
Para analis menilai bahwa dengan menempatkan seorang Kepala Staf Angkatan Darat sebagai penanggung jawab operasi di lapangan tergolong sangat tidak biasa, karena posisi itu biasanya dilakukan jauh dari medan pertempuran, dengan melibatkan koordinasi, kontak politik, evaluasi ancaman dan pilihan logistik.
Disebutkan seorang analis pertahanan yang berbasis di Moskow, yang enggan disebut namanya, bahwa langkah terbaru Putin itu menunjukkan 'hal-hal tidak berjalan sesuai dengan rencana'.
Di bawah kepemimpinan Surovikin yang menjadi komandan tertinggi di Ukraina selama tiga bulan, pasukan Rusia melancarkan rentetan serangan rudal terhadap infrastruktur energi Ukraina -- bertujuan membuat warga sipil tunduk. Namun tampaknya strategi itu tidak berhasil, yang semakin membuat Rusia frustrasi.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan juga 'Rusia Terus Kembangkan Nuklir-Pesawat Pembom':
Moral tentara Rusia mengalami tamparan keras saat Moskow menderita kekalahan militer akibat serangan tunggal pasukan Kiev yang menewaskan sedikitnya 89 personel militer di Makiivka, Ukraina bagian timur, pada malam Tahun Baru.
Sangat singkatnya kepemimpinan Surovikin, menurut para pengamat, menunjukkan ketidaksabaran Putin yang semakin besar. Meskipun beberapa pakar mengakui bahwa motif di balik pengambilan keputusan yang tidak jelas dari penguasa Kremlin seringkali sulit untuk diukur sepenuhnya.
"Semuanya tampak terkejut. Banyak sekali orang-orang yang berpengetahuan yang tampaknya tidak memahami inti dari keputusan ini," sebut seorang analis khusus soal elite Rusia, Tatiana Stanovaya, dalam pernyataannya.
Terutama sejak banyaknya kematian di Makiivka, sebut Stanovaya, Putin harus menghadapi "perdebatan yang panjang, tajam dan emosional soal pertanyaan abadi dari warga Rusia: 'siapa yang disalahkan' dan 'apa yang harus dilakukan'".
Di sisi lain, sejumlah analis juga mempertanyakan kebijaksanaan dalam perubahan penting di pucuk pimpinan saat pertempuran terus berlanjut di Ukraina, terutama di Bakhmut.
"Inkonsistensi dalam mengganti kepala operasi di tengah pertempuran. Itu tidak memberikan sinyal yang baik untuk membuat keseluruhan hierarki dari atas ke bawah tidak seimbang," sebut peneliti soal Rusia pada forum think-tank hubungan internasional Prancis, IFRI, Tatiana Kastoueva-Jean, kepada AFP.
Menurut sejumlah pengamat, pergantian personel di Ukraina yang diperintahkan Putin mungkin saja didorong oleh keinginan untuk sekutu loyalnya. Namun pengamat Mark Galeotti dari think-tank Royal United Services Institute di Inggris menilai dasar untuk kemitraan terpercaya semacam itu semakin terkikis.
"Jika Anda terus menunjuk, merotasi, membakar bintang-bintang Anda, menetapkan ekspektasi yang tidak realistis, secara sewenang-wenang melakukan demosi, itu tidak akan memberikan loyalitas," sebutnya.
Analis militer Rusia, Alexander Khramchikhin, menambahkan bahwa pemimpin Rusia juga akan mendapati semakin sulit untuk meredakan keraguan sebagian elite Moskow dan opini publik yang mendeteksi 'ketidakpuasan soal mengapa ... (Rusia) belum juga memenangkan perang ini'.