Paus Fransiskus Minta 'Pembantaian' di Ukraina Dihentikan!

Paus Fransiskus Minta 'Pembantaian' di Ukraina Dihentikan!

Tim detikcom - detikNews
Senin, 14 Mar 2022 14:32 WIB
Pope Francis speaks from the window of his studio overlooking St. Peters Square at The Vatican to a crowd of faithful and pilgrims gathered for the Sunday Angelus noon prayer, Sunday, June 6, 2021. Pope Francis has expressed sorrow over the discovery in Canada of the remains of 215 boarding school students but didnt offer the apology sought by the Canadian prime minister. Francis in public remarks on Sunday called on political and church authorities to work to shed light β€œon this sad affair” and to foster healing. (AP Photo/Domenico Stinellis)
Paus Fransiskus (dok. AP Photo/Domenico Stinellis)
Vatican City -

Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, menyampaikan kecamannya yang paling keras atas invasi Rusia ke Ukraina, dengan menyebutnya sebagai 'agresi bersenjata yang tidak bisa diterima'. Paus Fransiskus juga meminta agar apa yang disebutnya sebagai 'pembantaian' di Ukraina segera dihentikan.

Seperti dilansir AFP dan Reuters, Senin (14/3/2022), kecaman dan seruan itu disampaikan Paus Fransiskus saat berbicara kepada ribuan orang di Alun-alun St Peter, Vatikan, untuk pemberkatan hari Minggu (13/3) waktu setempat.

Paus Fransiskus juga menyebut pembunuhan anak-anak dan warga sipil tak bersenjata sebagai tindakan 'biadab' dan 'tanpa alasan strategis yang sah'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia juga menyebut kota pelabuhan Mariupol di Ukraina yang dikepung oleh pasukan Ukraina sebagai 'kota martir' dan sekali lagi menyerukan 'koridor kemanusiaan yang benar-benar aman' agar warga sipil bisa dievakuasi.

"Dalam nama Tuhan, saya meminta kepada Anda: Hentikan pembantaian ini!" ucap Paus Fransiskus, sembari menambahkan bahwa kota-kota Ukraina berisiko menjadi 'pemakaman'.

ADVERTISEMENT

Paus Fransiskus tidak menyebut langsung Rusia saat menyampaikan kecaman dan seruannya. Namun kata-kata yang digunakannya, seperti 'agresi bersenjata' dan 'tidak ada alasan strategis yang sah', tampaknya dimaksudkan untuk menentang pembenaran Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin diketahui menyebut pengerahan pasukan ke Ukraina sebagai 'operasi militer khusus'. Putin bahkan menekankan bahwa Rusia tidak berniat menduduki wilayah Ukraina, namun bertekad melakukan 'denazifikasi dan demiliterisasi' Ukraina.

Simak video 'Presiden Zelenskiy Jenguk Prajurit Ukraina di RS Militer':

[Gambas:Video 20detik]



Rusia juga berulang kali menegaskan tidak menargetkan kota-kota Ukraina dan tidak ada ancaman terhadap populasi sipil. Namun pada praktiknya, tidak sedikit korban sipil yang dilaporkan berjatuhan dalam invasi Rusia ke Ukraina.

Laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), seperti dilansir CNN, menyebut sedikitnya ada 1.581 korban sipil akibat invasi Rusia ke Ukraina. Dari angka itu, sedikitnya 579 warga sipil dilaporkan tewas, dengan 42 orang di antaranya merupakan anak-anak. Sekitar 1.002 warga sipil lainnya dilaporkan luka-luka.

Sementara laporan dewan kota Mariupol pada Minggu (13/3) menyebut bahwa 'sedikitnya 2.187 warga Mariupol tewas akibat serangan Rusia'. Otoritas Ukraina belum merilis data terbaru untuk total korban sipil akibat invasi Rusia di wilayahnya.

Halaman 2 dari 2
(nvc/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads