Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, menyatakan negaranya telah menggagalkan upaya kudeta saat kerusuhan yang diwarnai kekerasan melanda. Tokayev tidak menyebut pelaku di balik upaya kudeta itu, dia hanya menyebut upaya itu dikoordinasikan oleh apa yang disebutnya sebagai 'pusat tunggal'.
Seperti dilansir Reuters, Senin (10/1/2022), Tokayev dalam pidatonya saat rapat online dengan aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, menegaskan ketertiban telah dipulihkan di Kazakhstan, tapi perburuan terhadap 'para teroris' masih berlangsung.
"Dengan kedok unjuk rasa spontan, gelombang kerusuhan pecah... Itu menjadi jelas bahwa tujuan utamanya adalah merusak tatanan konstitusional dan untuk merebut kekuasaan. Kita berbicara soal upaya kudeta," kata Tokayev dalam pidatonya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Unjuk rasa menentang kenaikan harga bahan bakar pecah sepekan lalu setelah meluas menjadi aksi memprotes pemerintahan Tokayev dan mantan Presiden Nursultan Nazabayev (81) yang menjabat sebelum Tokayev.
"Pukulan utama ditujukan untuk (kota) Almaty. Jatuhnya kota ini akan membuka jalan untuk pengambilalihan wilayah selatan yang padat penduduk dan kemudian seluruh negeri ini. Kemudian mereka berencana merebut ibu kota," ucap Tokayev.
Tokayev menyebut bawa operasi 'kontra-terorisme' skala besar akan segera berakhir dengan misi CSTO, yang disebutnya terdiri atas 2.030 tentara dan 250 unit perangkat keras militer.
Lebih lanjut, Tokayev membela keputusannya mengundang tentara aliansi militer pimpinan Rusia ke Kazakhstan dan menyatakan bahwa keraguan atas legitimasi misi itu berasal dari kurangnya informasi.
Simak video 'Ratusan Warga Tewas, Pekan Paling Berdarah di Kazakhstan':
Ditegaskan Tokayev bahwa Kazakhstan akan segera memberikan bukti kepada komunitas internasional soal apa yang telah terjadi. Dia menambahkan bahwa 16 anggota pasukan keamanan tewas dalam kerusuhan, sedangkan jumlah warga sipil yang tewas masih diperiksa.
Portal informasi yang dikelola pemerintah pada hari Minggu (9/1) waktu setempat, menyatakan bahwa 164 orang telah tewas dalam kerusuhan. Dengan 103 orang di antaranya dilaporkan tewas di Almaty yang merupakan kota terbesar sekaligus lokasi bentrokan sengit antara pendemo dan pasukan keamanan.
Namun, pernyataan itu telah menghilang dari saluran telegram pemerintah. Kementerian Kesehatan Kazakhstan mengatakan kepada media Rusia dan Kazakhstan bahwa informasi itu telah dipublikasikan karena kesalahan.
Sementara pernyataan terbaru Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan, seperti dilansir AFP, menyebut hampir 8.000 orang ditahan usai kerusuhan pecah selama berhari-hari di negara tersebut.